Friday, 22 May 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Seorang guru bk mempunyai tugas untuk membantu siswanya dalam mengembangkan potensi siswanya kearah optimal. Ini juga dapat dibuktikan melalui salah satu tujuan bimbingan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya membantu siswa maju dengan cara positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber sumber dan potensinya sendiri (Boy dan Pine dalam Juntika Nurihsan.2006). Aktualisasi disini dimaksudkan bahwa seorang siswa haruslah dapat mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki seoptimal mungkin sehingga dapat menjadi pribadi yang seutuhnya serta mampu mengembangkan hal hal positif yang ada dalam dirinya agar tidak menjadi pribadi yang sampai terjerumus dalam prilaku yang negatif.Kita sadari bersama bahwa dalam era globalisasi dengan perkembangan informasi yang semakin pesat saat ini banyak sekali aktifitas dan tempat penyaluran minat serta bakat dari masing masing peserta didik.Namun sayangnya aktualisasi diri dari masing masing peserta didik yang dirasa kurang.pada umumnya peserta didik sudah tau tentang peminatan dari potensi yang dimiliknya, hanya saja kurangnya dukungan dari pihak sekolah dalam memfasilitasi hal ini dirasa kurang. padahal menurut Maslow dan kalish (dalam Asmadi.2008) menyatakan bahwa aktualisasi diri merupakan  tingkatan kebutuhan yang paling tinggi sehingga untuk mencapainya wajar saja jika mengalami hambatan baik internal maupun eksternal.
Melihat dari kasus tersebut, sebagai seorang guru BK atau konselor sekolah hendaklah sesegera mungkin membuat sebuah strategi bagaimana menanamkan sikap tanggung jawab kepada peserta didik untuk tetap bisa mengarahkan pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.Hal ini ditujukan untuk menanamkan sikap tanggung jawab dari diri siswa itu sendiri agar tetap berkomitmen terhadap keputusan yang telah diambilnya.


1.2         Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian pengembangan diri (self actualization) ?
1.2.2        Apa definisi dari tanggung jawab ?
1.2.3        Bagaimana karakteristik siswa yang bertanggung jawab ?
1.2.4        Apa strategi yang bisa dilakukan guru BK untuk menanamkan sikap tanggung jawab terhadap peserta didik sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya ?
1.2.5        Bagaimana implementasi dari sikap tanggung jawab itu sendiri ?

1.3         Tujuan
1.3.1        menjelaskan pengertian mengenai peengembangan diri (Self Actualization)
1.3.2        Menjelaskan pengertian sikap tanggung jawab
1.3.3        Mendeskripsikan karakteristik siswa yang bertanggung jawab sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya
1.3.4        Memaparkan strategi yang bisa dilakukan oleh Guru BK di sekolah untuk menanamkan sikap tanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambilnya
1.3.5        Menjelaskan implementasi sikap tanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambilnya.

1.4         Manfaat
1.4.1        Menambah wawasan mengenai pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang diambil
1.4.2        Menambah pengetahuan bagi calon guru BK bagaimana menjadi guru BK yang mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan diri dan menanamkan sikap tanggung jawab terhadap siswa atas keputusan yang telah diambilnya.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengembangan Kemampuan Diri (Self Actualization)
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dalam diri maupun diluar diri (Asmadi.2008:7). Tekanan yang dimaksudkan disini adalah hambatan atau beban yang dirasakan oleh individu itu sendiri.Hambatan atau beban ini tentu menjadi penghalang dalam tercapainya pengaktualisasian diri sehingga peserta didik tidak mampu mengembangkan diri secara optimal.Asmadi (2008) juga menjelaskan, secara umum hambatan itu terdiri dari hambatan internal dan hambatan eksternal.Hambatan internal itu berupa kurangnya motivasi, semangat dan keinginan, sedangkan hambatan eksternal itu bisa berupa kurangnya fasilitas, ekonomi, atau pengaruh lingkungan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri pada hakekatnya adalah merupakan hasil dari kematangan diri, dan tidak semua orang dapat mencapai aktualisasi diri secara penuh.
Pengaktualisasian diri atau pengembangan diri tentu tidak hanya berdasarkan kecerdasan intelegensi (IQ) karena di lapangan banyak kasus yang terjadi orang yang mempunyai IQ superior bahkan jenius justru tidak mencapai kematangan diri yang optimal (tidak beraktualisasi secara penuh) ini juga disebabkan oleh factor Emotional Question (EQ) orang yang memiliki IQ tinggi tetapi EQ rendah maka cenderung tidak mampu mengembnagkan diri ke arah yang optimal. Untuk itu seorang Guru BK tidak patut hanya mengacu pada IQ siswa untuk diarahkan pengembangan diri siswa tetapi juga memperhatikan tingkat EQ yang dimiliki siswanya.
Menurut Goleman(dalam Safaria dan Rahardi.2004) menyebutkan ada lima komponen dasar dalam kecerdasan emosional, diantal.oranya :
1.      Kesadaran Diri factor pertama ini merupakan pilar dasar dari seluruh komponen karena dengan kesadaran yang total orang mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya
2.      Mengelola Emosi  komponen kedua kecerdasan emosi adalah kemampuan bagaiman mengelola emosi disaat saat penuh ketegangan. Mengelola emosi berkaitan dengan kemampuan untuk memahami suasana perasaan dan mengaturnya sehingga tidak mengganggu kinerja anda.
3.      Motivasi. Komponen yang ketiga adalah motivasi. Dengan kemampuan memotivasi diri sendiri yang dimilikinya, seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
4.      Empati. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika sseseorang terbuka pada emosi diri sendiri, maka dapat dipastikan ia terampil dalam membaca emosi orang lain dan juga sebaliknya.
5.      Keterampilan Sosial. Keterampilan sosial merupakan seni dalam membina hubungan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan, seseorang akan kesulitan dalam pergaulan sosial. Keterampilan sosial yaitu mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan dengan manusia

2.2 Pengertian  Tanggung jawab
            Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Pengertian tanggung jawab memang seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat.Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu, atau kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari suatu perbuatan.Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan.Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial.Dalam hubungan mengarahkan diri siswa sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya, penanaman sikap bertanggung jawab sangat diperlukan. Tanggung jawab yang telah terinternalisasi dalam diri siswa akan menunbuhkan sikap konsisten,konsekuen, dan komitmen dimana memiliki arti :
KOMITMEN
Menurut KBBI Komitmen berarti : perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: perkumpulan mahasiswa seharusnya mempuny
ai -- thd perjuangan reformasi. Sedangkan menurut Rizal Panggabean,
Pengertian KOMITMEN:
Pembuatan komitmen adalah proses atau mekanisme yang lumrah terjadi dalam hidup kita.Komitmen adalah langkah atau tindakan yang Anda ambil untuk menopang suatu pilihan tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap dan sepenuh hati.
Contoh:
1. Dede memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas ternama di luar negeri. Kemudian, ia mengambil beberapa tindakan seperti (1) rajin belajar untuk menghadapi Ujian, (2) mencari informasi tentang universitas yang ingin di tuju, dan (3) mempersiapkan segala sesuatu yagn akan di bawa. Tindakan 1, 2,dan 3 adalah tindakan yang diambil untuk menopang pilihan tindakan, yaitu Melanjutkan uliah. Dengan demikian, tindakan 1, 2, dan 3
adalah KOMITMEN.

KONSISTEN
Menurut KBBI Konsistens berarti: tetap (tidak berubah-ubah); taat
asas; ajek; 2 selaras; sesuai:
perbuatan hendaknya–dng ucapanJadi jika kita uraikan, Konsisten dapat berarti sifat yang selalu memegang teguh pada prinsip yang telah di canangkan dalam diri seseorang.

KONSEKUEN
Menurut KBBI konsekuen berarti : sesuai dng apa yg telah dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak menyimp
ang dr apa yg sudah diputuskan. Hal ini berarti Konsekuen merupkan tindakan atau ucapan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Walaupun terkadang mudah untuk diucapkan, ketiga perbuatan diatas sangat sulit untuk dipahami dan dilaksanakan. Karena sikap/perbuatan itu menyangkut prinsip hidup seseorang

2.3 Karakteristik Sikap Bertanggung Jawab
Tanggung jawab pribadi yang merupakan bagian dari karakter  seseorang bisa dilatih dan di bina misalnya seorang anak dibina dan dilatih oleh orang tuanya. Siswa oleh gurunya kalau karyawan dibina oleh atasan, bila guru oleh kepala sekolah bila anda tentara di bina oleh komandan  dan seterusnya.

Secara umum orang yang bertanggung jawab pribadi bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut
·         Mengerjakan setiap pekerjaan yang diberikan atau dibebankan  kepadanya misalkan pekerjaaan rumah atau pe-er
·         Dalam bekerja selalu berusaha dengan hasil yang terbaik sebagai contoh seorang siswa ada yang mengerjakan tugas pe-er dengan hasil sebaik mungkin bila tidak bisa akan berusaha bertanya tapi ada juga yang mengerjakan asal jadi saja
·         Bila ada hal-hal yang salah berarti dirinya yang bersalah bukan karena orang lain atau karena keadaan. Segala kesalahan yang terjadi  dengan akan dipandang dengan penuh  untuk perbaikan di masa yang akan datang.

2.4 Strategi Penanaman Sikap Tanggung Jawab
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.

1. Memberi teladan yang baik.
Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam itu.

2. Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun.Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.

3. Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.

4. Memberi ganjaran atas kesalahan.
Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya.Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya.Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.

5. Jangan terlalu banyak menuntut.
Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya.Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.

Suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri.Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi. Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi.Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak.Untuk itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya.Dalam memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup.Orangtua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak; kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; dan sebagainya.Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau petunjuk dari orangtua mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam dirinya.Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan.Nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan menciptakan suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak.

Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam diri orangtua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.

2.5 Implementasi Sikap Bertanggung Jawab Pada Siswa Atas Pilihannya
Dalam menerapkan atau mengimplementasikan sikap tanggung jawab kepada peserta didik , perlu adanya sebuah wujud tindakan untuk membangun sikap tersebut. Contoh real dari Implementasi sikap tanggung jawab yang ada di sekolah meliputi:
  1. Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihannya  dengan mengadakan sebuah tes minat dan bakat. Tes minat bakat yang dilaksanakan akan memberikan gambaran minat serta bakat dari siswa itu sendiri. Dengan mengetahui kesesuaian antara potensi diri siswa dan pilihan yang diambilnya, diharapkan sikap tanggung jawab tersebut akan tumbuh pada diri siswa.
  2. Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihannya dengan memberikan teladan. Teladan yang akan menjadi model dapat berupa seseorang ataupun poster maupun selogan yang berisikan tentang himbauan atau ajakan untuk bersikap tanggung jawab. Teladan yang dilakukan oleh pihak-pihak (konselor, guru mata pelajaran, orang tua,teman sebaya) akan memberikan pengaruh kepada siswa yang berimbas dalam membangun sikap bertanggung jawab.
  3. Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihannya, dapat dilakukan dengan menerapkan kemandirian pada siswa. Misalnya siswa diarahkan untuk mengikuti organisasi kesiswaan intra-sekolah, OSIS, DPS, dan Kamtib. Dalam organisasi tersebut siswa dituntut untuk dapat mandiri dalam menjalankan program-progran organisasi.
  4. Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihan dengan mengikuti ekstrakulikuler meliputi, PRAMUKA, Atletik, Karate, Sepak Bola dll. Dengan tujuan Siswa dapat mempertanggung jawaban pilihan yang telah diambil dengan serius menjalani hobi dengan exrakulikuler dan berprestasi di bidang tersebut.
  5. Implementasi sikap bertanggung jawab atas pilihan yang telah diambilnya dapat dilakukan dengan teknik sebab-akibat, dengan menerapkan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap sikap siswa menindak lanjuti pilihan yang diambilnya. Konsekuensi tersebut disesuaikan dengan tata-tertib yang ada di sekolah. Contohnya memberikan sangsi atau peringatan terhadap siswa yang kurang disiplin sesuai dengan aturan yang ada. Dan menjelaskan kepada siswa bahwa tata-tertib yang ada di sekolah harus di patuhi karena itu merupakan konsekuensi atas pilhan siswa bersekolah di tempat tersebut dan mengikuti semua aturan di sekolah tersebut.
  6. Implementasi sikap bertanggung jawab atas pilihannya dengan mengadakan wawancara atau konseling, dalam proses kegiatan konseling yang dilakukan brsama konseli dan konselor bahu-membahu dalam menghadapi permasalahan yang ada dan dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar tumbuh rasa kemandirian pada diri siswa dan sadar akan tanggung jawab yang dimiliki siswa. Konselor dapat memberikan arahan terhadap sikap siswa yang kurang bertanggung jawab atas pilihannya. Menggunakan teknik-teknik serta teori konseling yang dimiliki. Contohnya memberikan penguatan terhadap sikap yang diharapkan (tanggung jawab atas pilihan).
  7. Implementasi sikap bertanggung jawab atas pilihan dapat dilakukan dengan evaluasi atau follow-up. Misalnya dalam sebuah pengamatan yang dilaksanakan guru bk, ditemukan bahwa adanya penurunan nilai yang signifikan terhadap salah satu siswa jurusan IPS. Setelah diadakan proses konseling ternyata , siswa tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran di jurusan IPS karena menganggap bahwa telah memiliki potensi dibidang tersebut dan malas untuk belajar. Konselor melakukan follow-up dengan mengadakan bimbingan belajar kepada siswa tersebut yang dilakukan bersama dengan guru mata pelajaran.    






BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
          Pada hakikatnya, salah satu tugas seorang guru BK disekolah tidak hanya menyadarkan siswa saat ia berbuat salah tetapi juga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa kearah yang optimal sehingga mampu mencapai aktualisasi diri. Siswa haruslah mampu mengarahkan kemampuan  pengembangan diri sesuai dengan putusan yang telah diambilnya. Jangan sampai siswa menjadi tidak bertanggunng jawab atas apa yang telah menjadi keputusannya. Seorang Guru BK di sekolah juga harus menanamkan sikap konsisten kepada siswa yang telah mengambil keputusannya, disinilah perlunya penanaman sikap tanggung jawab kepada siswa itu sendiri.
          Sikap tanggung jawab itu mempunyai banyak definisi dan sikap yang termasuk ke dalam ranah tanggung jawab, seperti konsisten, berkomitmen, dan lain-lain seperti yang sudah di jelaskan pada bab pembahasan. Indicator indicator yang menjadi bagian dari ranah sikap tanggung jawab itulah yang harus ditanamkan kepada siswa agar siswa mampu mengarahkan kemampuan pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya

3.2     Saran

          Bagi calon guru BK diharapkan bisa memupuk sikap tanggung jawab kepada peserta didiknya agar bisa mengarahkan pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya sehingga secara tidak langsung sikap itu juga membawa peserta didik menuju aktualisasi diri.

0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget