KATA PENGANTAR
Puji
sukur kepada tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
h Ibu
Isnaeni DTN, Skm, Mkes. Selaku derektur politeknik kesehatan malang yang telah memberi kemudahan dalam
penulisan makalah ini.
h Bapak
Djoko Setyono, Skm. Selaku coordinator sekaligus dosen pembimbing mata ajar
Sosiologi.
h Semua
pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu criteria
dan saran kami harapkan dari pembaca untuk menuju kesempurnaan penulisan
makalah berikutnya.
Penulis
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Bila
kita mengamati disekeliling kita, karakter dan identitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan keluarga. Kebanyakan sehat
atau tidaknya karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh keluarga. Jadi dapat
kita simpulkan bahwa keluarga merupakan factor pertama dan utama yang sangat mempengaruhi
kepribadian dan identitas seseorang sehingga dapat dibayangkan jika fungsi tersebut
gagal maka akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian dan identitas
seseorang.
1.2 Tujuan Penulisan.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
h Untuk
memenuhi tugas mata ajar Sosiologi.
h Untuk
mengerti dan memahami pentingnya interaksi yang efektif dalam keluarga.
h Sebagai
pedoman untuk mewujutkan kesehatan dalam hal ini adalah kesehatan psikologi.
1.3 Batasan Masalah.
Penulis
membatasi pembahasan makalah ini pada hal-hal yag berkenaan tentang interaksi
efektif bagi pembentukan identitas diri yang sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
interaksi berasal dari bahasa inggris “Interaction” yang berarti hal yang
pengaruh mempengaruhi . efektif berarti berhasil, tepat, manjur. Interaksi
Sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu
yang lainnya atau sebaliknya.
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atab
dalam keadaan saling bergantung. (Depkes RI Tahun 1983)
Keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka dan mereka hidup dalam suatu
rumah tangga , berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicidu G.B. dan
Aracelis Maglaya 1989).
Peran
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal. Sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga kelomok
dan masyarakat.
Sehat
berarti bukan hanya bebas dari penyakit tetapi meliputi seluruh kehidupan
manusia termasuk aspek social, psicologis, spiritual, factor lingkungan
ekonomi, pendidikan dan rekreasi.
Sehat
menurut WHO yaitu suatu keadaan dimana sehat fisik, emosi, social dan spiritual
bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehingga interaksi yang efektif
dalam keluarga tidak hanya berfungsi melestarikan pola hidup sehat fisik saja
tetapi dalam segala aspek harus seimbang sehingga tidak timbul gangguan.
Tiga
fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya:
1.
Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuhdan
berkembang sesuai dengan usia.
2.
Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik mental, social dan spiritual.
3.
Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
Tugas-tugas
keluarga:
h Memeihara
fisik keluarga dan para anggotanya.
h Pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
h Pembagian
tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukan masing-masing.
h Sosialisasi
antar anggota keluarga.
h Pengaturan
jumlah anggota keluarga.
h Pemeliharaan
ketertipan anggota keluarga.
h Penempatan
anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h Membangkitkan
dorongan dan semangat para anggota keluarga.
Dalam
keluarga orang tua bertugas untuk mengetahui, memahami dan mengawasi
tahap-tahap perkembangan anak-anaknya sehingga diharapkan orang tua mampu
mengarahkan dengan baik dan tepat agar anak-anak tidak salah dalam menjalani
tugas perkembanganya.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Umur
|
Tahap Perkembangan
|
Tugas Perkembangan
|
Konsepsi - Lahir
|
Pranatal
|
|
Lahir
-15/28 Hari
|
Neonatal
(Infancy)
|
Menyesuaikan
diri dengan perubahan suhu, cahaya, kelembaban, bernafas, menghisap, menelan,
buang air, dan mulai mengikat hubungan dengan orang lain.
|
15/28
Hari – 2 Tahun
|
Bayi
|
Makan makanan
padat, berjalan, berbicara, mengendalikan urinasi atau deekasi, mempelajari
perbedaan sexs dan tata caranya.
|
2
Tahun – 6 Tahun
|
Anak
|
Mempersiapkan
diri untuk membaca, membedakan yang benar dan salah, mengembangkan hati
nurani. Termasuk dalam fase anal {kepuasan terkonsentrasi disekitar anus
(rectum) dan pase phallic (energi terkonsentrasi pada genital dala bentuk
perasaan sexsual yang diarahka kepada orang tuanya}.
|
6
Tahun – 12 Tahun
|
Usia
Sekolah
|
h Mempelajari
ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum.
h Membangun
sikap yang sehat mengenal diri sendiri dan lingkungan.
h Belajar
menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
h Mulai
mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat.
h Mengembangkan
ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.
h Mengembangkan
pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
h Mengembangkan
hati nurani, pengertian moral, sopan santun.
h Membina
sikap yang sehat terhadap kelompok-kelompok social.
h Mencapai
kebebasan pribadi.
|
10
tahun – 14 Tahun
|
Masa
Pubertas
|
Masa pemasakan
sexsual, tanda seksual primer dan sekunder.
|
12
Tahun – 18 Tahun
|
Remaja
(Adolesen)
|
h Mencapai
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya pria atau wanita.
h Mencapai
peran social pria atau wanita.
h Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakanya secara efektif.
h Mengharapkan
dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.
h Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
h Mempersiapkan
karir ekonomi.
h Mempersiapkan
perkawinan dan keluarga.
h Memperoleh
perangkat nilai dan system etis.
|
18
Tahun – 40 Tahun
|
Dewasa
|
Bekerja,
memilih pasangan, belajar hidup bersama, berkeluarga, mengasuh anak,
mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara,
menjadi anggota kelompok social.
|
40
Tahun – 60 Tahun
|
Pertengahan
|
h Mencapai
tanggung jawab social dan dewasa sebagai tanggung jawab social.
h Membantu
anak-anak dan remaja belajar menjadi orang dewasa.
h Mengembangkan
sikap harmonis dengan pasangan hidup.
h Menerima
dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada
tahap ini.
h Mencapai
dan mempertahankan prestasi dalam karir.
h Menyesuaikan
diri dengan orang tua yang semakin tua.
|
60
Tahun - Mati
|
Tua
|
h Menyesuaikan
diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
h Menyesuaikan
diri dengan
h Menyesuaikan
diri dengan kematian pasangan , sahabat.
h Membentuk
hubungan dengan orang-orang seusia.
h Membentuk
pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
h Menyesuaikan
diri dengan peran social secara luwes.
|
Selain
perhatian terhadap tumbuh kembang anak oleh orang tua, sikap terbuka anakpun
menjadi factor penting terbentuknya interaksi yang efektif. Dalam studi
pengamatan atau experiment semua atas interaksi keluarga yang cukup penting.
Kemungkinan besar salah satu pendekatan adalah yang paling berhasil dalam
mengadakan studi terhadap keluarga adalah penyembuhan terhadap keluarga dan
focus terhadap pola yang dikembangkan dan dipelihara dalam keluarga sepajang
waktu dan yang mengatur tingkah laku keluarga. (Minuchin .D. 1985).
Dengan
kata lain keluarga diperlakukan sebagai suatu system dengan para anggotanya
(terutama) sebagai bagian yang saling tergantung satu sama lain yang tingkah lakunya
harus lebih dipahami dengan mengacu pada proses keteraturan sistemnya dari pada
pribadi masing-masing.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Si
C adalah seorang waria, kelainan ini sudah dirasakannya sejak kelas tiga SD.
Tetapi ia mengaku tak tau itu kelainan, sebab saat itu pendidikan sxs masih
dianggab tabu. Ia mengaku bahwa keluarganyalah yang bersalah dalam hal ini
karena menjadi seorang waria tidak bisa ditumbuhkan, itu ada karena lingkungan
mendukung, sat ia bergabung dalam kelompok waria Fantastic Doll. Seharusnya,
keluarga langsung mengarahkan anaknya beitu melihat tanda-tandanya, membawa
kepsikiater agar ia menjadi normal lagi tapi itu tak dilakukan oleh keluarganya
mungkin karena orang tua tak tahu atau tak peduli. Kata C kecenderungan waria
terbentuk dari keluarga yang broken home atau yang keluarganya tidak peduli.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari
kasus diatas maka masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:
a.
Dalam keluarga si C tidak ada atau kurang ada interaksi
dan komunikasi.
b.
Si C tidak terbuka pada orang tuanya.
c.
Orang tua tidak mengontrol tumbuh kembang anaknya
sehingga tidak begitu tahu tentang prilaku tidak sehat yang terjadi pada
anaknya.
d.
Orang tua si C tidak peduli ke Abnormalan tumbuh
kembang anaknya, dan tidak ada usaha untuk meluruskan jalan salah yang ditempuh
oleh anaknya tersebut.
Menyingkapi
permasalahan dari kasus ini, dalam keluarga C harus ditumbuh kembangkan saling
keterbukaan sehingga komunikasi sebagai wujut dari interaksi dapat terwujut.
Orang tua berkewajiban mengarahkan putra putrinya kepada prilaku yang sehat.
Interaksi
yang ada dalam keluarga mutlak diperlukan karena menentukan karakter dan pola
hidup sehat atau tidak sehat individu. Keluarga merupakan lingkungan pertama
dan utama yang bertugas dan punya potensial melestarikan karakter dan identitas
dirinya sehingga komponen dalam keluarga uatamanya orang tua memiliki peran
yang sangat penting dan harus pro aktif dalam menyingkapi prilaku yang
menimpang dari anak-anak dan fenomena yang terjadi diluar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Tumbuhnya
perhatian orang tua (kususnya para ibu) atas kesejahteraan anak mereka sehingga
akan menghasilkan kepribadian-kepribadian yang sehat. Dalam keluarga modern
semakin berkurang pengawasan orang tua terhadap anak-anak dan semakin
terpisahnya orang tua da anak mereka dalam dunia yang berbeda.
Anak-anak
semakin terjebak dalam kultur remaja yang berperan dalam membentuk nilai dasar
yang sama bobotnya dengan ajara orang tua mereka. Peran orang tua agaknya
semakin tidak relevan sebagai pendidik dan guru
bagi anak mereka dan banyak remaja memandang orang tua mereka (dan
generasi yang lebih tua lainnya) sedikit saja mewariskan nilai pada mereka.
5.2 Saran.
h Sebaiknya
komponen dalam keluarga ada interaksi yang efektif sehingga akan tercipta
keharmonisan dalam kehidupan keluarga.
h Setiap keluarga
hendaknya menghormati hak dan melaksanakan kewajiban dan peran masing-masing
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
h Tidak
meremehkan masalah kecil yang timbul dalam keluarga, sehingga persoalan besar
dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Nasrul, Perawatan Kesehatan Masyarakat. 1995.
EGC. Jakarta
Sanderson,
Stephen K. 2000. Makrososiologi : Sebuah
pendekatan terhadap realitas social. Jakarta
PT Grafindo Pustaka.
Harre , Rom dkk.
Ensiklopedi Psikologi, 1960, Arcan, Jakarta .
Jawa Pos, Minggu
5 Januari 2003, Transeksual korban keluarga.
0 komentar:
Post a Comment