Sunday, 17 May 2015


SKENARIO KASUS F

            Keluarga X tinggal di rumah bilik berukuran 4 x 3 meter persegi di daerah kumuh pinggiran kota, kepala keluarga menderita TBC, bekerja sebagai kuli angkut di sebuah gudang beras, istrinya sedang hamil 4 bulan, belum pernah periksa hamil, tidak bekerja, tinggal di rumah mengurusi 2 anak balita usia 3 tahun dan 1,5 tahun, anak-anak mereka sudah 2 minggu batuk pilek tidak sembuh-sembuh.

TIK : Mahasiswa mampu menjelaskan :
  • Tahap tumbuh kembang keluarga
  • Tugas-fungsi keluarga
  • Masalah kesehatan dalam keluarga :
Ø  Menderita TBC
Ø  Hamil 4 bulan (multipara)
Ø  Dua balita dalam satu rumah
Ø  Batuk pilek tidak sembuh-sembuh
  • Askep keluarga X

I.                   IDENTIFIKASI MASALAH

  • Keluarga X tinggal di rumah bilik berukuran 4 x 3 meter persegi di daerah kumuh pinggiran kota.
  • Kepala keluarga menderita TBC, bekerja sebagai kuli angkut di sebuah gudang beras.
  • Istrinya sedang hamil 4 bulan, belum pernah periksa hamil, tidak bekerja, tinggal di rumah mengurusi 2 anak balita usia 3 tahun dan 1,5 tahun.
  • Anak-anak mereka sudah 2 minggu batuk pilek tidak sembuh-sembuh.

II.                ANALISA MASALAH

·         Keluarga dengan salah satu keluarga menderita kasus TBC
·         Patofisiologi TBC
·         Komplikasi TBC
·         Penanganan TBC
·         Diagnosa keperawatan yang muncul
·         Peran perawat sebagai advokat klien



III.             TINJAUAN TEORI

  1. Definisi TBC
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tubercolosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer Arief, 2000).
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.(Price & Wilson, 1994).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi kronik akut atau subakut disebabkan oleh Basilus Tuberculosis, Mycrobacterium Tuberculosis, dan kebanyakan mengenai struktur alveolar paru yang presentasi kronisnya bervariasi, berkisar asimtomatis dengan hanya menunjukkan tes kulit positif sampai meliputi pulmoner luas dan sistemik (Susan Martin Tucker, 1998).

  1. Anatomi Saluran Pernafasan
  2. Etiologi TBC
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA) (Suyono, et al 2001).
Penyebab dari TB paru adalah Mycrobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 2-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Kuman ini bersifat aerob terhadap asam karena sebagian besar tubuh kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (Soeparman, 1998).
Kuman penyebab tuberculosis adalah Mycrobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Basil ini sukar diwarnai, tetapi berbeda dengan basil lain. Setelah diwarnai tidak dapat dibersihkan lagi fushin atau methillenblue oleh cairan asam sehingga biasanya disebut Basil Tahan Asam (BTA). Pewarnaan Zheil Neelsen biasanya dipergunakan untuk menambahkan basil ini.
Ada 2 macam micobakteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis dan bila diminum dapat menyebabkan tuberculosis usus. Basil tipe human biasa berada di bercak ludah (dorplet) diudara yang berasal dari penderita TBC terbuka.
Apabila seseorang terpajan kuman ini, maka resiko tertularnya sangat tinggi dan akan menjadi terinfeksi (Samsul Hidayat, 1997).

  1. Faktor Resiko TBC
  2. Manifestasi Klinis TBC
Gejala utama TB paru adalah terlihat lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam rendah, nyeri dada, dan batuk darah .
Seseorang yang menderita TB paru akan menunjukkan gejala klinis, yaitu antara lain;
1.      Tahap asimtomatis
2.      Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
3.      Eksaserbasi yang memburuk
4.      Gejala berulang dan menjadi kronik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
1.      Tanda-tanda inflatrat (redup, bronkhial, ronki basah dan lain-lain)
2.    Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
3.    Sekret disaluran nafas dan ronkhi
Saluran nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.

  1. Klasifikasi Diagnostik TBC
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1.      Tuberkulosis paru
2.      Bekas tuberculosis paru
3.      Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a.       TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif)
b.      TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain meragukan)
                                                                                           (Suyono, et al 2001)
1.  TB paru
a.      BTA mikroskopis langsung atau biakan (+), kelainan foto toraks menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB
b.     BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (Initial Therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat .
2.   TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat mulai
3.   Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien dimasa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal, tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-) . Kelompok ini tidak perlu diobati

  1. Patofisiologi TBC
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)
Penularan tuberculosis paru terjadi karena di batukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap pada udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan beberapa hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel dapat masuk ke alveolar dan ukuran partikel <5 mikrometer. Kebanyakan partikel ini akan mati oleh makrofag yang keluar dari cabang tracea-bronceal bersama gerakan silia dengan sekretnya. Akan tetapi bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma macrofag.  Disini terbawa masuk ke organ tubuh lainnya, kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon (Waspadji, 2001).
Basil tuberculosis yang mencapai permukaan alveolus di inhalasi sampai suatu unit yang terdiri 1-3 basil. Partikel dapat masuk ke alveolus bila ukuran partikel < 5 micrometer. Basil yang besar akan bertahan disaluran hidung dan cabang besar broncus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah diruang alveolus, biasanya dibagian bawah lobus atau sebalik nya basil akan membangkitkan reaksi peradangan leukosit pollimorfo nuclear yang ada ditempat tersebut yang hanya akan memfagosit, tetapi tidak membunuh organisme. Sehingga leukosit diganti makrofag. Adanya reaksi peradangan alveoli akan timbul gejala pneumonia akut dan pneumonia ini akan sembuh dengan sendirinya, selain itu nekrosis bagian sentral. Dan lesi akan memberi gambaran relative padat (Nekrosis Kaseosa).
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan perut yang akhirnya membentuk kapsul, lesi primer baru di namakan fokusghon. Gabungan terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan Komplek Ghon (Sylvia A. Price, 1995)

  1. Komplikasi TBC
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi di bagian atas. Serta komplikasi dini dan komplikasi lanjutan.
1.      Komplikasi Dini
a.         Pleuritis
b.         Efusipleura
c.         Emfisema
d.        Laringitis
e.         Menjalar ke organ lain (usus)
2.   Komplikasi Lanjut
a.         Obstruksi jalan nafas (SOPT / Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b.         Kerusakan parenkim berat (SOPT / Fibrosis paru / corpulmonal)
c.         Amiloidosis
d.        Karsinoma paru
e.         Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB millier dan kavitas TB

  1. Pemeriksaan Penunjang TBC
1.      Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2.      Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3.      Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB paru, yaitu :
a.       Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal    lobus bawah
b.      Adanya kavitas, tunggal atau ganda
c.       Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru
d.      Adanya klasifikasi
e.       Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
f.       Bayangan milier
4.      Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitive, karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.
5.      Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat hydrogen imunoperoksidase. Skreening untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
6.      Tes Mantoux / Tuberkulin
7.      Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8.      Becton Dickinson Diagnostic Instrumen System (BACTEC)
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. Tuberkulosis.
9.      Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon hormonal, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah
10.  Mycodot
Deteksi antibody memakai antigen limporabinomanna yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

  1. Diagnosis TBC
  2. Prognosis TBC
  3. Penatalaksanaan Medis TBC
1.    Obat anti TB (OAT)
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), Rifampisin (®), Pirazinamid (Z), Streptamisin (S), yang bersifat bakteriosit dan etambutol (E) yang bersifat bakteriostatik :
Tujuan penberian adalah
Ø  Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakteriosid
Ø  Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan kegiatan sterilisasi
Ø  Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Pengobatan TB paru secara intensif dilakukan melalui 2 fase, yaitu;
a.      Fase awal intensif, dengan kegiatan bakteriosid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b.     Fase lanjut, melalui kegiatan sterillisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
2.    Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
DOTS adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan dipelayanan kesehatan dasar didunia untuk mendeteksi pasien TB. Strategi ini terdiri 5 komponen, yaitu;
a.    Dukungan politik para pemimpin wilayah di setiap jenjang, sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan akan tersedia.
b.    Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
c.    Pengurus minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien telah minum obat dan diharapkan sembuh pada masa akhir pengobatan nya.
d.   Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagia bagian dari system surveilans penyakit sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
e.    Paduan obat Anti TB jangka pendek yang benar termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk kebersihan pengobatannya.

  1. Pencegahan TBC
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tertier

  1. Tahap Perkembangan Keluarga X
Tahap perkembangan keluarga X adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun). Tahap perkembangan keluarga ini meliputi:
1.      Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
2.      Membantu anak untuk bersosialisasi
3.      Beradaptasi dengann anak yang baru lahir, sementara kebutuhana anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
4.      Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau diluar keluarga (keluarga lain dengan lingkungan sekitar)
5.      Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6.      Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7.      Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Arita Murwani, 2010).

  1. Tugas dan Fungsi Keluarga X
Tugas keluarga X dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun), antara lain yaitu:
1.      Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
2.      Membantu anak untuk bersosialisasi
3.      Beradaptasi dengann anak yang baru lahir, sementara kebutuhana anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
4.      Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau diluar keluarga (keluarga lain dengan lingkungan sekitar)
5.      Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6.      Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7.      Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Fungsi keluarga X dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun), antara lain yaitu:
1)      Afektif
2)      Ekonomi
3)      Sosialis
4)      Reproduksi
5)      Perawatan kesehatan
a.       Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b.      Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
c.       Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d.      Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat
e.       Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat

  1. ASKEP KELUARGA X
Masalah kesehatan dalam keluarga :
Ø  Menderita TBC
Ø  Hamil 4 bulan (multipara)
Ø  Dua balita dalam satu rumah
Ø  Batuk pilek tidak sembuh-sembuh


0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget