BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi
dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika.
Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan
penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme
nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik,
ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya
jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS
semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab
pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah
kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini
karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan
baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir terjadi pada orang
tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Pasien peminum
alkohol, pasca bedah, dan penderita penyakit pernafasan kronik atau infeksi
virus juga mudah terserang penyakit ini.
Pneumonia adalah radang parenkim paru.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah
penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan
atas dasar anatomi seperti pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronkopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi,
klasifikasi pneumonia infeksius atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti
secara diagnostik atau terapeutik lebih relevan.
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut
bronchopneumonia).
Bronkopneumonia adalah
peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli terminalis. Bronkopneumonia
adalah nama yang diberikan untuk sebuah inflamasi paru-paru yang biasanya
dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat
dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang
bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari
saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan
sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat
muncul sebagai infeksi primer.
B.
TUJUAN
PENULISAN
- Tujuan
Umum
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak
bronkopneumonia.
- Tujuan
Khusus
a. Mengetahui
pengertian bronkopneumonia
b. Mengetahui
etiologi/penyebab anak bronkopneumonia
c. Mengetahui
patofisiologi anak bronkopneumonia
d. Dapat
melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada anak bronkopneumonia
e. Dapat
mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan bronkopneumonia
berdasarkan prioritas masalah
f. Dapat
menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada anak dengan
bronkopneumonia
C.
BATASAN
MASALAH
Pada makalah ini masalah kami
batasi pada asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
DEFINISI
Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat
(Zul, 2003).
Bronkopneumonia
digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2003).
Perubahan
system respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan
fungsi paru meliputi:
1. Peningkatan diameter anteroposterior
dada.
2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang
mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang belakang).
3. Kalsifikasi kartilago kosta dan
penurunan mobilitas kosta.
4. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
5. Peningkatan rigiditas paru.
6. Penurunan luas permukaan alveoli.
B.
ETIOLOGI
1. Bakteri :
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe
14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif,
Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
2. Virus :
Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
3. Jamur :
Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4. Protozoa :
Pneumokistis karinii.
5. Bahan kimia
:
a. Aspirasi
makanan/susu/isi lambung
b. Keracunan
hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2003)
:
1.
Berdasarkan
ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan
tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b) Pneumonia atipikal, ditandai
gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru
bilateral yang difus.
2.
Berdasarkan
faktor lingkungan
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3.
Berdasarkan
sindrom klinis
a. Pneumonia bakterial berupa :
pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam
bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe
campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal
pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau
Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2006)
:
Community
Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang
menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
1.
Hospital
Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus,
merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
2.
Lobar
dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang
ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi
anatominya saja.
3.
Pneumonia
viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.
D.
FAKTOR
RESIKO
1.
Umur
kurang dari 2 bulan
2.
Laki-laki
3.
Gizi
kurang
4.
BBLR
5.
Tidak
mendapat ASI memadai
6.
Polusi
udara
7.
Kepadatan
tempat tinggal
8.
Imunisasi
yang tidak memadai
9.
Membedung
anak berlebihan
10. Defisiensi vitamin
Faktor
resiko meningkatnya kematian karena pneumonia
1.
Umur
kurang 2 bulan
2.
Tingkat
sosio ekonomi rendah
3.
Kurang
gizi
4.
BBLR
5.
Tingkat
pendidikan ibu yang rendah
6.
Tingkat
jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
7.
Kepadatan
tempat tinggal
8.
Imunisasi
yang tidak memadai
9.
Menderita
penyakit kronis
10.
Aspek
kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah
E.
MANIFESTASI
KLINIS
1.
Kesulitan
dan sakit pada saat pernafasan
·
Nyeri
pleuritik
·
Nafas
dangkal dan mendengkur
·
Takipnea
·
Bunyi
nafas di atas area yang menglami konsolidasi
-
Mengecil,
kemudian menjadi hilang
-
Krekels,
ronki, egofoni
-
Gerakan
dada tidak simetris
-
Menggigil
dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
-
Diafoesis
-
Anoreksia
-
Malaise
-
Batuk
kental, produktif
-
Gelisah
-
Sianosis
o
Area
sirkumoral
o
Dasar
kuku kebiruan
o
Masalah-masalah
psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
F.
PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia
merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps
alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut
dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat
patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
G.
PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
·
Penderita
sakit berat yang dirawat di RS
·
Penderita yang mengalami supresi
System
pertahanan tubuh
·
Kontaminasi peralatan RS
Saluran pernafasan atas
Kuman
berlebih dibronkus
kuman terbawa infeksi pernafasan bawah
disaluran
pencernaan
Proses
peradangan
infeksi saluran dilatasi pembuluh
darah peningkatan suhu edema antara kapiler dan alveoli
Pencernaan eksudat plasma masuk alveoli septikimia iritasi PMN
eritrosit pecah
Akumulasi
secret dibronkus
gangguan difusi
peningkatan metabolism edema paru
|
Peningkatan flora dalam plasma evaporasi meningkat pengerasan dinding paru
|
normal dalam usus penurunan complaince paru
Mucus bronkus
malabsorbsi suplai O2
menurun
Meningkat diare
|
bau mulut
tidak
sedap
anoreksia hiperventilasi hipoksia
|
intake kurang dispnea metabolism
anaerob meningkat
reaksi
dada/nafas cuping hidung akumulasi asam laktat
|
fatigue
|
H. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pengambilan sekret secara
broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test
resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik ditemukan
leukositosis biasa 15.000–40.000/mm3 dengan pergeseran LED meninggi.
3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat
bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia
lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
I.
PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia,
dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak
perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan
dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas,
dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak
diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah
antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit
J. KOMPLIKASI
1. Atelektasis adalah pengembangan
paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana
terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh
rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus
dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada
setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang
menyerang selaput otak.
K. PENGKAJIAN
1.
Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan
terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit
ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik
yang tidak sempurna.
2.
Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan
utama.
Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis
sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat
penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh
dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
c. Riwayat
penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi
yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat
kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita
penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga
yang lainnya.
3. Riwayat
kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990
pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu
pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
4. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan
imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan
atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
5.
Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan.
6.
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus
(malnutrisi energi protein = MEP).
7.
Pemeriksaan persistem.
a.
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.
Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada,
melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing,
takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada
daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah,
berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak
pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
d.
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau
dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai
terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.
Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang
ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun
cekung.
f.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara
umum,
g.
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i.
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
L.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
3. Kekurangan
volume cairan b. D kegaga;an mekanisme pengaturan
4. Defisit
perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan kelemahan.
M.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis
|
Perencanaan
|
|
NOC
|
NIC
|
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan sekresi bronkus
|
Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam
klien dapat:
Ø mempertahankan
kepatenan jalan nafas.
Ø Mempertahankan
ventilasi berkurang
Dg Indikator:
Ø Tidak ada
spasme
Ø Tidak ada
cemas
Ø Tidak ada
suara tambahan
Ø RR normal
Ø Mampu
bernafas dalam
Ø Ekspansi
dan simetris
Ø Tidakada
retraksi dada
Ø Mudah
bernafas
Ø Tidak dyspnea
|
NIC: airway manajement
Aktifitas:
1.Buka jalan nafas
2.Atur posisi yang memungkinkan ventilasi maximum
3.dengarkan suara nafa
4.Monitor dan oksigenasi
5.pantau kelembaban oksigenasi pasien
6.Kaji status pernafasan
7.minta pasien tidur/duduk dengan kepala fleksi, otot
bahu rileks dan lutut menekuk
8.Anjurkan paien nafas dalam dan batuk efektif
Berikan terapi sesuai program
|
Diagnosis
|
Perencanaan
|
|
NOC
|
NIC
|
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.(Sesak
nafas)
|
NOC: Status
nutrisi, setelah diberikan penjelasan dan perawatan selama 4x 24 jam
kebutuhan nutrisi ps terpenuhi dg:
Indikator:
Ø Pemasukan
nutrisi yang adekuat
Ø Pasien mampu
menghabiskan diet yang dihidangkan
Ø Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
Ø Nilai
laboratorim, protein total 8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%, Globulin 1.8-3.6
gr%, HB tidak kurang dari 10 gr %
Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat
|
NIC: Eating
disorder manajemen
Aktifitas:
1. Tentukan kebutuhan
kalori harian
2. Ajarkan klien
dan keluarga tentang pentingnya nutrient
3. Monitoring
TTV dan nilai Laboratorium
4. Monitor
intake dan output
5. Pertahankan
kepatenan pemberian nutrisi parenteral
6. Pertimbangkan
nutrisi enteral
7. Pantau adanya
Komplikasi GI
NIC: terapi gizi
Aktifitas:
1. Monitor
masukan makanan/ minuman dan hitung kalori harian secara tepat
2. Kaloborasi
ahli gizi
3. Pastikan
dapat diet TKTP
4. Berikan
perawatan mulut
5. Pantau
hasil labioratoriun protein, albumin, globulin, HB
6. Jauhkan
benda-benda yang tidak enak untuk dipandang seperti urinal, kotak drainase,
bebat dan pispot
7. Sajikan
makanan hangat dengan variasi yang menarik
|
Diagnosis
|
Perencanaan
|
|
NOC
|
NIC
|
|
Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme
pengaturan atau regulasi
|
NOC: Hidrasi, keseimbangan cairan adekuat, selama
dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam keseimbangan cairan pasien adekuat
Indikator:
Ø Urine output
30ml/jam
Ø TTV dalam
batas normal
Turgor kulit baik, membran mukosa lembab, urine
jernih
|
Manajemen cairan
o Hitung
kebutuhan cairan harian klien
o Pertahankan
intake output tercatat secara adekuat
o Monitor
status hidrasi
o Monitor
nilai laboratorium yang sesuai
o Monitor
TTV
o Berikan
cairan secara tetap
o Tingkatkan
masukan peroral
o Libatkan
keluargadalam membantu peningkatan masukan cairan
Monitoring cairan
1. Pantau
keadaan urine
2. Monitor nilai
lab urine
3. Monitor
membran mukosa, turgor, dan tanda haus
4. Monitor
cairan per IV line.
Pertahankan pemberian terapi cairan peri infus.
|
Diagnosis
|
Perencanaan
|
|
NOC
|
NIC
|
|
Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting
berhubungan dengan kelemahan.
|
NOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah
diberi motivasi perawatan selama 2x24 jam, ps mampu melakukan mandi dan
berpakaian sendiri dg:
Indikator:
Ø Tubuh bebas
dari bau dan menjaga keutuhan kulit
Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman
|
NIC: Membantu perawatan diri pasien
Aktifitas:
1.
Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps
2.
Libatkan keluarga dan ps
3. Berikan
bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL berpakaian
Aktifitas:
1.
Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama
perawatan
2.
Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkau
3.
Bantu berpakaian yg sesuai
4.
Jaga privcy ps
Berikan pakaian pribadi yg digemari
dan sesuai
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 28 April 2013 Jam : 18.47
Tanggal pengkajian : 29 April 2013 Jam : 11.30
1. Identitas
a.
Identitas
Klien
1) Nama : An.A
2) No.RM :5000xx
3) Jenis
kelamin : perempuan
4) Tempat/tanggal
lahir : purwosari, 25
Februari 2012
5) Alamat :
Purwosari
6) Suku
bangsa : Jawa/ Indonesia
7) Agama : Islam
8) Pendidikan : -
9) Anak :I (pertama)
10) Diagnosa
: bronkopneumonia
b.
Identitas
Penanggung Jawab Klien
1) Nama
ayah : Tn. S
2) Nama
ibu : Ny. W
3) Pekerjaan
ayah :Karyawan
4) Pekerjaan
ibu : IRT
5) Pendidikan
ayah :SMA
6) Pendidikan
ibu :SMP
7) Alamat :
Purwosari
2. Riwayat Kesehatan :
a.
Keluhan utama : ibu mengatakan anak demam sejak minggu
sore, anak batuk dan muntah 1 x.
b.
Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anak panas sejak minggu
sore, anak batuk, pilek dan sesak.
c.
Riwayat kesehatan yang lampau :.ibu mengatakan anak pernah batuk dan pilek
tetapi jika sesak anak baru pertama kali dan dirawat di Rumah Sakit pertama
kali.
d.
Faktor pencetus kekambuhan : ibu mengatakan jika kondisi kesehatan anak menurun maka
anak cepat demam, batuk dan pilek.
e.
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
1)
Prenatal :
ibu mengatakan tidak tahu mengenai perkembangan pada saat kehamilan karena
anaknya adalah anak adopsi.
2) Natal : ibu mengatakan tidak tahu mengenai
perkembangan pada saat kehamilan karena anaknya adalah anak adopsi. Dan pada
saat diadopsi anak sudah berusia 2 bulan.
3) Post
Natal : BB lahir : 2900gr PB: 47 cm ibu mengatakan tidak ada kelainan pada anak.
f.
Neonatal (Imunisasi) :
Ø Hepatitis B 1 : tiga kali pada umur
1,2,6 bulan
Ø Hepatitis B 2 : umur 6 bulan
Ø BCG : umur 0 bulan
Ø DPT 1 : umur 1 bulan
Ø DPT 2 : umur 2
bulan
Ø DPT 3 : umur 4 bulan
Ø DPT 4 : umur 6 bulan
Ø Polio 1 : umur 1 bulan
Ø Polio 2 : umur 2 bulan
Ø Polio 3 : umur 4 bulan
Ø Polio 4: umur 6 bulan
Ø Campak 1 : umur 9 bulan
g. Pertumbuhan
dan Perkembangan
1) Motorik
a) Mengguling,
umur :
7 bulan
b) Duduk,
umur :
8 bulan
c) Merangkak,
umur :
8 bulan
d) Berdiri,
umur :
12 bulan
e) Berjalan,
umur :
anak belum bias berjalan
2) Sosial
Kognitif
1) Tersenyum,
umur :
2 bulan
2) Mengucapkan
kata pertama, umur : 10 bulan
3) Bermain,
umur :
5 bulan
4) Sekolah,
umur :
anak belum sekolah
h.
Riwayat kecelakaan/cedera : anak tidak pernah mempunyai riwayat kecelakaan maupun
cedera.
i.
Riwayat alergi : anak tidak memiliki alergi baik terhadap makanan maupun
obat-obatan
j.
Riwayat Kesehatan Keluarga : dari keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang
serius.
3. Genogram
Keterangan:
:
laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: garis perkawinan
:garis keturunan
-------- :tinggal serumah dengan pasien
4. Riwayat Sosial
a.
Pengasuh : ibu,
ayah, kakek, nenek, tante.
b.
Hubungan dengan anggota keluarga : baik, anak paling dekat dengan ibu, ibu mengatakan tidak
ada masalah dengan hubungan anak dengan anggota keluarga yg lain
c.
Teman sebaya : baik, selama ini
anak tidak ada maslah dengan teman dirumah maupun dirumah sakit.
d.
Pembawaan secara umum : ibu mengatakan anak aktif, penampilan bersih dan anak akan langsung
menangis jika tidak suka dengan sesuatu..
5. Nutrisi
|
Sebelum sakit
|
Keadaan saat ini
|
Jenis
makanan
Makanan
24 jam terakhir
Makanan
yang disukai
Makanan
yang tidak disukai
Alat
makan yang dipakai
Jam
makan
Alergi
makanan
|
Nasi
lunak, bubur santan
Bubur
santan
Nasi
lunak, ati, sayur bayam, susu
pisang
Piring, sendok
Pagi, siang, sore
Tidak ada alergi
|
Nasi lunak, sayur, susu, lauk
Nasi lunak, sayur, susu, lauk
Nasi lunak, sayur,
ayam
Anak menyukai semua jenis makanan
yang disediakan di RS
Piring, sendok
Pagi, siang, sore
Tidak ada alergi
|
6. Cairan
|
Sebelum sakit
|
Keadaan saat ini
|
Intake
|
Air putih hangat(1200 cc)+susu(200 cc) = 1400 cc/24 jam
|
Air putih (300 cc) + infus 500 cc +susu formula 250 cc =1050 cc/24 jam
|
Output
|
BAB 1x
BAK 4-5 x/hari=500 cc
|
Belum BAB selama masuk RS
BAK 3x sejak masuk = 300 cc
|
IWL
|
9 x 40 =360 cc/24jam
|
9x 40 =360
10/100x 1 +360 =360,1 cc/24 jam
|
Kebutuhan
cairan
|
BB =9 kg
9x100 =900 cc/kgBB/hari
1x50=50 cc/kgBB/hari
900+ 50 =950 cc/kgBB/hari
|
BB =9 kg
9x100 =900 cc/kgBB/hari
1x50=50 cc/kgBB/hari
900+ 50 =950 cc/kgBB/hari
Ditambah kenaikan suhu 1oC adl
10/100 x 950 =95 cc
Jdi kebutuhan cairannya adl
950 + 95 =1045 cc/24 jam
|
7. Pola Eliminasi
|
Sebelum sakit
|
Keadaan saat ini
|
Pola
BAB
|
Sehari 1x dengan konsistensi lembek, kuning, bau khas
feses
|
Selama
masuk RS anak belum BAB
|
Pola
BAK
|
Sehari 4-5 x sehari dengan warna kuning, bau khas urine
|
BAK baru 3x dengan kuning pekat, bau khas urine
|
Perubahan
pola eliminasi
|
Anak semakin sering BAK
|
Anak jarang BAK
|
Keringat
|
50 cc
|
100 cc
|
8. Pola Aktivitas dan Latihan
|
Sebelum sakit
|
Keadaan saat ini
|
Kegiatan
sehari-hari
|
Anak
suka bermain dengan aktif
|
Anak
rewel, ingin digendong dan sering tidur
|
Tingkat
perawatan diri
|
Anak
belum biasa melakukan perawatan diri
|
Semua
kebutuhan anak dipenuhi oleh ibu dan neneknya
|
Penggunaan waktu luang
|
Anak sering bermain
dan terkadang diajak jalan-jalan oleh neneknya.
|
Anak
hanya sering tidur dan kadang-kadang jalan-jalan keluar kamar.
|
ADL
|
Sebelum sakit
|
Keadaan saat ini
|
||||
Mandiri
|
Dibantu
sebagian
|
Dibantu
penuh
|
Mandiri
|
Dibantu
sebagian
|
Dibantu
penuh
|
|
Makan/Minum
|
|
|
ü
|
|
|
ü
|
Berpakaian/Berdandan
|
|
|
ü
|
|
|
ü
|
Toileting
|
|
|
ü
|
|
|
ü
|
Mandi
|
|
|
ü
|
|
|
ü
|
Mobilitas
|
|
|
√
|
|
|
√
|
Anak baru berumur 14 bulan segala kebutuhan sehari-hari masih dibantu oleh keluarga
Keterangan :
0
: mandiri
1
: alat bantu
2
: di bantu orang lain
3
: di bantu orang lain dan alat
4
: tergantung total
9.
Pola
Tidur dan Istirahat
|
Sebelum sakit
|
Keadaan saat ini
|
Jam
tidur
|
Jam 19.00-05.00 WIB
|
Jam 19.30-23.00/02.00 WIB
|
Pengantar
tidur
|
Minum susu
|
Dikeloni dan minum
susu
|
Teman
tidur
|
Sering dikeloni
ibunya
|
Selalu dikeloni
ibunya
|
Gangguan
tidur
|
Tidak ada
|
Anak sering terbangun
karena batuk.
|
10. Pola Persepsi dan Kognitif
a. Fungsi
penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, nyeri : seluruh fungsi baik, pada saat anak
dipasang infuse anak menangis karena sakit.
b. Respon
terhadap suara berisik, sentuhan, perbincangan dan music : anak sering terbangun jika mendengar
suara berisik dan jika akan melakukan tindakan keperawatan.
c. Pengalaman
pendidikan: anak belum memiliki
pengalaman sekolah karena anak baru berusia 14 bulan.
d. Pola
berbicara : anak
baru bias menyebutkan kata “apa dan maem”
e. Kemampuan
untuk bekerja sama dan berkomunikasi :
baik, namun jika ada orang baru anak malu-malu
f. Kebiasaan
yang terlihat oleh orang tua:
anak sangat aktif dirumah, namun sejak dirumah sakit anak lebih banyak diem.
11. Pola Persepsi dan Konsep diri
a.
Penampilan : penampilan
bersih dan rapi dengan menggunakan baju rok dan memakai
pampers
b.
Kebiasaan : bermain
dan aktif
c.
Interest :
anak senang music dan suka menari dan
jogged-joged jika mendengarkan musik
d.
Yang menyebabkan ketakutan dan marah,
bagaimana mengatasinya : anak takut jika
melihat perawat dan ibu akan menggendong dan member susu agar anak tidak
menangis.
e.
Humor :
anak tertawa jika bermain dengan
sepupunya.
12. Pola Peran dan Hubungan
a.
Yang biasa mengasuh : kakek, nenek, ibu, ayah
b.
Sibling : anak adalah anak pertama dan belum memiliki
saudara
c.
Interaksi dengan teman sebaya : baik, anak tidak ada kendala jika bermain dengan teman
sebaya, jika teman baru anak malu-malu.
d.
Respon terhadap perpisahan : cukup, terkadang anak menangis jika ditinggal ibunya.
e.
Kemandirian : anak belum mandiri.
f.
Sekolah :
anak belum sekolah
13. Pola Reproduksi Sosial
a.
Pengetahuan tentang jenis kelaminnya : anak belum bisa membedakan laki-laki dan perempuan
b.
Teman dekat : belum memiliki teman
dekat
c.
Menarche (perempuan) : -
Sirkumsisi (laki-laki) :-
B.
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Umum
a.
Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : CM GCS: …15. (E : 4, M:6 ,
V:5 )
c. Tanda-tanda
vital :Nadi :112 RR
: 32 S : 38,4
d. Antropometri
: Tinggi
badan : - Berat
badan : 9 kg
e. Status gizi :
IMT
= BB/(TB)2 =9/(73)2 =9/5329 =1,68
-2
SD s/d +2 SD = normal
f. Nyeri : anak terlihat menangis saat diinjeksi
obat oleh perawat
2. Head
to toe
a. Kepala
Inspeksi :bentuk mesoccephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
rambut hitem,
Palpasi : tidak
ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Ukuran pupil normal isokor kiri dan kanan,reaksi
terhadap cahaya baik, konjungtiva tidak anemis, sklera non ikterik, fungsi
penglihatan baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, perdarahan tidak ditemukan,
tidak ada polip pada lubang hidung, sekret (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Inspeksi :bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : tidak ada stomatitis,
membrane mukosa lembab
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan tekanan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
: Bentuk :
1) Paru-
paru
Inspeksi : pergerakan dinding
dada simetris, ada retraksi dada, bentuk dada normochest.
Palpasi : tidak
ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengar suara tambahan “grok-grok”
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada interkosta
4 dan 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : s1dan s2 reguler
h.
Abdomen
Inspeksi : bentuk
simetris, tidak acites, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltik usus 26x/mnt
Perkusi : suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i.
Genetalia :tidak ada kelainan,
tidak ada kemerahan, tidak ada iritasi
j.
Ekstremitas
Atas : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh,
tangan kiri terpasang infus
Bawah : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh
Keterangan
0 : Paralisis
1 : Tidak ada gerakan terasa
2 : Gerakan otot penuh menentang
gravitasi dan sokongan
3 : Gerakan normal menentang
gravitasi dan sokongan
4: Gerakan normal menentang
gravitasi dan sokongan dengan sedikit
tahanan
5 : Gerakan normal menentang
gravitasi dan sokongan dengan tahanan
penuh
k.
Integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, turgor kulit
elastis
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
l.
Refleks : respon terhadap rangsangan
C.
THERAPY
Jenis
|
Dosis
|
Melalui
|
Indikasi
|
Infuse RL
Inj ampicilin
Paracetamol
Cefotaxime
Metyl prednisolon
Farbiven
|
8 tpm
3 x 250 mg
3x350 mg
3x9 mg
1 cc/ 8 jam
|
IV
IV
Oral
IV
IV
Nasal
|
Memenuhi
kebutuhan cairan
Antibiotik
Antipiretik
Antibiotik
|
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No
|
Jenis
pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Normal
|
Interpretasi
|
|
Hb
AL (angka leukosit)
AE(angka eritrosit)
AT(angka trombisit)
HMT (hematokrit)
Hitung jenis leukosit
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Lymposit
Monosit
|
10,4
8,1
3,90
313
31,0
0
0
0
61
29
10
|
Gr%
Ribu/uL
Juta/uL
Ribu/uL
%
%
%
%
%
%
%
|
12
4-10
4,5-5,5
150-450
42-52
2-4
0-1
2-5
32-47
20-25
4-8
|
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
|
E.
RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
Diagnose
keperawatan
|
Tujuan ( NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
1
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
|
Setelah
dilakukan tindak-an perawatan selama 3 X 24 jam jalan nafas efektif, dengan kriteria :
-
Mendemontrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah)
-
Menunjukan jalan nafas yang paten
(tidak merasa tercekik, frekuensi pernafasan dalam rentang normal)
-
Mampu mengidentifikasi dan
mencegah factor penyebab.
|
-
Anjurkan keluarga untuk
meningkatkan istirahat
-
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
-
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
-
Berikan bronkodilator
-
Atur intake untuk cairan
-
Jelaskan pada keluarga tentang
kegunaan inhalasi.
|
2
|
Hipertermia b/d peningkatan
metabolisme
|
Setelah
dilakukan tindak-an perawatan selama 2 X 24 jam suhu badan pasien dalam batas
normal, dengan kriteria :
-
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5˚C- 37,5˚C)
-
Tidak ada sakit pusing
-
Tidak ada perubahan warna kulit
-
Nadi, respirasi dalam rentang normal
-
Pasien menyatakan nyama
|
1. Monitor
suhu tubuh sesering mungkin
2. Monitor
nadi dan respirasi
3. Monitor
suhu dan warna kulit
4. Anjurkan
keluarga untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi
5. Kompres
pasien pada lipat paha dan aksila
6. Berikan
obat antipiretik
|
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/JAM
|
DIAGNOSA
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
PARAF
|
29/4-2013
12.00
13.00
09.00
13.00
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
|
1. Menganjurkan
keluarga untuk meningkatkan istirahat anak
2. Memberikan
posisi semi fowler dengan menggunakan bantal untuk memaksimalkan ventilasi
3. Memberikan
terapi inhalasi nebulizer farbiven 1 cc
4. Memberikan
terapi injeksi antibiotic :
-
Inj. Ampicilin 250 mg
-
Inj. Cefotaxime 350 mg
-
Inj. Mp 9 mg
5. Menjelaskan
pada keluarga tentang kegunaan inhalasi
|
Jam 13.00
S :
-
Ibu mengatakan anak masih batuk
ngikil
-
Ibu mengatakan mengerti tentang
kegunaan diberikan nebu
O :
-
Suara tambahan sudah mulai
berkurang
-
Nebu farbiven 1cc masuk
-
Anak terlihat menangis saat
diberikan terapi inhalasi dan injeksi.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Berikan terapi inhalasi
-
Observasi ku
|
|
29/4-2013
12.30
12.35
12.45
|
Hipertermia b/d peningkatan metabolisme
|
1. Mengukur
suhu tubuh klien
2. Memonitor
warna dan suhu kulit
3. Mengukur
nadi dan RR
4. Memberikan
terapi antipiretik paracetamol
5. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan kompres hangat pada lipat paha dan aksila
6. Menganjurkan
keluarga untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi
|
Jam 13.00
S :
-
Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya
sudah mulai turun
-
Ibu mengatakan sudah mengompres
anaknya
-
Ibu mengatakan sudah memberikan
minum air putih dan susu yang banyak
O :
-
Anak terlihat tidur setelah mnum
obat
-
Suhu : 36,8
-
Paracetamol syrup masuk
A ;
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Observasi suhu tubuh
-
Observasi warna kulit
-
Intake dan output adekuat
|
|
30/4-2013
14.00
15.00
14.30
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
|
1. Menganjurkan
keluarga untuk meningkatkan istirahat anak
2. Memberikan
posisi semi fowler dengan menggunakan bantal untuk memaksimalkan ventilasi
3. Memberikan
terapi inhalasi nebulizer farbiven 1 cc
4.
Memberikan terapi injeksi
antibiotic :
-
Inj. Ampicilin 250 mg
-
Inj. Cefotaxime 350 mg
-
Inj. Mp 9 mg
-
Menjelaskan pada keluarga tentang
kegunaan inhalasi
|
Jam 18.30
S :
-
Ibu mengatakan anak masih batuk
O :
-
Nebu farbiven 1cc masuk
-
Anak terlihat menangis saat
diberikan terapi inhalasi dan injeksi.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Berikan terapi inhalasi dan
antibiotik
-
Observasi ku
|
|
|
Hipertermia b/d peningkatan metabolisme
|
1. Mengukur
suhu tubuh klien
2. Memonitor
warna dan suhu kulit
3. Mengukur
nadi dan RR
4.
Memberikan terapi antipiretik
paracetamol
-
Menganjurkan keluarga untuk
meningkatkan intake cairan dan nutrisi
|
Jam 18.30
S :
-
Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya
sudah tidak panas lagi
-
Ibu mengatakan sudah memberikan
minum air putih dan susu yang banyak
O :
-
Suhu : 36,6
-
Paracetamol syrup masuk
A ;
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Observasi suhu tubuh
-
Observasi warna kulit
-
Intake dan output adekuat
|
|
1/5-2013
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
|
1. Menganjurkan
keluarga untuk meningkatkan istirahat anak
2. Memberikan
posisi semi fowler dengan menggunakan bantal untuk memaksimalkan ventilasi
3. Memberikan
terapi inhalasi nebulizer farbiven 1 cc
4.
Memberikan terapi injeksi
antibiotic :
-
Inj. Ampicilin 250 mg
-
Inj. Cefotaxime 350 mg
-
Inj. Mp 9 mg
|
Jam 13.00
S :
-
Ibu mengatakan anak masih batuk
O :
-
Nebu farbiven 1cc masuk
-
Anak terlihat menangis saat
diberikan terapi inhalasi dan injeksi.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Berikan terapi inhalasi dan
antibiotik
-
Observasi ku
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab
ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan prinsip pendekatan
proses perawatan antara lain:
PENGKAJIAN
Pada
bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, bersihan
jalan nafas dan deficit perawatan diri. Sedangkan pada tinjauan kasus
pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan hipertermia dan bersihan jalan
nafas tidak efektif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada
tinjauan teori di dapatkan empat diagnosa keperawatan yakni :bersihan jalan
tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi, kekurangan volume cairan dan deficit
perawatan diri. Sedangkan pada kasus nyata penyusun hanya mendapatkandua
diagnosa dari klien yakni
RENCANA KEPERAWATAN
Pada
tinjauan teori rencana keperawatan
ditekankan pada bersihan jalan nafas , termoregulator / lingkungan yang nyaman,
dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana
keperawatan juga ditekankan pada hal tersebut di atas.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Seperti
halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan teori, tindakan
keperawatan yang dilakukan baik dalan tinjauan teori dan tinjauan kasus adalah bersihan
jalan nafas , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan tindakan
septik dan aseptik.
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap – tiap diagnosa sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan yangtercantum pada tujuan rencana keperawatan.
Memang pencapaian tujuan pada anak dengan bronkopneumonia ini harus benar-
benar prosedural .
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas
mengenai uraian asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Dalam
melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia ditekankan pada
ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, dan bersihan jalan nafas
- Dalam
perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang digunakan
dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan tempat praktek
yakni di ruang anak sehingga kurang
maksimal.
- Dalam
melakukan pengkajian dan
implementasi keperawatan, perawat harus benar-benar prosedural dan
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.
- Dalam
memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu, dan jalan nafas
B. SARAN
Berdasarkan
kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran sebagai
berikut:
- Dalam
memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status klien.
- Dalam
melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan perlu
adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya
sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah
keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
- Untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus Bronchopneumonia
alergia diruang anggrek hendaknya perawat meningkatkan pengetahuan tentang
masalah bronkopneumonia
4. Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan
anak dengan bronkopneumonia perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan,
teliti, cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang
memadai.