Saturday, 23 May 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia tahun ajaran 2002-2003. setelah melalui beberapa tahapan antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan kerangka, pengumpulan data hingga pada analisis data. Akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
  1. Yth. Ibu Ni Luh Putu ES, Skp, M. Kes selaku dosen pembimbimg klinik dan seminar mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia II.
  2. Yth. Ibu Ngesti W. Utami , Skp selaku dosen mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia II.
  3. Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.





Malang, 24 Juni 2003


Penyusun
(Kelompok V.A)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                               : …………………………………………….
Daftar Isi                                                         : …………………………………………….
BAB I                         PENDAHULUAN                 : …………………………………………….
BAB II            TINJAUAN TEORI               : …………………………………………….
 Definisi                                   : …………………………………………….
 Etiologi                                   : …………………………………………….
 Asuhan Keperawatan              : …………………………………………….
BAB III          TINJAUAN KASUS             : …………………………………………….
 Pengkajian                               : …………………………………………….
 Diagnosa Keperawatan           : …………………………………………….
 Rencana Keperawatan                        : …………………………………………….
 Implementasi                           : …………………………………………….
 Evaluasi                                   : …………………………………………….
BAB IV          PEMBAHASAN                    : …………………………………………….
BAB V            PENUTUB                             : …………………………………………….
 Kesimpulan                             : …………………………………………….
 Saran                                       : …………………………………………….
Daftar Pustaka                                                            : …………………………………………….











BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang.
Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang berbeda-beda dalam hidupnya, namun ada suatu kebutuhan yang relative sama atau harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya yang dikenal dengan Kebutuhan Dasar Manusia. Salah satu bagian dari Kebutuhan Dasar Manusia adalah pemenuhan kebutuhan aktifitas. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak, kehilangan kemampuan bergerak walaupum pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh pasien sendiri maupun oleh perawat.
Oleh karena itu melalui makalah ini, penyusun mencoba untuk mengupas berbagai fenomena yang ada sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktifitas.
  1. Tujuan.
1.      Dalam penyusunan makalah ini kami mempunyai tujuan sebagai berikut :
2.      Pembaca mengetahui definisi dari aktifitas.
3.      Pembaca mengetahui berbagai penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas.
4.      Pembaca mengetahui asuhan keperawatan yang ditujukan kepada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktigitas.
  1. Batasan Masalah :
Dalam penyusuna makalah ini, penyusun membatasi masalah yang dibahas sebagai berikut ;
1.      Apakah definisi dari aktifitas ?
2.      Apa saja yang dapat menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas ?
3.      Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuha aktifitas ?




BAB II
TINJAUAN TEORI

  1. DEFINISI.
 Activity : Energetic action or State Of Movement.
 Aktivitas : Kualitas atau proses penggunaan energi atau penyelesaian suatu efek.
 Intoleransi aktifitas : Penurunan dalam kapasitas fiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang dibutuhkan.
 Konsep Imobilitas :
Secara umum, ada beberapa macam keadaan imoblitas, antara lain :
a.Imobilitas Fisik :
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang sebabkan oleh factor lingkungan maupun oleh keadaan orang tersebut.
b.           Imobilitas Intelektual :
Dapat disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Misalnya pada kerusakan otak karena proses penyakirt atau kecelakaan.
c.      Imobilitas Emosional :
Dapat menyebabkan perubahan interaksi social yang sering terjadi akibat penyakit.
  1. ETIOLOGI.
Ada beberapa factor yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas, diantaranya sebagai berikut :
1.   Kerusakan Neuromuskuler.
Missal : CVA, Parkinson, Multiple Sklerosis, Arthritis.
2.   Kerusakan Muskuloskeletal :
Missal : Fraktur.
3.   Bedrest.
4.   Nyeri atau ketidak nyamanan:
Misal : Nyeri Post OP.
5.   Ketidak seimbangan antara suplay oksigen dengan penggunaan oksigen.
C. ASUHAN KEPERAWATAN.

PENGKAJIAN.
Sumber Informasi atau data dari :
 Klien
 Perawat lain
 Catatan klien.
 Keluarga.
"   RIWAYAT KEPERAWATAN.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
 Riwayat aktifitas atau latihan yang meliputi
1.      ADL,
2.      Toleransi aktifitas,
3.       Jenis dan frekuensi latihan,
4.       Dan factor pemnyebab mobilisasi.
 Jika terjadi perubahan mobilisasi maka perlu dikaji
1.      Kapan munculnya,
2.      Dan frekuensinya, penyebabnya,
3.      Bagaimana masalah tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari,
4.      Apakah klien mengetahui cara mengatasi masalahnya
5.      Dan apakah metodenya efektif.
"   PEMERIKSAAN FISIK
Hal-hal yang dikaji :
1.      Bentuk Tubuh.
Dikaji saat klien duduk dan berdiri, untuk mengidentifiksi :
h Perubahan moral sbagai hasil pertimbangan dan perkembangan.
h Kesalahan postur dan pengetahuan untuk memelihara postur yang benar.
h Factor yang menyebabkan kesalahan fostur, seperti kelelehan atau rendahnya harga diri.
h Kelemahan otot atau perubahan system lain.

  1. Sikap (Kebiasaan yang dilakukan seseorang).
Perawat mengamati klien dari depan, belakang dan samping.
  1. Pandangan lateral.
Masalah penurunan sikap pada umumnya terjadi ketika seseorang berdiri. Misal:
h Leher lebih maju.
h Perut agak menonjol (agar tidak terjadi lordois).
h Lutut menunjukkan adanya hiperextensi. LBP dan kelelahan adalah langkah orang dengan kesalahan posture.

  1. Pandangan Anterior.
Normalnya jika dipandang dari segi anterior :
 Pada garis vertical dari pusat gravitasi tubuh (lokasi terletak pada garis tengah antara umbilicus dan simfisis pubis) dan jatuh tepat diantara kaki dan tengah-tengah dahi.
 Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
 Jari-jari kaki maju.
 Bentuk seimbang mulai dari pantella dan pertengahan pergelangan mata kaki sampai kedua atau ketiga jari kaki.
  1. Pandangan Posterior.
Normalnya :
 Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
 Tulang belakang lurus, tidak bengkok kesamping.
 Yang terpenting tubuh lebih maju kesebelah luar kaki.
2.      Cara Duduk.
Perawat mengkaji dengan cara memandang klien dari samping.
Normalnya :
h Kepala dan dada sama, tetapi lumbal sedikit bengkok kearah anterior karena pembengkokan panggul.
h Berat badan dipusatkan pada pantat dan paha.
h Kedua kaki menapak dilantai (satu kaki didepan yang lain) lengan dari siku sampai jari dipai untuk mencegah tertariknya tulang bahu keatas dan kebawah.
3.   Gaya Berjalan. 
Perawat mwngkaji gaya berjalan klien dengan melihat dalam ruangan atau menyuruh klien berjalan pada jarak 10 langkah dan pobservasi :
h Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, dan tulang belakang tegak lurus.
h Jari kaki dan tulang tempurung lutut lebih maju.
h Tumit dihentakkan dahulu sebelum jari kaki.
h Kaki dorsal difleksikan saat melakukan tindakan.
h Lengan maju bertentangan dengan gerakan kaki.
h Adanya gravitasi.
Tahap persiapan.
h Berjalan dengan pelan, terkoordinasi dan berirama, tumpuan berat badan dikaki.
h Prosedur berjalan minimal tubuh melakukan gerakan kesamping dengan kepala lurus.
h Berjalan dengan mudah.
Perlu juga dikaji hal seperti :
h Jumlah langkah dalam satu menit (normal 70 sampai 100 langkah permenit).
h Kebutuhan klien akan alat bantu.
4.   Penampakan Dan Pembesaran Sendi.
Pengkajian fisik meliputi infeksi, palpasi, pergerakan aktif dan pasif.
Hal-hal yang perlu dikaji :
h Adakah bengkak dan kemerahan, mengidentifikasikan adanya luka atau inflamasi.
h Adakah deformitas, seperti pembesaran atau pengecilan tulang.
h Kesimetrisan otot.
h Adakah crepitasi.
h Adkah peningkatan suhu.
h Tingkat pergeseran sendi.
5.   Kemampuan Dan Pembatasan Pergerakan.
Hal yang dikaji :
h Pengaruh penyakit terhadap kemampuan untuk berpindah.
h Alat Bantu yang dikehendaki.
h Yang membatasi pergerakan seperti infuse.
h Gejala mental dan kemampuan mengikuti perintah.
h Keseimbangan dan koordinasi, jika klien akan dipindahkan dari bed.
h Adanya hipertensi ortostatic sebelum pemindahan (meliputi : denyut nadi, tekanan darah, pusing).
h Tingakat kenyamanan.
h Berat badan, memindahkan pasien obesitas memerlukan bantuan orang lain atau pemindah hidrolik.
h Pengelihatan.
h Ketrampilan perawat dan kekuatan fisik.
6.   Massa otot dan kekuatan otot.
Pengkajian kekuatan dan kemampuan gerak untuk mengurangi resiko ketegangan otot.
7.   Toleransi Aktifitas.
Jika aktifitas terlalu menguras energi dan terlalu lama, maka akan terjadi perubahan-perubahan :
h Wajah pucat.
h Pusing atau lemah.
h Denyut jantung atau pernafasan melebihi batas normal.
h Perubahan irama jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
h Melemahnya denyut nadi.
h Dispnea, nafas pendek dan nyeri dada.
h Diastole berubah 10 mmHg atau lebih.
8.  Kemampuan Fisik.
Meliputi : pengukuran lingkar, pengukuran lipat kulit, tes langkah, pengkajian kekuatan otot, dan pengkajian fleksibilitas sendi.
h Pengukuran lingkar meliputi : dada, pinggang, pinggul, lengan atas, paha, betis, dan pergelangan kaki.
h Pengukuran lipat kulit, mengindikasikan jumlah lemak, areanya : trisep, sub scapula, suprailiak, dan paha.
h Tes langkah Harvard, klien melangkah ke atras dan kebawah masing-masing 17 inchi selama 3 menit jika mampu. Pergerakan berikut ini merupakan satu langkah kaki kiri naik, kaki kanan naik, kaki kiri turun, kaki kanan turun. Rata-rata minimal melakukan 24 langkah permenit.
h Fleksibelitas sendi dapat dikaji dengan memerintah klien untuk menyentuh ibu jari kaki beberapa kali. Rata-rata 1-3 inchi didepan ibu jari.
9.      Masalah yang berhubungan dengan Imobilitas :
melalui pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium



DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut NANDA diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah aktifitas atau imobilitas antara lain:
1.   Intoleransi Aktifitas.
Karakteristik :
h Kelemahan atau kelelahan verbal.
h Respon aktivitas yang abnormal.
h Misalnya : perubahan denyut nadi, tekanan darah atau EKG yang berakibat arritmia atau ischemia.
h Ketidak nyamanan atau dispnea.
Factor yang berhubungan :
h Bedrest, immobilitas, kelemahan otot, ketidak seimbangan antara pemenuhan dan kebutuhan okxigen.
2.   Resiko Tinggi Terjadi Intoleransi Aktifitas.
Factor resiko :
h Riwayat intoleransi masa lalu, status kesehatan buruk atau bedrest, masalah sirkulasi atau respiratory atau nyeri, tidak pengalaman tentang aktivitas.
3.   Perubahan Mobilitas Fisik.
Karakteristik :;
h Ketidakmampuan untuk bergerak diatas tempat tidur, ketidakmampuan untuk berpindah atau ambulasi.
h Keterbatasan ROM dari sendi aktif.
h Penurunan kekuatan dan control atot.
h Penurunan tonus otot.
Factor yang berhubungan :
h Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan, nyeri atau ketidak nyamanan, perubahan neuromuscular, perubahan musculoskeletal, perubahan cognitive, depresi, kecemasan.
4.   Resiko Tinggi Terjadi Sindrome Disure.
Factor resiko :
h Paralysis, imobilisation, nyeri
Menurut Gordon (1993, P, 165) intoleransi aktivitas, dan perubahan mobilitas fisik terdiri dari 4 tingkatan yaitu :
Intoleransia Aktifitas :
Tingkat I   : Jalan pada permulaannya, naik tangga 1x tingkat atau lebih, dengan nafas lebih rendah dari nafas normal.
Tingkat II : Berjalan 1 blok kota 500 kaki, mendaki 1 tingkat lebih lambat tanpa berhenti.
Tingkat III: Berjalan tidak lebih dari 50 Kaki tanpaberhenti, tidak dapat mendaki 1 tingkat anak tangga tanpa berhenti.
Tingkat IV :  Dispnea dan kelelahan saat istirahat.

Perubahan Mobilitas Fisik :
Tingkat I   : Membutuhkan alat Bantu.
Tingkat II : Membutuhkan asisten, supervise, atau belajar dari orang lain.
Tingkat III : Membutukan pertolongan dari orang lain dan alat Bantu.
Tingakt IV : Tidak mandiri dan tidak berpartisipasi pada pergerakan.






PERENCANAAN

Tujuannya adalah :
h Untuk mencegah komplikasi karena immobilitas.
h Untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan ambulasi atau berpartisipasi dalam beraktivitas.
h Untuk mencegah injuri dan jatuh





RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DX. KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
RENCANA KEPERAWATAN
RASIONAL
I. Resiko tinggi terjadi sindrome disuse.
































































II. Intoleransi Aktifitas.






































III. Kerusakan mobilitas fisik
Mempertahankan fungsi normal dari otot dan tulang, ditandai dengan kemampuan melakukan ROM pada semua persendian dan mempertahankan masa otot dan kekuatan otot normal.











Meminimalkan perubahan jantung dengan memelihara TTV dan keadekuatan aliran darah vena.












Menahan fungsi normal dari pernafasan = suara nafas normal, bentuk dada, tidak ada nyeri dada, panas.










h Memelihara pola nutrisi dan cairan.
h Memelihara pola eliminasi.




h Memelihara kesempurnaan kulit.
h Memelihara keadaan social, emosi dan intelektual.








h Mengidentivikasi aktifitas dan factor yang menyebabkan identivikasi aktivitas.



h Mempertahankan denyut nadi, respirasi ,tekanan darah, selama aktifitas direncanakan.
h Mengembangkan aktifitas dan pola istirahat serta meminimalkan kelelahan.











h Meningkatkan toleransi aktifitas.






h Klien mengkomunikasikan untuk toleransi aktivitas.

h Klien mau menerima bantuan , memilih dan menggunakan bantuan tersebut.


h Klien dapat menguraikan factor penyebab dari kerusakan mobilitas fisik.
h Pemeliharaan secara optimal tentang fungsi musculus skeletal.

h Menggunakan bantuan secara benar dan  ambulasi secara aman.
h Laksanakan program latihan (aktif,isotonic, dan pasif) kurang lebih 4 jam untuk lengan, kaki dan leher.


h Beri dukungan aktif pada aktivitas mandiri.
h Bandingkan ukuran dan kekuatan otot dengan keadaan normal.
h Posisikan klien dengan benar.


h Latih klien untuk bergerak atau Bantu untuk berdiri disamping tempat tidur.
h Monitor TTV.

h Anjurkan memakai kaos kaki anti emboli.

h Angkat kaki selama kurang lebih 20 menit.
h Lakukan pengukuran untuk mencegah hipotensi ostostatio.
h Kaji kulit tubuh bagian bawah.
h Intervensi dari fungsi musculoskeletal.


h Kaji suara nafas dan expansi dada kurang lebih tiap 8 jam.


h Anjurkan klien untuk nafas panjang dan batuk.



h Menetapkan rencana posisi dan mengubah posisi klien tiap 2 jam.


h Monitor BB, turgor, intake dan out put cairan.
h Monitor warna kejernihan dan keasaman : warna dan karakteristik feces, frekuensi BAB. Apakah ada nyeri saat BAK.


h Dorong klien membuat pernyataan tentang rencana atau jadwal sehari-hari.
h Rencanakan klien untuk mengenal klien yang lain.
h Periksa aktifitas yang menyimpang dan berikan jadwal aktivitas sehari-hari.


h Periksa factor penyebab intoleransi aktivitas dan tanda-tanda yang mengindikasikan adanya intoleransi.
h Tentukan factor pemungkin.
h Monitor respon klien waktu beraktifitas.

h Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitasnya.

h Menggabungkan periode istirahat dengan periode aktivitas dan menyesuaikan dengan jadwal sehari-hari.
h Kaji dan atuer jadwal klien sehari-hari.
h Laksanakan pengukuran simpanan energi klien dalam beraktifitas.


h Usulkan pada klien untuk menggunakan bantuan jika memerlukan.
h Libatkan keluarga untuk mendukung atau membantu klien dalam ADl.


h Dengar dengan seksama keluhan klien.

h Berikan informasi tentang alat yang tersedia.



h Kaji factor penyebab seperti trauma dan nyeri.

h Monitor latihan ROM secara aktif.


h Beri dukungan secara optimal untuk ambulasi sesuai batas kemampuan.


h Latihan isotonic mencegah kontraktur dan otropi otot, latihan isometric memelihara tonus otot. Latiha pasif membantu pergerakan tubuh dan otot.
h Membantu pergerakan tubuh dan otot.
h Memdeteksi adanya otropi otot.

h Mencegah kontraktur dan memelihara integritas struktur otot dan sendi.
h Mencegah osteo porosis.


h Mendeteksi perubahan secara dini.
h Mencegah pembentukan thrombus dan hipotensi ortostastic.
h Meningkatkan sirkulasi vena verifier.
-


h Untuk mendeteksi perubahan secara dini.
h Merangsang sirkulasi darah dan mencegah komplikasi jantung.

h Mendeteksi kejadian abnormal dari suara nafas dan tidak adekuatnya expansi dada.
h Meningkatkan expansi alveoli, mencegah sekresi, memelihara pertukaran gas, memelihara udara yang bersih.
h Melebarkan area paru dan memelihara pergerakan serta menghilangkan sekresi dengan batuk.

h Mengkaji keadekuatan nutrisi dan cairan.
h Urine keruh, nyeri BAK merupakan indikai adanya retensio urin.




h Meningkatkan harga diri.


h Lebih membuka perasaan klien.

h Mencegah kebosanan atau kejenuhan.


h Mengumpulkan data dasar.



h Untuk lebih memfokuskan rencana keperawatan.
h Menentuka perkembangan klien dalam beraktifitas.

h Memungkinkan klien untuk berpartisipasi.

h Menyimpan energi secara adekuat.


h Menyimpan energi untuk melakukan aktivitas.
h Mengukur energi yang tersimpan memungkinkan klien untuk meningkatkan toleransi aktivitas.

h Menjamin keselamatan dan mencegah jatuh.

h Meningkatkan motifasi klien.




h Kecemasan dan ketakutan dapat menghasilkan energi.

h Mengurangi kecemasan dan perasaan frustasi.



h Memfokuskan pada intervensi yang ditetapkan.

h Memelihara pergerakan sendi.



h Ambulasi mencegah peningkatan pernafasan, sirkulasi dan eliminasi.





PELAKSANAAN

" Sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai berdasarkan factor penyebab dan etiologi.
" Perawat mendesain terutama untuk peningkatan dalam mempertahankan sikap tubuh yang benar, mobilisasi dan latihan :
" Teknik yang digunakan :
1.      Pengaturan posisi klien
2.      Latiah luas atau ROM.
3.      Pergerakan dan pergeseran.
4.      Ambulasi.
5.      Program latihan.


EVALUASI

Kualitas ambulasi klien dapat dievaluasi berdasarkan bagaimana klien dengan baik dapat mencapai langkah yang stabil tanpa harus jatuh dan apakah tujuan tercapai.
Kualitas dari mekanisme tubuh pada sehari-hari dapat dievaluasi hanya dengan mengobservasi bagaimana klien bisa menyesuaikan diri pada system tubuhnya dan mencegah terjadinya luka lagi.
Jika tujuan yang diharapakan tidak tercapai, seharusnya perawat menanyakan tentang hal dibawah ini untuk menentukan mengapa :
J  Apakah terjadi perubahan kondisi fisik atau mental klien.?
J  Apakah akibat dan factor resiko sudah diidentifikasi dengan benar ?
J  Apakah latihan ROM sudah dilakukan ?
J  Sudahkah motifikasi klien untuk berpartisipasi dalam beraktifitas ?
J  Apakah klien telah diposisikan dengan benar ?
J  Apakah klien gagal untuk melakukan latihan nafas dalam ?
J  Apakah intake nutrisi dan cairan klien cukup untuk mempertahankan berat badan, turgpor jaringan, keseimbangan cairan dan nilai serum protein normal ?
J  Sudahkah dilakukan pengukuran untuk dilakukan menstimulasi sirkulasi darah
J  Sudahkah dilakukan pengukuran untuk mencegah konstipasi ?
J  Sudahkah klien dimotifasi saat membuat keputusan, membuat rencana perkembangan sehari-hari , kemampuan verbal untuk mempertahankan emosional dan hubungan social ?
J  Sudahkah menyediaan alat Bantu untuk pergerakan dan ambulasi klien dengan nyaman ?
J  Apakah perawat telah melakukan supervise dan memonitor ?
J  Sudahkah klien diberi informasi tentang pentingnya pencegahan yang nyaman untuk ambulasi ?
J  Apakah membutuhkan home care assistance dan dapat digunakan sebagai sumber yang benar dalam menyamakan daan memilih ?
J  Apakah keluarga klien memberi semangat dan dukungan untuk membantu klien dengan ADL ?
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
(CVA)
DI RUANG 22 RS.SAIFUL ANWAR MALANG
PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN
1.      BIODATA :
Nama                                          : Ny. W
Jenis Kelamin                             : Perempuan.
Umur                                          : 66 Tahun.
Status Perkawinan                     : Kawin.
Pekerjaan                                    : -
Agama                                        : Islam.
Pendidikan Terahir                     : SD.
Alamat                                       : Ds, Kalianyar RT:04 RW:05 Sidodadi Lawang.
Tanggal MRS                             : 23 Mei 2003.
2.      DIAGNOSA MEDIS : CVA
3.      KELUHAN UTAMA :
         Saat dikaji klien mengeluh tubuh bagian kanan terasa lemah.
4.      RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengeluh tubuh bagian kanan lemah secara tiba-tiba ketika klien bangun tidur dan hendak kekamar mandi pada pukul 04:30 WIB tanggal 23 Mei 2003.
Setelah beberapa menit, klien hanya diam saat diajak bicara keluarga, kemudian oleh keluarga klien, klien dibawa ke RSSA Malang.

5.      RIWAYAT KESEHATAN PENYAKIT YANG LALU:
keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah diopname di RSSA Malang dengan diagnosa medis CVA kurang lebih 3 bulan yang lalu.
6.      RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :
Keluarga klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang menderita CVA, hipertensi maupun DM.
7.      POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI :
A. Makan dan Minum.

Sebelum Sakit
Sesudah sakit
Makan
3 X sehari (nasi,lauk,sayur)
3 X sehari (tim, telur,buah)
Minum
(+/-) 8-10 gelas/hari (air putih)
(+/-) 5-6 gelas/hari (air putih).

B. Pola Eliminasi.

Sebelum Sakit
Sesudah sakit
BAB
1 X sehari
1 X sehari (agak padat)
BAK
(+/-) 5-6 X / sehari
(+/-) 4-5 X / hari (kuning jernih)

C. Pola Istirahat dan Tidur.
Sebelum Sakit
(+/-) 7-8 jam / hari
Sesudah sakit
(+/-) 5-6 jam / hari (sering terbangun)

D. Kebersihan diri.

Sebelum Sakit
Sesudah Sakit
Keramas
2 X sehari
2 X sehari (diseka)
Gosok GIGI
3 hari sekali
Kumur air hangat tiap selesai makan.

8.      RIWAYAT PSIKOSOSIAL.
h Pola Komunikasi : komunikasi klien tidak lancer, kata-kata sulit dimengerti dan dipahami.
h Orang yang paling dekat dengan klien : anak serta cucu-cucu klien.
h Dampak dirawat di RS : Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari, klien hanya berbaring ditempat tidur.
9.      PEMERIKSAAN FISIK.
A. KEADAAN FISIK
h Lemah.
h Klien terbaring ditempat tidur.
h Kesadaran komposmentis.
h Bicara klien terputus-putus.
B. TANDA-TANDA VITAL.
h TD : 180/110 mmHg.
h IV  : 92 X / menit.
h RR : 20 X / Menit.
h S    : 36,5 derajat Celsius.
C. PEMERIKSAAN KEPALA LEHER.
h Kepala : Bentuk lonjong simetris, kulitkepala sdikit kotor, tidak ad luka, tidak ada kutu dan ketombe.
h Rambut : Penyebaran merata, warna hiatm beruban, tidak berbau.
h Wajah   : Simetris, tidak ada kesan lembab, tidak pucat.
h Mata     : Lengkap, simetris, palpebra tidak ada benjolan, konjungtiva merah, sclera putih, pupil isocor.
h Hidung : Posisi septumasi simetris, bersih.
h Telinga : Simetris, ketegangan cukup, tidak ada secret.
h Mulut   : Bibir kering, tidak cyanosis, tidak ada luka.
h Leher    : Posisi Trachea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena junggularis, denyut nadi karotis teraba.
D. PEMERIKSAAN INTEGUMEN.
Bersih, perabaan hangat, turgor kembali <2 detik, warna sawo matang, tekstur rata agak keriput, kelembaban baik, tidak ada kelainan pada kulit.



E. DADA dan THORAX.
h Inspeksi : Bentuk elips, frekuensi nafas 20X/menit regular, tidak ada kesulitan bernafas, tidak batuk.
h Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan.
h Perkusi : Suara paru resonan.
F. PAYUDARA.
Tidak dikaji
G. ABDOMEN.
h Inspeksi : Bentuk datar, tdak ada asates ataupun pembengkakan.
h Perkusi : Suara abdomen normal tympani.
h Palpasi : Tidak ada bejolan , tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan.
h Auskultasi : Bising usus 9 X / menit.
H. GENETALIA.
Tidak dkaji.
I. EKSTREMITAS.
h Kekuatan otot:
4
3
4
3
h Odema  :

-
-
-
-
h Atropi : (+)
Tidak ada pembengkakan sendi.
J. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS.
h Tingakt kesadaran : 434
h Tanda meningeal : pusing (-), muntah (-), kejang (-), kaku kuduk (-).



K. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Lab tanggal 24 Mei 2003.

DL :
h Leukosit 8200/mm3
h Hb 12,1 gr%
h LED 60
h Trombosit 251.000/ul
h GDP : 164
h GD 2 JPP : 196, kolesterol total : 201.
h Triglisenda : 71
h Ureum : 31,2
h Creatinin : 0,9
h Asam urat : 5,7
L. TERAPI / PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN.
h Neurotam : 3 X 1
h Neurobion : 3 X 1
h Dexamitason : 3 X 1
h Infuse R.L : 20 tetes/menit.
h Lechol : 3 X1 lewat oral.











ANALISA DATA

Nama Pasien   : Ny.W
Umur               : 66 tahun
No. REG         : 311265

DATA PENUNJANG
MASALAH
KEMUNGKINAN PENYEBAB
1. DATA
DS : klien mengeluh tubuh bagian kanan terasa lemah.
DO : 
h kekuatan otot.
4
3
4
3
h Atrophi : (+)
h GCS : 434
h Klie BEDREST.
TTV
h TD : 180/110 mmHg
h N    : 92 X/menit
h RR  : 20 X/ menit
h S     : 36,5’C
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
Penurunan kekuatan otot.








2. DATA.
DS :
keluarga klien mengatakan bahwa bicara klien terputus-putus dan kata-kata sulit dimengerti.
DO :
h KU : lemah
h GCS : 434
h Bicara klien terputusputus.
h Kata-kata klien sulit dipahami.








Gangguan komunikasi verbal








Kelemahan fisik




DAFTAR MASALAH

No.
Tanggal Muncul
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
27-05-2003
Gangguan pemenuhan kebutuhan Aktifitas berhubungan dengan penurtunan kekuatan otot.
2.
27-05-2003
Gangguan komunikasi Verbal berhubungan dengan kelemahan fisik.




RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl.
No. DX
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA STANDART
INTERVENSI
RASIONAL
27-05-03
1
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan kekuatan otot klien mengalami penngkatan fungsi motorik.
Criteria standart:
DS :
Klien mengatakan tubuh bagian kanan sudah tidak lemah.
DO :
h KU : baik
h Atrophi (-).
h Kekuatan otot:
5
5
5
5
h TTV dalam batas normal.
h GCS : 456
1.     Kaji kemampuan fungsional klien secara teratur.
2.     Ubah posisi minimal setiap 2 / 3 jam.
3.     Lakukan Rom exercise.
4.     Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk.
5.     Susun tujuan bersama orang terdekat klien untuk berpartisipasi dalam aktifitas latihan.
6.     Anjurkan klien untuk membantu pergerakan bagian tubuh yang lemah dengan bantuan bagian tubuh yang agak kuat secara mandiri.
7.     Observasi tanda-tanda vital.
1.     Mengidentifikasi sejauh mana tingkat kemampuan otot klien.
2.     Meminimalkan resiko terjadinya gangguan integritas kuli.
3.     Mengurangi resiko terjadinya retrophi dan kekuatan sendi.
4.     Membantu meningkatkan respon motorik.
5.     Mengoptimalkan perkembangan kesehatan klien.
6.     Melibatkan klien dalam latihan mandiri sehinnga memperbesar semangat untuk sembuh.
7.     Mengindikasikan perkembangan kondisi klien, menjadikan tolak ukur tindakan selanjutnya.


27-05-03
2
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan fisik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan kekuatan fisik klien mengalami peningkatan sehingga membawa pengaruh positif bagi kemampuan komunikasi verbal klien.
Criteria standart :
OS:
h Keluarga klien mengatakan bahwa kemampuan komunikasi verbal klien sudah lancar.
DO :
h KU : baik.
h GCS : 456
h Bicara klien lancar.
h Kata-kata klien dapat dipahami.
1.     Ajak bicara klien dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat.
2.     Diskusikan bersama kien mengenai hal-hal yang menarik perhatian klien.
3.     Anjurkan keluarga klien untuk mempertahankan komunikasi dengan klien.
1.     Menghindari kebingungan pada klien dalam pemahaman.
2.     merangsang respon klien terhadap stimulus.
3.     Mengoptimalkan stimulus yang dapat membantu proses pemulihan kemampuan komunikasi verbal klien.




CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien   : Ny.W.
Umur               : 66 tahun
No. REG         : 311265

No.
Tgl.
No. DX. KEPERAWATAN
TINDAKAN.
1
27-05-03
I
1.    Mengkaji kemampuan fungsional secara continue.
2.    Mengubah posisi klien minimal setiap 2 – 3 jam.
3.    Melatih klien melakukan rentang gerak aktif maupun pasif.
4.    Membantu klien untuk mengembangkan keseimbangan duduk.
5.    Memgajak orang terdekat klien untuk ikut berpartisipasi dalam melatih klien.
6.    Menganjurkan klien untuk membantu pergerakan bagia tubuh yang lemah dengan bantuan bantuan bagian tubuh yang lebih kuat secara mandiri.
7.    Mengobservasi tanda-tanda vital.
2
27-05-03
II
1.    Mengajak bicara klien dengan nada normal dan menghindari percakapan yang cepat.
2.    Mendiskusikan bersama klien mengenai hal-hal yang menarik perhatian klien.
3.    Menganjurkan keluarga klien untuk mempertahankan komunikasi dengan klien



EVALUASI

Nama Pasien   : Ny.W.
Umur               : 66 tahun.
No. REG         : 311265

No.Dx.KEP.
Tgl. 27 Mei 2003
Tgl. 28 Mei 2003.
I
S :
Klien mengeluh tubuh bagian kanan melemah.
O :
h Kekutan otot :
4
3
4
3
h Atrophi : (+)
h GCS : 434
h Klien BEDREST




h TTV:
J  TD ; 180/110 mmHg
J  N  : 92 X/ menit
J  RR  : 20 X / Menit
J  S  : 36,5’C
J  A : masalah belum teratasi
J  P : lanjutkan intervensi.
S ;
Klien tidak mengeluh badannya lemah dan mengatakan tubuh bagian kananya bisa digerakanperlahan-lahan.
O :
J  Kekutan otot :
5
4
5
4
J  Atrophi : (+)
J  GCS : 445
J  Klien tetap BEDREST dan berusaha untuk beraktifitas.
J  Klien mulai duduk.

J  TTV :
h TD : 130/90 mmHg
h N : 90 X / menit
h RR : 18 X /menit
h S : 36 ‘C
h A :Masalah teratasi sebagian.
h P : Lanjutkan intervensi.
II
S :
Keluarga klien mengatakan bahwa bicara klien terputus-putus dan sulit dipahami.
O :
J  KU : lemah
J  GCS : 434
J  Bicara terputus-putus.
J  Kata-kata sulit dipahami.
A : Masalah belum tertasi
P : Lanjutkan intervensi
S ;
keluarga mengatakan klien dapat berbicara meskipun belum lancar dan bisa dimengerti.
O :
J  KU : baik
J  GCS : 445
J  Kata-kata dapat dipahami meskipun belom lancar.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.



BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah membandingkan antara asuhan keperawatan pada tinjauan teori dengan asuhan keperawatan pada tinjauan kasus, maka pada asuhan keperawatan pada tinjauan kasus perlu ditambahkan hal-hal sebagai berikut:
I. PENGKAJIAN.
  1. Pengkajian bentuk tubuh yang meliputi : sikap klien , pandangan dari sisi lateral , pandangan dari anterior, pandangan dari posterior.
  2. Pengkajian kemampuan fisik yang meliputi : pengukuran lingkar badan, pengukuran lipat kulit, tes langkah Harvard, dan vleksibilitas sendi.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Pada asuhan keperawatan pada tinjauan teori muncul diagnosa keperawatan antara lain:
  1. Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
  2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa diatas sudah sesuai dengan yang disebutkan pada teori yaitu:
J  Pada diagnosa yang pertama adalah dampak pada sistem musculoskeletal.
J  Pada diagnosa yang kedua adalah dampak pada system neuromuscular.
III. PERENCANAAN.
Pada perencanaan pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah sesuai dengan teori hanya perlu ditambahkan untuk intervensi seperti dibawah ini :
J  Memonitor berat badan , intake dan output cairan.
J  Memeriksa aktivitas yang menyimpang dan memberikan jadwal aktifitas sehari-hari.
J  Memberikan informasi tentang alat Bantu gerak yang tersedia.
IV. PELAKSANAAN.
Implmentasi pada asuhan keperawatan (tijauan kasus) sudah sesuai dengan teori. Pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) menyebutkan :;
1.      Membantu klien untuk mengembangkan keseimbangan duduk.
2.      Melatih klien melakukan rentang gerak aktif maupun pasif.
3.      Menganjurkan klien untuk membantu pergerakan bagian yang lemah (tubuh yang kuat membantu yang lemah).
V. EVALUASI.
Evaluasi pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah sesuai dengan evaluasi pada tinjauan teori.



BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Dari kasus dan pembahasan diatas , kami dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1.      Aktifitas merupakan kualitas atau proses penggunaan energi atau penyelesaian suatu efek.
2.      Pemenuhan kebutuhan aktifitas terganggu bila terdapat :
J  Kerusakan neuromuscular.
J  Kerusakan muskuluskeletal.
J  Bedrest.
J  Nyeri atau ketidaknyamanan.
3.           Askep yang diberikan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas antara lain : pengkajian , diagnosa , perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. SARAN.
J  Mengobservasi klien agar bisa menyesuaikan diri pada system tubuhnya dan mencegah terjadinya luka lagi.
J  Pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sebaiknya dilakukan exercise atau latihan secara teratur mengembalikan fungsi normal dari tubuh klien.
J  Dalam melakukan tindakan , seseorang perawat harus memperhatikan prosedur atau intervensi yang sudah ditetapkan.








DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktik Klinis . ed. E. EGC : Jakarta.

Kumala, Poppy , dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. EGC : Jakarta.

Kozier , Barbara. BA. 1984. Fundamental Of Nurcing, Concept and Prosedur. Ed. 3. Addison Wesley Publishing Company : Philadhelpia.

Mansjoer. Arif . dkk. 2000. kapita Selekta Kedokteran , ed. 3. jilid 2. Media Ausculapius FK UI : Jakarta.

Priharjo . Robert. 1993 . Pemenuhan Aktifitas Istirahat Pasien. EGC : Jakarta.

KATA PENGANTAR

Puji sukur kepada tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
h Ibu Isnaeni DTN, Skm, Mkes. Selaku derektur politeknik kesehatan malang yang telah memberi kemudahan dalam penulisan makalah ini.
h Bapak Djoko Setyono, Skm. Selaku coordinator sekaligus dosen pembimbing mata ajar Sosiologi.
h Semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu criteria dan saran kami harapkan dari pembaca untuk menuju kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang.
Bila kita mengamati disekeliling kita, karakter dan identitas seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan keluarga. Kebanyakan sehat atau tidaknya karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh keluarga. Jadi dapat kita simpulkan bahwa keluarga merupakan factor pertama dan utama yang sangat mempengaruhi kepribadian dan identitas seseorang sehingga dapat dibayangkan jika fungsi tersebut gagal maka akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian dan identitas seseorang.

1.2  Tujuan Penulisan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
h Untuk memenuhi tugas mata ajar Sosiologi.
h Untuk mengerti dan memahami pentingnya interaksi yang efektif dalam keluarga.
h Sebagai pedoman untuk mewujutkan kesehatan dalam hal ini adalah kesehatan psikologi.

1.3  Batasan Masalah.
Penulis membatasi pembahasan makalah ini pada hal-hal yag berkenaan tentang interaksi efektif bagi pembentukan identitas diri yang sehat.








BAB II
TINJAUAN TEORI

Pengertian interaksi berasal dari bahasa inggris “Interaction” yang berarti hal yang pengaruh mempengaruhi . efektif berarti berhasil, tepat, manjur. Interaksi Sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya atau sebaliknya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atab dalam keadaan saling bergantung. (Depkes RI Tahun 1983)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga , berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicidu G.B. dan Aracelis Maglaya 1989).
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal. Sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga kelomok dan masyarakat.
Sehat berarti bukan hanya bebas dari penyakit tetapi meliputi seluruh kehidupan manusia termasuk aspek social, psicologis, spiritual, factor lingkungan ekonomi, pendidikan dan rekreasi.
Sehat menurut WHO yaitu suatu keadaan dimana sehat fisik, emosi, social dan spiritual bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehingga interaksi yang efektif dalam keluarga tidak hanya berfungsi melestarikan pola hidup sehat fisik saja tetapi dalam segala aspek harus seimbang sehingga tidak timbul gangguan.
Tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya:
1.         Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuhdan berkembang sesuai dengan usia.
2.         Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik mental, social dan spiritual.
3.         Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Tugas-tugas keluarga:
h Memeihara fisik keluarga dan para anggotanya.
h Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
h Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukan masing-masing.
h Sosialisasi antar anggota keluarga.
h Pengaturan jumlah anggota keluarga.
h Pemeliharaan ketertipan anggota keluarga.
h Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
Dalam keluarga orang tua bertugas untuk mengetahui, memahami dan mengawasi tahap-tahap perkembangan anak-anaknya sehingga diharapkan orang tua mampu mengarahkan dengan baik dan tepat agar anak-anak tidak salah dalam menjalani tugas perkembanganya.





TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Umur
Tahap Perkembangan
Tugas Perkembangan
Konsepsi - Lahir
Pranatal

Lahir -15/28 Hari
Neonatal (Infancy)
Menyesuaikan diri dengan perubahan suhu, cahaya, kelembaban, bernafas, menghisap, menelan, buang air, dan mulai mengikat hubungan dengan orang lain.
15/28 Hari – 2 Tahun
Bayi
Makan makanan padat, berjalan, berbicara, mengendalikan urinasi atau deekasi, mempelajari perbedaan sexs dan tata caranya.
2 Tahun – 6 Tahun
Anak
Mempersiapkan diri untuk membaca, membedakan yang benar dan salah, mengembangkan hati nurani. Termasuk dalam fase anal {kepuasan terkonsentrasi disekitar anus (rectum) dan pase phallic (energi terkonsentrasi pada genital dala bentuk perasaan sexsual yang diarahka kepada orang tuanya}. 
6 Tahun – 12 Tahun
Usia Sekolah
h Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum.
h Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri dan lingkungan.
h Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
h Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat.
h Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.
h Mengembangkan pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
h Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, sopan santun.
h Membina sikap yang sehat terhadap kelompok-kelompok social.
h Mencapai kebebasan pribadi.
10 tahun – 14 Tahun
Masa Pubertas
Masa pemasakan sexsual, tanda seksual primer dan sekunder.
12 Tahun – 18 Tahun
Remaja (Adolesen)
h Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya pria atau wanita.
h Mencapai peran social pria atau wanita.
h Menerima keadaan fisiknya dan menggunakanya secara efektif.
h Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.
h Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
h Mempersiapkan karir ekonomi.
h Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h Memperoleh perangkat nilai dan system etis.
18 Tahun – 40 Tahun
Dewasa
Bekerja, memilih pasangan, belajar hidup bersama, berkeluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, menjadi anggota kelompok social.
40 Tahun – 60 Tahun
Pertengahan
h Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai tanggung jawab social.
h Membantu anak-anak dan remaja belajar menjadi orang dewasa.
h Mengembangkan sikap harmonis dengan pasangan hidup.
h Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini.
h Mencapai dan mempertahankan prestasi dalam karir.
h Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
60 Tahun - Mati
Tua
h Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
h Menyesuaikan diri dengan massa pensiun dan berkurangnya income keluarga.
h Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan , sahabat.
h Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia.
h Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
h Menyesuaikan diri dengan peran social secara luwes.








Selain perhatian terhadap tumbuh kembang anak oleh orang tua, sikap terbuka anakpun menjadi factor penting terbentuknya interaksi yang efektif. Dalam studi pengamatan atau experiment semua atas interaksi keluarga yang cukup penting. Kemungkinan besar salah satu pendekatan adalah yang paling berhasil dalam mengadakan studi terhadap keluarga adalah penyembuhan terhadap keluarga dan focus terhadap pola yang dikembangkan dan dipelihara dalam keluarga sepajang waktu dan yang mengatur tingkah laku keluarga. (Minuchin .D. 1985).
Dengan kata lain keluarga diperlakukan sebagai suatu system dengan para anggotanya (terutama) sebagai bagian yang saling tergantung satu sama lain yang tingkah lakunya harus lebih dipahami dengan mengacu pada proses keteraturan sistemnya dari pada pribadi masing-masing.

  




BAB III
TINJAUAN KASUS

Si C adalah seorang waria, kelainan ini sudah dirasakannya sejak kelas tiga SD. Tetapi ia mengaku tak tau itu kelainan, sebab saat itu pendidikan sxs masih dianggab tabu. Ia mengaku bahwa keluarganyalah yang bersalah dalam hal ini karena menjadi seorang waria tidak bisa ditumbuhkan, itu ada karena lingkungan mendukung, sat ia bergabung dalam kelompok waria Fantastic Doll. Seharusnya, keluarga langsung mengarahkan anaknya beitu melihat tanda-tandanya, membawa kepsikiater agar ia menjadi normal lagi tapi itu tak dilakukan oleh keluarganya mungkin karena orang tua tak tahu atau tak peduli. Kata C kecenderungan waria terbentuk dari keluarga yang broken home atau yang keluarganya tidak peduli.



















BAB IV
PEMBAHASAN

Dari kasus diatas maka masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:
a.    Dalam keluarga si C tidak ada atau kurang ada interaksi dan komunikasi.
b.    Si C tidak terbuka pada orang tuanya.
c.    Orang tua tidak mengontrol tumbuh kembang anaknya sehingga tidak begitu tahu tentang prilaku tidak sehat yang terjadi pada anaknya.
d.   Orang tua si C tidak peduli ke Abnormalan tumbuh kembang anaknya, dan tidak ada usaha untuk meluruskan jalan salah yang ditempuh oleh anaknya tersebut.

Menyingkapi permasalahan dari kasus ini, dalam keluarga C harus ditumbuh kembangkan saling keterbukaan sehingga komunikasi sebagai wujut dari interaksi dapat terwujut. Orang tua berkewajiban mengarahkan putra putrinya kepada prilaku yang sehat.
Interaksi yang ada dalam keluarga mutlak diperlukan karena menentukan karakter dan pola hidup sehat atau tidak sehat individu. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang bertugas dan punya potensial melestarikan karakter dan identitas dirinya sehingga komponen dalam keluarga uatamanya orang tua memiliki peran yang sangat penting dan harus pro aktif dalam menyingkapi prilaku yang menimpang dari anak-anak dan fenomena yang terjadi diluar.










BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan.
Tumbuhnya perhatian orang tua (kususnya para ibu) atas kesejahteraan anak mereka sehingga akan menghasilkan kepribadian-kepribadian yang sehat. Dalam keluarga modern semakin berkurang pengawasan orang tua terhadap anak-anak dan semakin terpisahnya orang tua da anak mereka dalam dunia yang berbeda.
Anak-anak semakin terjebak dalam kultur remaja yang berperan dalam membentuk nilai dasar yang sama bobotnya dengan ajara orang tua mereka. Peran orang tua agaknya semakin tidak relevan sebagai pendidik dan guru  bagi anak mereka dan banyak remaja memandang orang tua mereka (dan generasi yang lebih tua lainnya) sedikit saja mewariskan nilai pada mereka.
Para orang tua sekarang tidak memiliki waktu untuk melakukan sosialisasi dan pengesahan yang intensif sehingga keeratan hubungan antara para orang tua dan anak yang khas pada masa lalu sekarang ini semakin menghilang.

5.2       Saran.
h Sebaiknya komponen dalam keluarga ada interaksi yang efektif sehingga akan tercipta keharmonisan dalam kehidupan keluarga.
h Setiap keluarga hendaknya menghormati hak dan melaksanakan kewajiban dan peran masing-masing dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
h Tidak meremehkan masalah kecil yang timbul dalam keluarga, sehingga persoalan besar dapat dicegah.







DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul, Perawatan Kesehatan Masyarakat. 1995. EGC. Jakarta

Sanderson, Stephen K. 2000. Makrososiologi : Sebuah pendekatan terhadap realitas social. Jakarta PT Grafindo Pustaka.

Harre , Rom dkk. Ensiklopedi Psikologi, 1960, Arcan, Jakarta.

Jawa Pos, Minggu 5 Januari 2003, Transeksual korban keluarga.


















Waspadai Glomerulonefritis Akut

Sayangi Ginjal Anda

Pengertian  :
Glomerulo nefritis akut (GNA) adalah reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu, yang sering terjadi adalah akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus golongan A.
Penyebab :
Biasanya diawali Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) oleh kuman streptokokus beta hemolyticus golongan A
Tanda dan Gejala GNA Anak:
1.    Kencing berwarna merah daging
2.    Bengkak disekitar mata atau seluruh tubuh
3.    Anak panas tinggi mendadak
1.     Mual, muntah, diare, konstipasi (tidak bisa BAB) dan tidak nafsu makan
2.    Sembab (bengkak / abo) yang sangat jelas di daerah mata pada pagi hari
3.  Tekanan darah mendadak tinggi lalu normal kembali setelah 7 hari
4. Detak jantung cepat (ndrodok), napas cepat, biasanya sesak

Cara Penanganan  GNA
1.           Istirahat mutlak selama 3-4 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh
2.           Makanan
Makanan rendah protein dan rendah garam
3.           Bila  tidak bisa kencing selama 5-7 hari, dilakukan dialisis peritonium dan hemodialisis
4.           Patuhi nasihat dokter

Pencegahan GNA
1. Jaga kebersihan lingkungan
2. Berikan gizi yang cukup pada anak
3. Jauhkan anak dari orang yang sakit batuk pilek atau penyakit menular lainnya, seperti TBC, diare, dll.
4. Jangan menahan kencing
Komplikasi GNA anak
·       Gagal ginjal akut
·       Ensefalopati hipertensi
·       Gagal jantung, oedem paru, retinopati hipertensi



Jagalah dan sayangi Kesehatan Ginjal Anda 

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget