SKENARIO KASUS F
Keluarga
X tinggal di rumah bilik berukuran 4 x 3 meter persegi di
daerah kumuh pinggiran kota, kepala keluarga menderita TBC, bekerja sebagai
kuli angkut di sebuah gudang beras, istrinya sedang hamil 4 bulan, belum pernah
periksa hamil, tidak bekerja, tinggal di rumah mengurusi 2 anak balita usia 3
tahun dan 1,5 tahun, anak-anak mereka sudah 2 minggu batuk pilek tidak
sembuh-sembuh.
TIK : Mahasiswa
mampu menjelaskan :
- Tahap tumbuh kembang keluarga
- Tugas-fungsi keluarga
- Masalah kesehatan dalam keluarga :
Ø
Menderita TBC
Ø
Hamil 4 bulan (multipara)
Ø
Dua balita dalam satu rumah
Ø
Batuk pilek tidak sembuh-sembuh
- Askep keluarga X
I.
IDENTIFIKASI MASALAH
- Keluarga X tinggal di rumah bilik berukuran 4 x 3 meter persegi di daerah kumuh pinggiran kota.
- Kepala keluarga menderita TBC, bekerja sebagai kuli angkut di sebuah gudang beras.
- Istrinya sedang hamil 4 bulan, belum pernah periksa hamil, tidak bekerja, tinggal di rumah mengurusi 2 anak balita usia 3 tahun dan 1,5 tahun.
- Anak-anak mereka sudah 2 minggu batuk pilek tidak sembuh-sembuh.
II.
ANALISA MASALAH
·
Keluarga dengan salah satu
keluarga menderita kasus TBC
·
Patofisiologi
TBC
·
Komplikasi
TBC
·
Penanganan
TBC
·
Diagnosa
keperawatan yang muncul
·
Peran perawat sebagai advokat klien
III.
TINJAUAN TEORI
- Definisi TBC
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycrobacterium Tubercolosis
dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer Arief, 2000).
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.(Price & Wilson, 1994).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi kronik akut atau
subakut disebabkan oleh Basilus Tuberculosis, Mycrobacterium Tuberculosis, dan
kebanyakan mengenai struktur alveolar paru yang presentasi kronisnya
bervariasi, berkisar asimtomatis dengan hanya menunjukkan tes kulit positif
sampai meliputi pulmoner luas dan sistemik (Susan Martin Tucker, 1998).
- Anatomi Saluran
Pernafasan
- Etiologi TBC
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam
basil tahan asam (BTA) (Suyono, et al
2001).
Penyebab dari TB paru
adalah Mycrobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 2-4 mm
dan tebal 0,3-0,6 mm.
Kuman ini bersifat aerob terhadap asam karena sebagian besar tubuh kuman
terdiri dari asam lemak (lipid). Kuman
dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (Soeparman, 1998).
Kuman penyebab
tuberculosis adalah Mycrobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
Basil ini sukar diwarnai, tetapi berbeda dengan basil lain. Setelah diwarnai
tidak dapat dibersihkan lagi fushin atau methillenblue oleh cairan asam
sehingga biasanya disebut Basil Tahan Asam (BTA). Pewarnaan Zheil Neelsen
biasanya dipergunakan untuk menambahkan basil ini.
Apabila seseorang terpajan kuman ini, maka resiko
tertularnya sangat tinggi dan akan menjadi terinfeksi (Samsul Hidayat, 1997).
- Faktor Resiko TBC
- Manifestasi Klinis TBC
Gejala utama TB paru
adalah terlihat lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala
flu, demam rendah, nyeri dada, dan batuk darah .
Seseorang yang
menderita TB paru akan menunjukkan gejala klinis, yaitu antara lain;
1. Tahap asimtomatis
2. Gejala TB paru yang khas, kemudian
stagnansi dan regresi
3. Eksaserbasi yang memburuk
4. Gejala berulang dan menjadi kronik
Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
1.
Tanda-tanda inflatrat (redup, bronkhial, ronki basah
dan lain-lain)
2.
Tanda-tanda
penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
3.
Sekret disaluran nafas dan ronkhi
Saluran nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan
langsung dengan bronkus.
- Klasifikasi Diagnostik TBC
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai
berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1.
Tuberkulosis paru
2.
Bekas tuberculosis paru
3.
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a.
TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif,
tapi tanda-tanda lain positif)
b.
TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain meragukan)
(Suyono, et al 2001)
1. TB
paru
a.
BTA mikroskopis langsung atau biakan (+), kelainan foto
toraks menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB
b.
BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi
kelainan rontgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan
awal anti TB (Initial Therapy). Pasien golongan ini memerlukan
pengobatan yang adekuat .
2.
TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat
sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien
dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau
pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru.
Pengobatan dengan anti TB sudah dapat mulai
3. Bekas TB (tidak sakit)
- Patofisiologi TBC
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk
memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh
darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil
dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli
dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih
hidup dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut
komplek Ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,
tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang
dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan
bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan
penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)
Penularan tuberculosis
paru terjadi karena di batukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap pada udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan
beberapa hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel dapat masuk ke alveolar dan
ukuran partikel <5 mikrometer. Kebanyakan partikel ini akan mati oleh
makrofag yang keluar dari cabang tracea-bronceal bersama gerakan silia dengan
sekretnya. Akan tetapi bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma macrofag.
Disini terbawa masuk ke organ tubuh lainnya, kuman yang bersarang di
jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut
sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon (Waspadji, 2001).
Basil tuberculosis yang
mencapai permukaan alveolus di inhalasi sampai suatu unit yang terdiri 1-3
basil. Partikel dapat masuk ke alveolus bila ukuran partikel < 5 micrometer.
Basil yang besar akan bertahan disaluran hidung dan cabang besar broncus dan
tidak menyebabkan penyakit.
Setelah diruang
alveolus, biasanya dibagian bawah lobus atau sebalik nya basil akan
membangkitkan reaksi peradangan leukosit pollimorfo nuclear yang ada ditempat
tersebut yang hanya akan memfagosit, tetapi tidak membunuh organisme. Sehingga
leukosit diganti makrofag. Adanya reaksi peradangan alveoli akan timbul gejala
pneumonia akut dan pneumonia ini akan sembuh dengan sendirinya, selain itu
nekrosis bagian sentral. Dan lesi akan memberi gambaran relative padat
(Nekrosis Kaseosa).
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
perut yang akhirnya membentuk kapsul, lesi primer baru di namakan fokusghon.
Gabungan terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan
Komplek Ghon (Sylvia A. Price, 1995)
- Komplikasi TBC
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi di bagian atas. Serta komplikasi dini dan komplikasi
lanjutan.
1.
Komplikasi Dini
a.
Pleuritis
b.
Efusipleura
c.
Emfisema
d.
Laringitis
e.
Menjalar ke organ lain (usus)
2. Komplikasi Lanjut
a.
Obstruksi
jalan nafas (SOPT / Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b.
Kerusakan parenkim berat (SOPT / Fibrosis paru /
corpulmonal)
c.
Amiloidosis
d.
Karsinoma paru
e.
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada
TB millier dan kavitas TB
- Pemeriksaan Penunjang TBC
1.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2.
Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,
limfositosis)
3.
Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang
menunjang diagnosis TB paru, yaitu :
a.
Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau
segmen apikal lobus bawah
b. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
c. Kelainan bilateral, terutama dilapangan
atas paru
d. Adanya klasifikasi
e. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa
minggu kemudian
f.
Bayangan milier
4.
Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB paru,
namun pemeriksaan ini tidak sensitive, karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat
didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.
5. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji
serologi imunoperoksidase memakai alat hydrogen imunoperoksidase. Skreening
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
6.
Tes Mantoux / Tuberkulin
7.
Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi
dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1
mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8.
Becton Dickinson Diagnostic Instrumen System (BACTEC)
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang di
hasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. Tuberkulosis.
9.
Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon hormonal, berupa proses antigen-antibodi
yang terjadi. Pelaksanaannya rumit
dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah
10. Mycodot
Deteksi antibody memakai antigen limporabinomanna yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka
warna sisir akan berubah.
- Diagnosis TBC
- Prognosis TBC
- Penatalaksanaan
Medis TBC
1.
Obat anti TB (OAT)
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH),
Rifampisin (®), Pirazinamid (Z), Streptamisin (S), yang bersifat bakteriosit
dan etambutol (E) yang bersifat bakteriostatik :
Tujuan penberian adalah
Ø
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi
negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakteriosid
Ø Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama
setelah pengobatan kegiatan sterilisasi
Ø Menghilangkan atau mengurangi gejala dan
lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Pengobatan TB paru secara
intensif dilakukan melalui 2 fase, yaitu;
a.
Fase awal intensif, dengan kegiatan bakteriosid untuk
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjut, melalui kegiatan sterillisasi
kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada
pengobatan konvensional.
2.
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
DOTS adalah nama untuk
suatu strategi yang dilaksanakan dipelayanan kesehatan dasar didunia untuk
mendeteksi pasien TB. Strategi ini terdiri 5 komponen, yaitu;
a.
Dukungan politik para pemimpin wilayah di setiap
jenjang, sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan akan
tersedia.
b.
Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB
melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara
pasif.
c.
Pengurus minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi
pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien telah minum
obat dan diharapkan sembuh pada masa akhir pengobatan nya.
d.
Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagia
bagian dari system surveilans penyakit sehingga pemantauan pasien dapat
berjalan.
e.
Paduan obat Anti TB jangka pendek yang benar termasuk
dosis dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk kebersihan
pengobatannya.
- Pencegahan TBC
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tertier
- Tahap Perkembangan Keluarga X
Tahap perkembangan keluarga X adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak
pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun). Tahap perkembangan keluarga ini
meliputi:
1.
Memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa
aman.
2.
Membantu
anak untuk bersosialisasi
3.
Beradaptasi
dengann anak yang baru lahir, sementara kebutuhana anak yang lain (tua) juga
harus terpenuhi.
4.
Mempertahankan
hubungan yang sehat, baik di dalam atau diluar keluarga (keluarga lain dengan
lingkungan sekitar)
5.
Pembagian
waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat
kerepotan yang tinggi).
6.
Pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
7.
Merencanakan
kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Arita
Murwani, 2010).
- Tugas dan Fungsi Keluarga X
Tugas keluarga X
dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun), antara lain yaitu:
1.
Memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa
aman.
2.
Membantu
anak untuk bersosialisasi
3.
Beradaptasi
dengann anak yang baru lahir, sementara kebutuhana anak yang lain (tua) juga
harus terpenuhi.
4.
Mempertahankan
hubungan yang sehat, baik di dalam atau diluar keluarga (keluarga lain dengan
lingkungan sekitar)
5.
Pembagian
waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat
kerepotan yang tinggi).
6.
Pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
7.
Merencanakan
kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Fungsi keluarga X
dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun), antara lain yaitu:
1) Afektif
2) Ekonomi
3) Sosialis
4) Reproduksi
5) Perawatan kesehatan
a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
c. Kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara
lingkungan rumah yang sehat
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
atau pelayanan kesehatan di masyarakat
- ASKEP KELUARGA X
Masalah
kesehatan dalam keluarga :
Ø
Menderita TBC
Ø
Hamil 4 bulan (multipara)
Ø
Dua balita dalam satu rumah
Ø
Batuk pilek tidak sembuh-sembuh
0 komentar:
Post a Comment