Tuesday, 26 May 2015

   A.    Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid/( soepardi, iskandar ,1990). Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009 ).
Otitis media kronik adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran tympani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus-menerus atau hilang timbul. sekret mungkin encer atau kental, bening atau nanah. biasanya disertai gangguan pendengaran.
   

Otitis media akut

   B.     Etiologi
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi).  Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh:
-      Otitis media akut
-      Cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba
-      Infeksi nasofaring



Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
·         Streptococcus.
·         Stapilococcus.
·         Diplococcus pneumonie.
·         Hemopilus influens.
·         Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
·         Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
·         Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Ada beberapa factor resiko :
-      Lingkungan
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
-      Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
-      Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.
-      Infeksi
 Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.


-      Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK

   C.     Patofisiologi
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.




   D.    Manifestasi klinis
            Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya otorrhoe pada otitis medi kronik bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Gejala otitis media kronik dan mastoiditi kronik yang penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Vertigo pada pasien dengan penyakit telinga tengah kronik memberi kesan erosi pada kanalis semisirkularis horisontalis.

E.     Pemeriksaan penunjang
1.      Otoskop : pemeriksaan ini dengan cara memasukkan spekulun ke telinga, dan memancarkan cahaya kedalamnya kemudian pemeriksa dapat melihat kondisi membran timpani melalu lensa pembesar otoskop. Biasanya, gendang telinga terihat kemerahan dan terlihat bangunan seperti lubang pada selaput gendang telinga
2.      Rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga
3.      Timpanogram : tes ini dilakukan untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani
4.      Timpanosentesis dan Kultur  : Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani   untuk menentukan mikrobiologi, Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga.
5.      Tes audiometric : Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu  mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometric.

6.      Tes Rinne : Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Caranya : garputala digetarkan dan tangkainya diletakkan diprosesus mastoid, setelah tidak terdengar garputala dipegang didepan telinga kira-kira 2 ½ cm. normalnya masih terdengar.
7.      Tes Weber : Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan telinga kiri. Caranya : garputala digetarkan dan tangkai diletakkan di garis tengah kepala. Normalnya bunyi garputala terdengar di kedua telinga  dan tidak dapat dibedakan kearah mana bunyi terdengar lebih keras.
8.      Tes Schwabach : Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Caranya : garputala digetarkan dan tangkai nya diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi, kemudian diletakkan pada telinga pemeriksa yang pendengarannya normal dan begitu sebaliknya. Normalnya pendengaran hasilnya sama dengan pemeriksa.

    F.      Penatalaksanaan
1.      Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981).
Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :
-          Toilet telinga secara kering ( dry mopping).
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering.
-          Toilet telinga secara basah ( syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles, 1979).



-          Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)
Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan.
2.      Pemberian antibiotik topical
-          Polimiksin B atau polimiksin E
-          Neomisin
-          Kloramfenikol
3.      Pemberian antibiotik sistemik: Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab.
4.      Pembedahan
-          Mastoidektomi : Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
-          Miringoplasti : Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMK dengan perforasi yang menetap
-          Timpanoplasti : Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.

G.       Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut :
Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf
Komplikasi di ekstrasdural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis

   H.    Pencegahan
-      Pengobatan infeksi telinga akut secara tuntas bisa mengurangi resiko terjadinya infeksi telinga kronis.
-      Resiko terjadinya perforasi pada membran timpani dapat dicegah dengan menghindari terjadinya infeksi pada telinga tengah. Pada anak – anak dapat diberikan imunisasi terhadap 2 bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada telinga tengah (Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumoniae).
-      Jangan mengorek – orek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek membran timpani.
-   Jika ada benda asing yang masuk ke telinga anda, datanglah ke dokter untuk meminimalisasi kerusakan telinga yang dapat terjadi.
-      Jauhkan telinga dari bunyi yang sangat keras.
-      Lindungi telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan dengan memakai pelindung telinga jika terdapat suara yang amat keras.
-      Menonton televisi dan mendengarkan musik dengan volume yang normal.

Lindungi telinga anda selama penerbangan

0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget