SKENARIO KASUS G
Dalam
satu minggu di daerah Segoro Kulon ditemukan 6 orang positif menderita Demam
Berdarah, 1 orang meninggal, 1 orang dirujuk ke RSUD, 2 orang masih dirawat di
Puskesmas terdekat, 2 orang pulang rawat. Masyarakat menginginan adanya tindakan
segera dari Puskesmas untuk penanganan kasus ini agar tidak terjadi korban
baru. Masyarakat berharap pemerintah dalam hal ini Puskesmas bisa memberikan
bantuan secara gratis, karena sebagian besar penduduk Segoro Kulon hanya
sebagai buruh tani.
TIK : Mahasiswa
mampu menjelaskan :
- Wabah
- Demam Berdarah
- Penanganan DB di masyarakat
I.
IDENTIFIKASI MASALAH
- Dalam satu minggu di daerah Segoro Kulon ditemukan 6
orang positif menderita Demam Berdarah, 1 orang meninggal, 1 orang dirujuk
ke RSUD, 2 orang masih dirawat di Puskesmas terdekat, 2 orang pulang
rawat.
- Masyarakat menginginan adanya tindakan segera dari
Puskesmas untuk penanganan kasus ini agar tidak terjadi korban baru.
- Masyarakat berharap pemerintah dalam hal ini
Puskesmas bisa memberikan bantuan secara gratis, karena sebagian besar
penduduk Segoro Kulon hanya sebagai buruh tani.
II.
ANALISA MASALAH
·
Orang
positif menderita kasus Demam
Berdarah
·
Patofisiologi
Demam Berdarah
·
Komplikasi
Demam Berdarah
·
Penanganan
Demam Berdarah
·
Diagnosa
keperawatan yang muncul
·
Peran perawat sebagai konsultan klien
III.
TINJAUAN TEORI
- Definisi Demam Berdarah
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis
virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
- Etiologi Demam Berdarah
Penyakit
ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.
- Manifestasi Klinis Demam Berdarah
1.
Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2.
Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.. Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.. Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
3.
Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita
4.
Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila
syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997)
membagi menjadi 4 derajat, yaitu :
·
Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi
perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
·
Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan
atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.
·
Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, gelisah.
·
Derajat IV :
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
- Pentahapan Demam Berdarah
1.
Masa inkubasi
Dimulai sejak
digigit nyamuk (virus masuk dan berkembang biak di tubuh) samapai demam
/ sakit kepala muncul pertama kali, lamanya sekitar 5-10 hari.
2.
Masa akut
Terjadi demam 1-3
hari, dengan gejala demam tinggi mendadak yang
sulit diturunkan dengan obat-obat penurun panas, pusing/sakit
kepala, mual, muntah, nyeri ulu hati, nyeri belakang kepala, nyeri otot dan
sendi, timbul bintik-bintik merah pada tangan/kaki. Demam 1-2 hari pertama
dapat dipastikan menderita demam berdarah atau tidak dengan pemeriksaan lab Ns
1 Ag.
3.
Masa kritis
Pada masa ini suhu
tubuh mulai turun namun jumlah trombosit juga turun dan darah
mengental. Dapat terjadi demam 4-6 hari. Pada fase ini dapat terjadi komplikasi
syok atau
pendarahan.
- Patofisiologi Demam Berdarah
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua
perubahan patofisiologis yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya
plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu
terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal.
Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD, namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti. Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan dengan adanaya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi Dengue sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor virus serta respons imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.
Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD, namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti. Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan dengan adanaya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi Dengue sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor virus serta respons imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.
- Komplikasi Demam Berdarah
Jika dibiarkan, si penderita bisa mengalami berbagai
komplikasi. Misalnya, komplikasi pada organ hati, otak, dan rusaknya saluran
darah. Bahkan seringkali berakhir dengan kelumpuhan dan kematian.
- Pemeriksaan Penunjang Demam Berdarah
·
Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)
·
Hemokonsentrasi (kenaikan Ht > 20%)
Pemeriksaan non
spesifik demam berdarah :
·
Hematologi pemeriksaan darah rutin
: trombosit <200.000; leukosit <4.000; haematokrit (kekentalan darah
meningkat ); haemoglobin; limfosit plasma biru.
·
Kimia, dengan SGOT dan
SGPT
Pemeriksaan
spesifik demam berdarah:
·
Antigen : Ns 1 Ag: sensitif pada
hari 1-2
·
Antibodi : IgM & IgG
: muncul pada hari ke 6-7 demam
- Diagnosis Demam Berdarah
Diagnosis DD ditegakkan
berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sesuai tabel 1, dan tidak
ditemukan adanya tanda-tanda perembesan plasma (hemokonsentrasi, hipovolemia, dan
syok).
Sedangkan diagnosis DBD
ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO sebagai berikut:
·
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
·
Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet
positif, petekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau
melena.
·
Hepatomegali.
·
Syok
1.
Kriteria klinis
- Prognosis Demam Berdarah
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai
prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada
waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan
asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena
tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian
terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf,
kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.
Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain :
·
Keterlambatan
diagnosis
·
Keterlambatan
diagnosis shock
·
Keterlambatan
penanganan shock
·
Shock
yang tidak teratasi
·
Kelebihan
cairan
·
Kebocoran
yang hebat
·
Pendarahan
masif
·
Kegagalan
banyak organ
·
Ensefalopati
·
Sepsis
·
Kegawatan
karena tindakan
- Penatalaksanaan
Medis Demam
Berdarah
1. Demam Dengue
Medikamentosa:
·
Antipiretik (apabila diperlukan) :
paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari. Tidak dianjurkan pemberian asam
asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Edukasi orang
tua:
·
Anjurkan anak tirah baring selama
masih demam.
·
Bila perlu, anjurkan kompres air
hangat.
·
Perbanyak asupan cairan per oral:
air putih, ASI, cairan elektrolit, jus buah, atau sup. Tidak ada larangan
konsumsi makanan tertentu.
·
Monitor keadaan dan suhu anak
dirumah, terutama selama 2 hari saat suhu turun. Pada fase demam, kita sulit
membedakan antara DD dan DBD, sehingga orang tua perlu waspada.
·
Segera bawa anak ke rumah sakit
bila : anak gelisah, lemas, muntah terus menerus, tidak sadar, tangan/kaki
teraba dingin, atau timbul perdarahan.
2. Demam Berdarah
Dengue
Fase demam
·
Prinsip tatalaksana DBD fase demam
sama dengan tatalaksana DD.
·
Antipiretik: paracetamol 10 – 15
mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.
·
Perbanyak asupan cairan oral.
·
Monitor keadaan anak (tanda-tanda
syok) terutama selama 2 hari saat suhu turun. Monitor trombosit dan hematokrit
secara berkala.
Penggantian
volume plasma
·
Anak cenderung menjadi dehidrasi.
Penggantian cairan sesuai status dehidrasi pasien dilanjutkan dengan terapi
cairan rumatan.
·
Jenis cairan adalah kristaloid :
RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.
Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang
Berat Badan (Kg)
|
Jumlah Cairan
(ml/kg BB/hari) |
< 7
|
220
|
7 – 11
|
165
|
12 – 18
|
132
|
>18
|
88
|
Kebutuhan cairan rumatan
Berat Badan (Kg)
|
Jumlah cairan (ml)
|
10
|
100 per kg BB
|
10 – 20
|
1000 + 50 x kg BB (untuk BB di
atas 10 kg)
|
>20
|
1500 + 20 x kg BB (untuk BB di
atas 20 kg)
|
Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Kriteria rawat inap
|
Kriteria memulangkan
pasien
|
Ada kedaruratan:
• Syok • Muntah terus menerus • Kejang • Kesadaran turun • Muntah darah • Berak hitam Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali pemeriksaan berturut-turut Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%) |
Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
Nafsu makan membaik Secara klinis tampak perbaikan Hematokrit stabil Tiga hari setelah syok teratasi Trombosit > 50.000/uL Tidak dijumpai distres pernafasan |
- Pencegahan Demam Berdarah
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
Vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypty. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier :
1. Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSM), Pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
1. Menguras Bak Mandi/ penampungan air, sekurang-kurangnya sekali seminggu.
2. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
3. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
4. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas di sekiter rumah, dsb.
b. Biologis
Pengendalian Biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14).
c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan: Pengasapan (dengan menggunakan malathion dan Vention), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (Temetphos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, Gentong air, vas bunga, kolam, dsb. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalanh dngan Mengkombinasikan cara-cara diatas, yang disebut dengan ‘3M Plus’, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu, juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat.
B. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit berlangsung namun belum timbul tanda/ gejala sakit (Patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
A. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Diagnosa demam berdarah dengue adalah Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :
1. Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3
2. Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% diatas rata-rata.
- ASKEP DEMAM BERDARAH
A. Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual
dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,
pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
Sistem PernapasanÓ
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
serta pada grade IV dapat trjadi DSS
Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet
positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada
grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat
terjadi perdarahan spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan
factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek
prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat informasi.
C. Rencana Asuhan Keperawatan.
DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37
- Nyeri otot hilang
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
b. Beri kompres air hangat
b. Beri kompres air hangat
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi atau menggigil.
c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan
darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum pasien.
f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria : - Input dan output seimbang
- Vital sign dalam batas normal
- Tidak ada tanda presyok
- Akral hangat
- Capilarry refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi
fluktuasi cairan intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
b. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
peroral
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : - Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama
perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok /syok.
c. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital
sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka
tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk
mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas
kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi
efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
f. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan
peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit
reguler, pulsasi kuat
- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit
meningkat.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest
)
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi
yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap
selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
: ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria : - klien melaporkan tidak ada manifestasi
kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk
mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien
untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada
realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di
jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan
aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri
pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri
sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi
kecemasan.
h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
Kriteria : - melakukan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan
ikut serta dalam regimen perawatan.
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.
Rasional : perawatan diri (mandi, toileting,
berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan
perasaan nyaman/rileks klien sakit.
e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak terjadi devisit voume cairan
3. Tidak terjadi syok hipovolemik
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi perdarahan
6. Ansietas berkurang/terkontrol
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan.
0 komentar:
Post a Comment