KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia tahun
ajaran 2002-2003. setelah melalui beberapa tahapan antara lain penentuan topic
dan judul, penyusunan kerangka, pengumpulan data hingga pada analisis data.
Akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah
ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung oleh beberapa
pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
- Yth. Ibu Ni Luh Putu ES, Skp, M. Kes selaku dosen pembimbimg klinik dan seminar mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia II.
- Yth. Ibu Ngesti W. Utami , Skp selaku dosen mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia II.
- Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan makalah ini
penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Penyusun
(Kelompok
V.A)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar :
…………………………………………….
Daftar Isi :
…………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN : …………………………………………….
BAB II TINJAUAN TEORI : …………………………………………….
Definisi :
…………………………………………….
Etiologi :
…………………………………………….
Asuhan Keperawatan : …………………………………………….
BAB III TINJAUAN KASUS : …………………………………………….
Pengkajian :
…………………………………………….
Diagnosa Keperawatan : …………………………………………….
Rencana Keperawatan : …………………………………………….
Implementasi :
…………………………………………….
Evaluasi :
…………………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN : …………………………………………….
BAB V PENUTUB : …………………………………………….
Kesimpulan :
…………………………………………….
Saran :
…………………………………………….
Daftar Pustaka :
…………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang.
Setiap
manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang berbeda-beda dalam hidupnya, namun
ada suatu kebutuhan yang relative sama atau harus dipenuhi oleh setiap manusia
untuk menjaga kelangsungan hidupnya yang dikenal dengan Kebutuhan Dasar
Manusia. Salah satu bagian dari Kebutuhan Dasar Manusia adalah pemenuhan
kebutuhan aktifitas. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat
bergerak, kehilangan kemampuan bergerak walaupum pada waktu yang singkat
memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh pasien sendiri
maupun oleh perawat.
Oleh
karena itu melalui makalah ini, penyusun mencoba untuk mengupas berbagai
fenomena yang ada sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktifitas.
- Tujuan.
1.
Dalam penyusunan makalah ini kami mempunyai tujuan
sebagai berikut :
2.
Pembaca mengetahui definisi dari aktifitas.
3.
Pembaca mengetahui berbagai penyebab gangguan pemenuhan
kebutuhan aktifitas.
4.
Pembaca mengetahui asuhan keperawatan yang ditujukan
kepada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktigitas.
- Batasan
Masalah :
Dalam penyusuna
makalah ini, penyusun membatasi masalah yang dibahas sebagai berikut ;
1.
Apakah definisi dari aktifitas ?
2.
Apa saja yang dapat menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan aktifitas ?
3.
Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang tepat
pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuha aktifitas ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
- DEFINISI.
Activity : Energetic action or State Of Movement .
Aktivitas : Kualitas atau proses penggunaan energi
atau penyelesaian suatu efek.
Intoleransi aktifitas : Penurunan dalam
kapasitas fiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang dibutuhkan.
Konsep Imobilitas :
Secara umum, ada beberapa macam keadaan imoblitas, antara lain :
a.Imobilitas Fisik :
Suatu
keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang sebabkan oleh factor
lingkungan maupun oleh keadaan orang tersebut.
b.
Imobilitas Intelektual
:
Dapat
disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Misalnya pada kerusakan otak karena proses penyakirt atau kecelakaan.
c. Imobilitas Emosional :
Dapat
menyebabkan perubahan interaksi social yang sering terjadi akibat penyakit.
- ETIOLOGI.
1. Kerusakan
Neuromuskuler.
Missal : CVA, Parkinson, Multiple Sklerosis, Arthritis.
2. Kerusakan
Muskuloskeletal :
Missal : Fraktur.
3. Bedrest.
4. Nyeri
atau ketidak nyamanan:
Misal : Nyeri Post OP.
5. Ketidak
seimbangan antara suplay oksigen dengan penggunaan oksigen.
C. ASUHAN KEPERAWATAN.
PENGKAJIAN.
Sumber Informasi
atau data dari :
Klien
Perawat lain
Catatan klien.
Keluarga.
"
RIWAYAT
KEPERAWATAN.
Hal-hal yang
perlu dikaji adalah :
Riwayat aktifitas atau latihan yang meliputi
1.
ADL,
2.
Toleransi aktifitas,
3.
Jenis dan
frekuensi latihan,
4.
Dan factor
pemnyebab mobilisasi.
Jika terjadi perubahan mobilisasi maka perlu
dikaji
1.
Kapan munculnya,
2.
Dan frekuensinya, penyebabnya,
3.
Bagaimana masalah tersebut mempengaruhi kehidupan
sehari-hari,
4.
Apakah klien mengetahui cara mengatasi masalahnya
5.
Dan apakah metodenya efektif.
"
PEMERIKSAAN
FISIK
Hal-hal yang
dikaji :
1. Bentuk Tubuh.
Dikaji saat
klien duduk dan berdiri, untuk mengidentifiksi :
h Perubahan
moral sbagai hasil pertimbangan dan perkembangan.
h Kesalahan
postur dan pengetahuan untuk memelihara postur yang benar.
h Factor
yang menyebabkan kesalahan fostur, seperti kelelehan atau rendahnya harga diri.
h Kelemahan
otot atau perubahan system lain.
- Sikap
(Kebiasaan yang dilakukan seseorang).
Perawat mengamati klien dari depan, belakang dan samping.
- Pandangan
lateral.
Masalah penurunan sikap pada umumnya terjadi ketika seseorang berdiri.
Misal:
h Leher
lebih maju.
h Perut agak
menonjol (agar tidak terjadi lordois).
h Lutut
menunjukkan adanya hiperextensi. LBP dan kelelahan adalah langkah orang dengan
kesalahan posture.
- Pandangan
Anterior.
Normalnya jika dipandang dari segi anterior :
Pada garis vertical dari pusat gravitasi tubuh
(lokasi terletak pada garis tengah antara umbilicus dan simfisis pubis) dan
jatuh tepat diantara kaki dan tengah-tengah dahi.
Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
Jari-jari kaki maju.
Bentuk seimbang mulai dari pantella dan pertengahan
pergelangan mata kaki sampai kedua atau ketiga jari kaki.
- Pandangan
Posterior.
Normalnya :
Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
Tulang belakang lurus, tidak bengkok kesamping.
Yang terpenting tubuh lebih maju kesebelah luar
kaki.
2. Cara Duduk.
Perawat mengkaji
dengan cara memandang klien dari samping.
Normalnya
:
h Kepala dan
dada sama, tetapi lumbal sedikit bengkok kearah anterior karena pembengkokan
panggul.
h Berat
badan dipusatkan pada pantat dan paha.
h Kedua kaki
menapak dilantai (satu kaki didepan yang lain) lengan dari siku sampai jari
dipai untuk mencegah tertariknya tulang bahu keatas dan kebawah.
3. Gaya Berjalan.
Perawat mwngkaji
gaya berjalan
klien dengan melihat dalam ruangan atau menyuruh klien berjalan pada jarak 10
langkah dan pobservasi :
h Kepala
tegak, pandangan lurus kedepan, dan tulang belakang tegak lurus.
h Jari kaki
dan tulang tempurung lutut lebih maju.
h Tumit
dihentakkan dahulu sebelum jari kaki.
h Kaki
dorsal difleksikan saat melakukan tindakan.
h Lengan
maju bertentangan dengan gerakan kaki.
h Adanya
gravitasi.
Tahap
persiapan.
h Berjalan
dengan pelan, terkoordinasi dan berirama, tumpuan berat badan dikaki.
h Prosedur
berjalan minimal tubuh melakukan gerakan kesamping dengan kepala lurus.
h Berjalan
dengan mudah.
Perlu
juga dikaji hal seperti :
h Jumlah
langkah dalam satu menit (normal 70 sampai 100 langkah permenit).
h Kebutuhan
klien akan alat bantu.
4. Penampakan
Dan Pembesaran Sendi.
Pengkajian
fisik meliputi infeksi, palpasi, pergerakan aktif dan pasif.
Hal-hal
yang perlu dikaji :
h Adakah
bengkak dan kemerahan, mengidentifikasikan adanya luka atau inflamasi.
h Adakah
deformitas, seperti pembesaran atau pengecilan tulang.
h Kesimetrisan
otot.
h Adakah
crepitasi.
h Adkah
peningkatan suhu.
h Tingkat
pergeseran sendi.
5. Kemampuan
Dan Pembatasan Pergerakan.
Hal
yang dikaji :
h Pengaruh
penyakit terhadap kemampuan untuk berpindah.
h Alat Bantu
yang dikehendaki.
h Yang
membatasi pergerakan seperti infuse.
h Gejala
mental dan kemampuan mengikuti perintah.
h Keseimbangan
dan koordinasi, jika klien akan dipindahkan dari bed.
h Adanya
hipertensi ortostatic sebelum pemindahan (meliputi : denyut nadi, tekanan
darah, pusing).
h Tingakat
kenyamanan.
h Berat
badan, memindahkan pasien obesitas memerlukan bantuan orang lain atau pemindah
hidrolik.
h Pengelihatan.
h Ketrampilan
perawat dan kekuatan fisik.
6. Massa otot dan kekuatan
otot.
Pengkajian kekuatan dan kemampuan gerak untuk mengurangi
resiko ketegangan otot.
7. Toleransi
Aktifitas.
Jika aktifitas terlalu menguras energi dan terlalu lama,
maka akan terjadi perubahan-perubahan :
h Wajah
pucat.
h Pusing
atau lemah.
h Denyut
jantung atau pernafasan melebihi batas normal.
h Perubahan
irama jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
h Melemahnya
denyut nadi.
h Dispnea,
nafas pendek dan nyeri dada.
h Diastole
berubah 10 mmHg atau lebih.
8. Kemampuan
Fisik.
Meliputi : pengukuran lingkar, pengukuran lipat kulit,
tes langkah, pengkajian kekuatan otot, dan pengkajian fleksibilitas sendi.
h Pengukuran
lingkar meliputi : dada, pinggang, pinggul, lengan atas, paha, betis, dan
pergelangan kaki.
h Pengukuran
lipat kulit, mengindikasikan jumlah lemak, areanya : trisep, sub scapula,
suprailiak, dan paha.
h Tes
langkah Harvard, klien melangkah ke atras dan kebawah masing-masing 17 inchi
selama 3 menit jika mampu. Pergerakan berikut ini merupakan satu langkah kaki
kiri naik, kaki kanan naik, kaki kiri turun, kaki kanan turun. Rata-rata
minimal melakukan 24 langkah permenit.
h Fleksibelitas
sendi dapat dikaji dengan memerintah klien untuk menyentuh ibu jari kaki
beberapa kali. Rata-rata 1-3 inchi didepan ibu jari.
9. Masalah yang berhubungan dengan Imobilitas
:
melalui
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut
NANDA diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah aktifitas atau
imobilitas antara lain:
1. Intoleransi
Aktifitas.
Karakteristik
:
h Kelemahan
atau kelelahan verbal.
h Respon
aktivitas yang abnormal.
h Misalnya :
perubahan denyut nadi, tekanan darah atau EKG yang berakibat arritmia atau
ischemia.
h Ketidak
nyamanan atau dispnea.
Factor
yang berhubungan :
h Bedrest,
immobilitas, kelemahan otot, ketidak seimbangan antara pemenuhan dan kebutuhan
okxigen.
2. Resiko
Tinggi Terjadi Intoleransi Aktifitas.
Factor
resiko :
h Riwayat
intoleransi masa lalu, status kesehatan buruk atau bedrest, masalah sirkulasi
atau respiratory atau nyeri, tidak pengalaman tentang aktivitas.
3. Perubahan
Mobilitas Fisik.
Karakteristik
:;
h Ketidakmampuan
untuk bergerak diatas tempat tidur, ketidakmampuan untuk berpindah atau
ambulasi.
h Keterbatasan
ROM dari sendi aktif.
h Penurunan
kekuatan dan control atot.
h Penurunan
tonus otot.
Factor
yang berhubungan :
h Intoleransi
aktivitas, penurunan kekuatan, nyeri atau ketidak nyamanan, perubahan
neuromuscular, perubahan musculoskeletal, perubahan cognitive, depresi,
kecemasan.
4. Resiko
Tinggi Terjadi Sindrome Disure.
Factor
resiko :
h Paralysis,
imobilisation, nyeri
Menurut
Gordon (1993, P, 165) intoleransi aktivitas, dan perubahan mobilitas fisik terdiri
dari 4 tingkatan yaitu :
Intoleransia Aktifitas :
Tingkat I : Jalan pada permulaannya, naik tangga 1x
tingkat atau lebih, dengan nafas lebih rendah dari nafas normal.
Tingkat II : Berjalan 1 blok kota 500 kaki, mendaki 1 tingkat lebih lambat
tanpa berhenti.
Tingkat III: Berjalan tidak
lebih dari 50 Kaki tanpaberhenti, tidak dapat mendaki 1 tingkat anak tangga tanpa
berhenti.
Tingkat IV : Dispnea dan kelelahan saat istirahat.
Perubahan Mobilitas Fisik :
Tingkat I : Membutuhkan alat Bantu.
Tingkat II : Membutuhkan asisten, supervise, atau belajar
dari orang lain.
Tingkat III : Membutukan
pertolongan dari orang lain dan alat Bantu.
Tingakt IV : Tidak mandiri dan
tidak berpartisipasi pada pergerakan.
PERENCANAAN
Tujuannya
adalah :
h Untuk
mencegah komplikasi karena immobilitas.
h Untuk
memulihkan atau meningkatkan kemampuan ambulasi atau berpartisipasi dalam
beraktivitas.
h Untuk
mencegah injuri dan jatuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DX. KEPERAWATAN
|
KRITERIA HASIL
|
RENCANA KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
I. Resiko tinggi terjadi sindrome disuse.
II. Intoleransi Aktifitas.
III. Kerusakan mobilitas fisik
|
Mempertahankan
fungsi normal dari otot dan tulang, ditandai dengan kemampuan melakukan ROM
pada semua persendian dan mempertahankan masa otot dan kekuatan otot normal.
Meminimalkan
perubahan jantung dengan memelihara TTV dan keadekuatan aliran darah vena.
Menahan fungsi
normal dari pernafasan = suara nafas normal, bentuk dada, tidak ada nyeri
dada, panas.
h Memelihara
pola nutrisi dan cairan.
h Memelihara
pola eliminasi.
h Memelihara
kesempurnaan kulit.
h Memelihara
keadaan social, emosi dan intelektual.
h Mengidentivikasi
aktifitas dan factor yang menyebabkan identivikasi aktivitas.
h Mempertahankan
denyut nadi, respirasi ,tekanan darah, selama aktifitas direncanakan.
h Mengembangkan
aktifitas dan pola istirahat serta meminimalkan kelelahan.
h Meningkatkan
toleransi aktifitas.
h Klien
mengkomunikasikan untuk toleransi aktivitas.
h Klien
mau menerima bantuan , memilih dan menggunakan bantuan tersebut.
h Klien
dapat menguraikan factor penyebab dari kerusakan mobilitas fisik.
h Pemeliharaan
secara optimal tentang fungsi musculus skeletal.
h Menggunakan
bantuan secara benar dan ambulasi
secara aman.
|
h Laksanakan
program latihan (aktif,isotonic, dan pasif) kurang lebih 4 jam untuk lengan,
kaki dan leher.
h Beri
dukungan aktif pada aktivitas mandiri.
h Bandingkan
ukuran dan kekuatan otot dengan keadaan normal.
h Posisikan
klien dengan benar.
h Latih
klien untuk bergerak atau Bantu untuk berdiri disamping tempat tidur.
h Monitor
TTV.
h Anjurkan
memakai kaos kaki anti emboli.
h Angkat
kaki selama kurang lebih 20 menit.
h Lakukan
pengukuran untuk mencegah hipotensi ostostatio.
h Kaji
kulit tubuh bagian bawah.
h Intervensi
dari fungsi musculoskeletal.
h Kaji
suara nafas dan expansi dada kurang lebih tiap 8 jam.
h Anjurkan
klien untuk nafas panjang dan batuk.
h Menetapkan
rencana posisi dan mengubah posisi klien tiap 2 jam.
h Monitor
BB, turgor, intake dan out put cairan.
h Monitor
warna kejernihan dan keasaman : warna dan karakteristik feces, frekuensi BAB.
Apakah ada nyeri saat BAK.
h Dorong
klien membuat pernyataan tentang rencana atau jadwal sehari-hari.
h Rencanakan
klien untuk mengenal klien yang lain.
h Periksa
aktifitas yang menyimpang dan berikan jadwal aktivitas sehari-hari.
h Periksa
factor penyebab intoleransi aktivitas dan tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya intoleransi.
h Tentukan
factor pemungkin.
h Monitor
respon klien waktu beraktifitas.
h Bantu
klien untuk mengidentifikasi aktifitasnya.
h Menggabungkan
periode istirahat dengan periode aktivitas dan menyesuaikan dengan jadwal
sehari-hari.
h Kaji dan
atuer jadwal klien sehari-hari.
h Laksanakan
pengukuran simpanan energi klien dalam beraktifitas.
h Usulkan
pada klien untuk menggunakan bantuan jika memerlukan.
h Libatkan
keluarga untuk mendukung atau membantu klien dalam ADl.
h Dengar
dengan seksama keluhan klien.
h Berikan
informasi tentang alat yang tersedia.
h Kaji
factor penyebab seperti trauma dan nyeri.
h Monitor
latihan ROM secara aktif.
h Beri
dukungan secara optimal untuk ambulasi sesuai batas kemampuan.
|
h Latihan
isotonic mencegah kontraktur dan otropi otot, latihan isometric memelihara
tonus otot. Latiha pasif membantu pergerakan tubuh dan otot.
h Membantu
pergerakan tubuh dan otot.
h Memdeteksi
adanya otropi otot.
h Mencegah
kontraktur dan memelihara integritas struktur otot dan sendi.
h Mencegah
osteo porosis.
h Mendeteksi
perubahan secara dini.
h Mencegah
pembentukan thrombus dan hipotensi ortostastic.
h Meningkatkan
sirkulasi vena verifier.
-
h Untuk
mendeteksi perubahan secara dini.
h Merangsang
sirkulasi darah dan mencegah komplikasi jantung.
h Mendeteksi
kejadian abnormal dari suara nafas dan tidak adekuatnya expansi dada.
h Meningkatkan
expansi alveoli, mencegah sekresi, memelihara pertukaran gas, memelihara
udara yang bersih.
h Melebarkan
area paru dan memelihara pergerakan serta menghilangkan sekresi dengan batuk.
h Mengkaji
keadekuatan nutrisi dan cairan.
h Urine
keruh, nyeri BAK merupakan indikai adanya retensio urin.
h Meningkatkan
harga diri.
h Lebih
membuka perasaan klien.
h Mencegah
kebosanan atau kejenuhan.
h Mengumpulkan
data dasar.
h Untuk
lebih memfokuskan rencana keperawatan.
h Menentuka
perkembangan klien dalam beraktifitas.
h Memungkinkan
klien untuk berpartisipasi.
h Menyimpan
energi secara adekuat.
h Menyimpan
energi untuk melakukan aktivitas.
h Mengukur
energi yang tersimpan memungkinkan klien untuk meningkatkan toleransi
aktivitas.
h Menjamin
keselamatan dan mencegah jatuh.
h Meningkatkan
motifasi klien.
h Kecemasan
dan ketakutan dapat menghasilkan energi.
h Mengurangi
kecemasan dan perasaan frustasi.
h Memfokuskan
pada intervensi yang ditetapkan.
h Memelihara
pergerakan sendi.
h Ambulasi
mencegah peningkatan pernafasan, sirkulasi dan eliminasi.
|
PELAKSANAAN
" Sesuai
dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai berdasarkan factor penyebab dan
etiologi.
" Perawat
mendesain terutama untuk peningkatan dalam mempertahankan sikap tubuh yang
benar, mobilisasi dan latihan :
" Teknik
yang digunakan :
1.
Pengaturan posisi klien
2.
Latiah luas atau ROM.
3.
Pergerakan dan pergeseran.
4.
Ambulasi.
5.
Program latihan.
EVALUASI
Kualitas
ambulasi klien dapat dievaluasi berdasarkan bagaimana klien dengan baik dapat
mencapai langkah yang stabil tanpa harus jatuh dan apakah tujuan tercapai.
Kualitas
dari mekanisme tubuh pada sehari-hari dapat dievaluasi hanya dengan
mengobservasi bagaimana klien bisa menyesuaikan diri pada system tubuhnya dan
mencegah terjadinya luka lagi.
Jika
tujuan yang diharapakan tidak tercapai, seharusnya perawat menanyakan tentang
hal dibawah ini untuk menentukan mengapa :
J
Apakah terjadi perubahan kondisi fisik atau
mental klien.?
J
Apakah akibat dan factor resiko sudah
diidentifikasi dengan benar ?
J
Apakah latihan ROM sudah dilakukan ?
J
Sudahkah motifikasi klien untuk berpartisipasi
dalam beraktifitas ?
J
Apakah klien telah diposisikan dengan benar ?
J
Apakah klien gagal untuk melakukan latihan nafas
dalam ?
J
Apakah intake nutrisi dan cairan klien cukup
untuk mempertahankan berat badan, turgpor jaringan, keseimbangan cairan dan
nilai serum protein normal ?
J
Sudahkah dilakukan pengukuran untuk dilakukan
menstimulasi sirkulasi darah
J
Sudahkah dilakukan pengukuran untuk mencegah
konstipasi ?
J
Sudahkah klien dimotifasi saat membuat
keputusan, membuat rencana perkembangan sehari-hari , kemampuan verbal untuk
mempertahankan emosional dan hubungan social ?
J
Sudahkah menyediaan alat Bantu untuk pergerakan
dan ambulasi klien dengan nyaman ?
J
Apakah perawat telah melakukan supervise dan
memonitor ?
J
Sudahkah klien diberi informasi tentang
pentingnya pencegahan yang nyaman untuk ambulasi ?
J
Apakah membutuhkan home care assistance dan
dapat digunakan sebagai sumber yang benar dalam menyamakan daan memilih ?
J
Apakah keluarga klien memberi semangat dan
dukungan untuk membantu klien dengan ADL ?
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIFITAS
(CVA)
DI RUANG 22 RS.SAIFUL ANWAR MALANG
PENGKAJIAN
|
FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN
1. BIODATA
:
Nama :
Ny. W
Jenis Kelamin :
Perempuan.
Umur :
66 Tahun.
Status Perkawinan :
Kawin.
Pekerjaan :
-
Agama :
Islam.
Pendidikan Terahir :
SD.
Alamat :
Ds, Kalianyar RT:04 RW:05 Sidodadi Lawang.
Tanggal MRS :
23 Mei 2003.
2. DIAGNOSA
MEDIS : CVA
3. KELUHAN
UTAMA :
Saat dikaji klien mengeluh tubuh bagian
kanan terasa lemah.
4. RIWAYAT
PENYAKIT SEKARANG:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengeluh tubuh
bagian kanan lemah secara tiba-tiba ketika klien bangun tidur dan hendak
kekamar mandi pada pukul 04:30
WIB tanggal 23 Mei 2003.
Setelah beberapa menit, klien hanya diam saat diajak
bicara keluarga, kemudian oleh keluarga klien, klien dibawa ke RSSA Malang.
5. RIWAYAT
KESEHATAN PENYAKIT YANG LALU:
keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah diopname di
RSSA Malang dengan diagnosa medis CVA kurang lebih 3 bulan yang lalu.
6. RIWAYAT
KESEHATAN KELUARGA :
Keluarga klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang
menderita CVA, hipertensi maupun DM.
7. POLA
AKTIVITAS SEHARI-HARI :
A. Makan dan Minum.
|
Sebelum Sakit
|
Sesudah sakit
|
Makan
|
3 X sehari (nasi,lauk,sayur)
|
3 X sehari
(tim, telur,buah)
|
Minum
|
(+/-) 8-10
gelas/hari (air putih)
|
(+/-) 5-6
gelas/hari (air putih).
|
B. Pola Eliminasi.
|
Sebelum Sakit
|
Sesudah sakit
|
BAB
|
1 X sehari
|
1 X sehari
(agak padat)
|
BAK
|
(+/-) 5-6 X /
sehari
|
(+/-) 4-5 X /
hari (kuning jernih)
|
C. Pola Istirahat dan Tidur.
Sebelum Sakit
|
(+/-) 7-8 jam
/ hari
|
Sesudah sakit
|
(+/-) 5-6 jam
/ hari (sering terbangun)
|
D. Kebersihan diri.
|
Sebelum Sakit
|
Sesudah Sakit
|
Keramas
|
2 X sehari
|
2 X sehari
(diseka)
|
Gosok GIGI
|
3 hari sekali
|
Kumur air
hangat tiap selesai makan.
|
8. RIWAYAT
PSIKOSOSIAL.
h Pola
Komunikasi : komunikasi klien tidak lancer, kata-kata sulit dimengerti dan
dipahami.
h Orang yang
paling dekat dengan klien : anak serta cucu-cucu klien.
h Dampak
dirawat di RS : Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari, klien
hanya berbaring ditempat tidur.
9. PEMERIKSAAN
FISIK.
A. KEADAAN FISIK
h Lemah.
h Klien
terbaring ditempat tidur.
h Kesadaran
komposmentis.
h Bicara
klien terputus-putus.
B. TANDA-TANDA VITAL.
h TD :
180/110 mmHg.
h IV : 92 X / menit.
h RR : 20 X
/ Menit.
h S : 36,5 derajat Celsius.
C. PEMERIKSAAN KEPALA LEHER.
h Kepala : Bentuk lonjong simetris, kulitkepala sdikit
kotor, tidak ad luka, tidak ada kutu dan ketombe.
h Rambut :
Penyebaran merata, warna hiatm beruban, tidak berbau.
h Wajah : Simetris, tidak ada kesan lembab, tidak
pucat.
h Mata : Lengkap, simetris, palpebra tidak ada
benjolan, konjungtiva merah, sclera putih, pupil isocor.
h Hidung :
Posisi septumasi simetris, bersih.
h Telinga :
Simetris, ketegangan cukup, tidak ada secret.
h Mulut : Bibir kering, tidak cyanosis, tidak ada
luka.
h Leher : Posisi Trachea simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena junggularis, denyut nadi
karotis teraba.
D. PEMERIKSAAN INTEGUMEN.
Bersih, perabaan hangat, turgor kembali <2 detik, warna sawo matang,
tekstur rata agak keriput, kelembaban baik, tidak ada kelainan pada kulit.
E. DADA dan THORAX.
h Inspeksi :
Bentuk elips, frekuensi nafas 20X/menit regular, tidak ada kesulitan bernafas,
tidak batuk.
h Auskultasi
: suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan.
h Perkusi :
Suara paru resonan.
F. PAYUDARA.
Tidak dikaji
G. ABDOMEN.
h Inspeksi :
Bentuk datar, tdak ada asates ataupun pembengkakan.
h Perkusi :
Suara abdomen normal tympani.
h Palpasi :
Tidak ada bejolan , tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan.
h Auskultasi
: Bising usus 9 X / menit.
H. GENETALIA.
Tidak dkaji.
I. EKSTREMITAS.
h Kekuatan
otot:
4
|
3
|
4
|
3
|
h Odema :
-
|
-
|
-
|
-
|
h Atropi :
(+)
Tidak ada pembengkakan sendi.
J. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS.
h Tingakt
kesadaran : 434
h Tanda
meningeal : pusing (-), muntah (-), kejang (-), kaku kuduk (-).
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Lab tanggal 24 Mei 2003.
DL :
h Leukosit
8200/mm3
h Hb 12,1
gr%
h LED 60
h Trombosit
251.000/ul
h GDP : 164
h GD 2 JPP :
196, kolesterol total : 201.
h Triglisenda
: 71
h Ureum :
31,2
h Creatinin
: 0,9
h Asam urat
: 5,7
L. TERAPI /
PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN.
h Neurotam :
3 X 1
h Neurobion
: 3 X 1
h Dexamitason
: 3 X 1
h Infuse R.L
: 20 tetes/menit.
h Lechol : 3
X1 lewat oral.
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny.W
Umur : 66 tahun
No. REG : 311265
DATA PENUNJANG
|
MASALAH
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
||||
1. DATA
DS : klien
mengeluh tubuh bagian kanan terasa lemah.
DO :
h kekuatan
otot.
h Atrophi
: (+)
h GCS :
434
h Klie
BEDREST.
TTV
h TD :
180/110 mmHg
h N : 92 X/menit
h RR : 20 X/ menit
h S : 36,5’C
|
Gangguan
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
|
Penurunan
kekuatan otot.
|
||||
2. DATA.
DS :
keluarga klien
mengatakan bahwa bicara klien terputus-putus dan kata-kata sulit dimengerti.
DO :
h KU :
lemah
h GCS :
434
h Bicara
klien terputusputus.
h Kata-kata
klien sulit dipahami.
|
Gangguan
komunikasi verbal
|
Kelemahan
fisik
|
DAFTAR MASALAH
No.
|
Tanggal Muncul
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
|
|
Gangguan
pemenuhan kebutuhan Aktifitas berhubungan dengan penurtunan kekuatan otot.
|
2.
|
|
Gangguan
komunikasi Verbal berhubungan dengan kelemahan fisik.
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl.
|
No. DX
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN KRITERIA STANDART
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
||||
|
1
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan kekuatan otot klien mengalami
penngkatan fungsi motorik.
Criteria standart:
DS :
Klien mengatakan tubuh bagian kanan
sudah tidak lemah.
DO :
h KU : baik
h Atrophi (-).
h Kekuatan otot:
h TTV dalam batas normal.
h GCS : 456
|
1. Kaji kemampuan fungsional klien
secara teratur.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 / 3
jam.
3. Lakukan Rom exercise.
4. Bantu untuk mengembangkan
keseimbangan duduk.
5. Susun tujuan bersama orang terdekat
klien untuk berpartisipasi dalam aktifitas latihan.
6. Anjurkan klien untuk membantu
pergerakan bagian tubuh yang lemah dengan bantuan bagian tubuh yang agak kuat
secara mandiri.
7. Observasi tanda-tanda vital.
|
1. Mengidentifikasi sejauh mana tingkat
kemampuan otot klien.
2. Meminimalkan resiko terjadinya
gangguan integritas kuli.
3. Mengurangi resiko terjadinya
retrophi dan kekuatan sendi.
4. Membantu meningkatkan respon
motorik.
5. Mengoptimalkan perkembangan
kesehatan klien.
6. Melibatkan klien dalam latihan
mandiri sehinnga memperbesar semangat untuk sembuh.
7. Mengindikasikan perkembangan kondisi
klien, menjadikan tolak ukur tindakan selanjutnya.
|
||||
|
2
|
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan kelemahan fisik.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam diharapkan kekuatan fisik klien mengalami peningkatan
sehingga membawa pengaruh positif bagi kemampuan komunikasi verbal klien.
Criteria standart :
OS:
h Keluarga klien mengatakan bahwa
kemampuan komunikasi verbal klien sudah lancar.
DO :
h KU : baik.
h GCS : 456
h Bicara klien lancar.
h Kata-kata klien dapat dipahami.
|
1. Ajak bicara klien dengan nada normal
dan hindari percakapan yang cepat.
2. Diskusikan bersama kien mengenai
hal-hal yang menarik perhatian klien.
3. Anjurkan keluarga klien untuk mempertahankan
komunikasi dengan klien.
|
1. Menghindari kebingungan pada klien
dalam pemahaman.
2. merangsang respon klien terhadap
stimulus.
3. Mengoptimalkan stimulus yang dapat
membantu proses pemulihan kemampuan komunikasi verbal klien.
|
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.W.
Umur : 66 tahun
No. REG : 311265
No.
|
Tgl.
|
No. DX. KEPERAWATAN
|
TINDAKAN.
|
1
|
|
I
|
1.
Mengkaji kemampuan fungsional secara continue.
2.
Mengubah posisi klien minimal setiap 2 – 3 jam.
3.
Melatih klien melakukan rentang gerak aktif maupun
pasif.
4.
Membantu klien untuk mengembangkan keseimbangan
duduk.
5.
Memgajak orang terdekat klien untuk ikut
berpartisipasi dalam melatih klien.
6.
Menganjurkan klien untuk membantu pergerakan bagia
tubuh yang lemah dengan bantuan bantuan bagian tubuh yang lebih kuat secara
mandiri.
7.
Mengobservasi tanda-tanda vital.
|
2
|
|
II
|
1.
Mengajak bicara klien dengan nada normal dan
menghindari percakapan yang cepat.
2.
Mendiskusikan bersama klien mengenai hal-hal yang
menarik perhatian klien.
3.
Menganjurkan keluarga klien untuk mempertahankan
komunikasi dengan klien
|
EVALUASI
Nama Pasien : Ny.W.
Umur : 66 tahun.
No. REG : 311265
No.Dx.KEP.
|
Tgl. 27 Mei 2003
|
Tgl. 28 Mei 2003.
|
||||||||
I
|
S :
Klien mengeluh
tubuh bagian kanan melemah.
O :
h Kekutan
otot :
h Atrophi
: (+)
h GCS :
434
h Klien
BEDREST
h TTV:
J
TD ; 180/110 mmHg
J
N : 92
X/ menit
J
RR : 20
X / Menit
J
S :
36,5’C
J
A : masalah belum teratasi
J
P : lanjutkan intervensi.
|
S ;
Klien tidak
mengeluh badannya lemah dan mengatakan tubuh bagian kananya bisa
digerakanperlahan-lahan.
O :
J
Kekutan otot :
J
Atrophi : (+)
J
GCS : 445
J
Klien tetap BEDREST dan berusaha untuk
beraktifitas.
J
Klien mulai duduk.
J
TTV :
h TD :
130/90 mmHg
h N : 90 X
/ menit
h RR : 18
X /menit
h S : 36
‘C
h A
:Masalah teratasi sebagian.
h P :
Lanjutkan intervensi.
|
||||||||
II
|
S :
Keluarga klien
mengatakan bahwa bicara klien terputus-putus dan sulit dipahami.
O :
J
KU : lemah
J
GCS : 434
J
Bicara terputus-putus.
J
Kata-kata sulit dipahami.
A : Masalah
belum tertasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
S ;
keluarga
mengatakan klien dapat berbicara meskipun belum lancar dan bisa dimengerti.
O :
J
KU : baik
J
GCS : 445
J
Kata-kata dapat dipahami meskipun belom lancar.
A : Masalah
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah
membandingkan antara asuhan keperawatan pada tinjauan teori dengan asuhan
keperawatan pada tinjauan kasus, maka pada asuhan keperawatan pada tinjauan
kasus perlu ditambahkan hal-hal sebagai berikut:
I. PENGKAJIAN.
- Pengkajian bentuk tubuh yang meliputi : sikap klien , pandangan dari sisi lateral , pandangan dari anterior, pandangan dari posterior.
- Pengkajian kemampuan fisik yang meliputi : pengukuran lingkar badan, pengukuran lipat kulit, tes langkah Harvard, dan vleksibilitas sendi.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Pada asuhan keperawatan pada tinjauan teori muncul diagnosa keperawatan
antara lain:
- Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
- Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa diatas sudah sesuai dengan yang disebutkan pada teori yaitu:
J
Pada diagnosa yang pertama adalah dampak pada sistem
musculoskeletal.
J
Pada diagnosa yang kedua adalah dampak pada
system neuromuscular.
III. PERENCANAAN.
Pada perencanaan
pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah sesuai dengan teori hanya perlu
ditambahkan untuk intervensi seperti dibawah ini :
J
Memonitor berat badan , intake dan output
cairan.
J
Memeriksa aktivitas yang menyimpang dan
memberikan jadwal aktifitas sehari-hari.
J
Memberikan informasi tentang alat Bantu gerak
yang tersedia.
IV. PELAKSANAAN.
Implmentasi pada asuhan keperawatan (tijauan kasus) sudah sesuai dengan
teori. Pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) menyebutkan :;
1.
Membantu klien untuk mengembangkan keseimbangan duduk.
2.
Melatih klien melakukan rentang gerak aktif maupun
pasif.
3.
Menganjurkan klien untuk membantu pergerakan bagian
yang lemah (tubuh yang kuat membantu yang lemah).
V. EVALUASI.
Evaluasi pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah sesuai dengan
evaluasi pada tinjauan teori.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Dari kasus dan
pembahasan diatas , kami dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1.
Aktifitas merupakan kualitas atau proses penggunaan
energi atau penyelesaian suatu efek.
2.
Pemenuhan kebutuhan aktifitas terganggu bila terdapat :
J
Kerusakan neuromuscular.
J
Kerusakan muskuluskeletal.
J
Bedrest.
J
Nyeri atau ketidaknyamanan.
3.
Askep yang diberikan
pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas antara lain :
pengkajian , diagnosa , perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. SARAN.
J
Mengobservasi klien agar bisa menyesuaikan diri
pada system tubuhnya dan mencegah terjadinya luka lagi.
J
Pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
aktifitas sebaiknya dilakukan exercise atau latihan secara teratur
mengembalikan fungsi normal dari tubuh klien.
J
Dalam melakukan tindakan , seseorang perawat
harus memperhatikan prosedur atau intervensi yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan.
Aplikasi pada Praktik Klinis . ed. E. EGC : Jakarta .
Kumala, Poppy , dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland.
EGC : Jakarta .
Kozier , Barbara. BA. 1984. Fundamental Of Nurcing,
Concept and Prosedur. Ed. 3. Addison Wesley Publishing Company : Philadhelpia.
Mansjoer. Arif . dkk. 2000. kapita Selekta Kedokteran
, ed. 3. jilid 2. Media Ausculapius FK UI : Jakarta .
Priharjo . Robert. 1993 . Pemenuhan Aktifitas
Istirahat Pasien. EGC : Jakarta .
0 komentar:
Post a Comment