BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Seorang guru bk mempunyai tugas untuk membantu
siswanya dalam mengembangkan potensi siswanya kearah optimal. Ini juga dapat
dibuktikan melalui salah satu tujuan bimbingan konseling adalah membantu siswa
menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya membantu siswa maju
dengan cara positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan
sumber sumber dan potensinya sendiri (Boy dan Pine dalam Juntika
Nurihsan.2006). Aktualisasi disini dimaksudkan bahwa seorang siswa haruslah
dapat mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki seoptimal mungkin
sehingga dapat menjadi pribadi yang seutuhnya serta mampu mengembangkan hal hal
positif yang ada dalam dirinya agar tidak menjadi pribadi yang sampai
terjerumus dalam prilaku yang negatif.Kita sadari bersama bahwa dalam era
globalisasi dengan perkembangan informasi yang semakin pesat saat ini banyak
sekali aktifitas dan tempat penyaluran minat serta bakat dari masing masing
peserta didik.Namun sayangnya aktualisasi diri dari masing masing peserta didik
yang dirasa kurang.pada umumnya peserta didik sudah tau tentang peminatan dari
potensi yang dimiliknya, hanya saja kurangnya dukungan dari pihak sekolah dalam
memfasilitasi hal ini dirasa kurang. padahal menurut Maslow dan kalish (dalam
Asmadi.2008) menyatakan bahwa aktualisasi diri merupakan tingkatan kebutuhan yang paling tinggi
sehingga untuk mencapainya wajar saja jika mengalami hambatan baik internal
maupun eksternal.
Melihat dari kasus tersebut, sebagai seorang guru BK
atau konselor sekolah hendaklah sesegera mungkin membuat sebuah strategi
bagaimana menanamkan sikap tanggung jawab kepada peserta didik untuk tetap bisa
mengarahkan pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.Hal
ini ditujukan untuk menanamkan sikap tanggung jawab dari diri siswa itu sendiri
agar tetap berkomitmen terhadap keputusan yang telah diambilnya.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian pengembangan diri (self actualization) ?
1.2.2
Apa definisi dari tanggung jawab ?
1.2.3
Bagaimana karakteristik siswa yang
bertanggung jawab ?
1.2.4
Apa strategi yang bisa dilakukan guru BK
untuk menanamkan sikap tanggung jawab terhadap peserta didik sesuai dengan
keputusan yang telah diambilnya ?
1.2.5
Bagaimana implementasi dari sikap
tanggung jawab itu sendiri ?
1.3
Tujuan
1.3.1
menjelaskan pengertian mengenai
peengembangan diri (Self Actualization)
1.3.2
Menjelaskan pengertian sikap tanggung
jawab
1.3.3
Mendeskripsikan karakteristik siswa yang
bertanggung jawab sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya
1.3.4
Memaparkan strategi yang bisa dilakukan
oleh Guru BK di sekolah untuk menanamkan sikap tanggung jawab terhadap
keputusan yang telah diambilnya
1.3.5
Menjelaskan implementasi sikap tanggung
jawab terhadap keputusan yang telah diambilnya.
1.4
Manfaat
1.4.1
Menambah wawasan mengenai pengembangan
diri sesuai dengan keputusan yang diambil
1.4.2
Menambah pengetahuan bagi calon guru BK
bagaimana menjadi guru BK yang mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
kemampuan diri dan menanamkan sikap tanggung jawab terhadap siswa atas
keputusan yang telah diambilnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Kemampuan Diri (Self Actualization)
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal
dalam diri maupun diluar diri (Asmadi.2008:7). Tekanan yang dimaksudkan disini adalah
hambatan atau beban yang dirasakan oleh individu itu sendiri.Hambatan atau
beban ini tentu menjadi penghalang dalam tercapainya pengaktualisasian diri
sehingga peserta didik tidak mampu mengembangkan diri secara optimal.Asmadi
(2008) juga menjelaskan, secara umum hambatan itu terdiri dari hambatan
internal dan hambatan eksternal.Hambatan internal itu berupa kurangnya
motivasi, semangat dan keinginan, sedangkan hambatan eksternal itu bisa berupa
kurangnya fasilitas, ekonomi, atau pengaruh lingkungan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi
diri pada hakekatnya adalah merupakan hasil dari kematangan diri, dan tidak
semua orang dapat mencapai aktualisasi diri secara penuh.
Pengaktualisasian diri atau pengembangan diri tentu
tidak hanya berdasarkan kecerdasan intelegensi (IQ) karena di lapangan banyak
kasus yang terjadi orang yang mempunyai IQ superior bahkan jenius justru tidak
mencapai kematangan diri yang optimal (tidak beraktualisasi secara penuh) ini
juga disebabkan oleh factor Emotional Question (EQ) orang yang memiliki IQ
tinggi tetapi EQ rendah maka cenderung tidak mampu mengembnagkan diri ke arah
yang optimal. Untuk itu seorang Guru BK tidak patut hanya mengacu pada IQ siswa
untuk diarahkan pengembangan diri siswa tetapi juga memperhatikan tingkat EQ
yang dimiliki siswanya.
Menurut Goleman(dalam Safaria dan Rahardi.2004)
menyebutkan ada lima komponen dasar dalam kecerdasan emosional, diantal.oranya
:
1.
Kesadaran
Diri
factor pertama ini merupakan pilar dasar dari seluruh komponen karena dengan
kesadaran yang total orang mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya
2.
Mengelola
Emosi komponen
kedua kecerdasan emosi adalah kemampuan bagaiman mengelola emosi disaat saat
penuh ketegangan. Mengelola emosi berkaitan dengan kemampuan untuk memahami suasana
perasaan dan mengaturnya sehingga tidak mengganggu kinerja anda.
3.
Motivasi.
Komponen
yang ketiga adalah motivasi. Dengan kemampuan memotivasi diri sendiri yang
dimilikinya, seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam
menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
4.
Empati.
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika
sseseorang terbuka pada emosi diri sendiri, maka dapat dipastikan ia terampil
dalam membaca emosi orang lain dan juga sebaliknya.
5.
Keterampilan
Sosial. Keterampilan sosial merupakan seni dalam membina
hubungan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan, seseorang akan
kesulitan dalam pergaulan sosial. Keterampilan sosial yaitu mengendalikan emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi,
berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan
dengan manusia
2.2 Pengertian Tanggung jawab
Tanggung
jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Pengertian tanggung jawab memang
seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat.Adakalanya tanggung
jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu, atau kadang-kadang
dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari suatu
perbuatan.Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit
merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti.
Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar
pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk
melakukan.Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung
jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan
sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun berkeinginan untuk
menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.Tuntutan yang teguh bahwa anak harus
setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun
demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita
inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab
bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung
jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai
yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab
yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi
sesuatu yang asosial.Dalam hubungan mengarahkan diri siswa sesuai dengan
keputusan yang telah diambilnya, penanaman sikap bertanggung jawab sangat
diperlukan. Tanggung jawab yang telah terinternalisasi dalam diri siswa akan
menunbuhkan sikap konsisten,konsekuen, dan komitmen dimana memiliki arti :
KOMITMEN
Menurut KBBI Komitmen berarti : perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: perkumpulan mahasiswa seharusnya mempunyai -- thd perjuangan reformasi. Sedangkan menurut Rizal Panggabean,
Menurut KBBI Komitmen berarti : perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: perkumpulan mahasiswa seharusnya mempunyai -- thd perjuangan reformasi. Sedangkan menurut Rizal Panggabean,
Pengertian
KOMITMEN:
Pembuatan
komitmen adalah proses atau mekanisme yang lumrah terjadi dalam hidup kita.Komitmen
adalah langkah atau tindakan yang Anda ambil untuk menopang suatu pilihan
tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap dan sepenuh hati.
Contoh:
1. Dede memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas ternama di luar negeri. Kemudian, ia mengambil beberapa tindakan seperti (1) rajin belajar untuk menghadapi Ujian, (2) mencari informasi tentang universitas yang ingin di tuju, dan (3) mempersiapkan segala sesuatu yagn akan di bawa. Tindakan 1, 2,dan 3 adalah tindakan yang diambil untuk menopang pilihan tindakan, yaitu Melanjutkan uliah. Dengan demikian, tindakan 1, 2, dan 3 adalah KOMITMEN.
1. Dede memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas ternama di luar negeri. Kemudian, ia mengambil beberapa tindakan seperti (1) rajin belajar untuk menghadapi Ujian, (2) mencari informasi tentang universitas yang ingin di tuju, dan (3) mempersiapkan segala sesuatu yagn akan di bawa. Tindakan 1, 2,dan 3 adalah tindakan yang diambil untuk menopang pilihan tindakan, yaitu Melanjutkan uliah. Dengan demikian, tindakan 1, 2, dan 3 adalah KOMITMEN.
KONSISTEN
Menurut KBBI Konsistens berarti: tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai:
Menurut KBBI Konsistens berarti: tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai:
perbuatan
hendaknya–dng ucapanJadi
jika kita uraikan, Konsisten dapat berarti sifat yang selalu memegang teguh
pada prinsip yang telah di canangkan
dalam diri seseorang.
KONSEKUEN
Menurut KBBI konsekuen berarti : sesuai dng apa yg telah dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak menyimpang dr apa yg sudah diputuskan. Hal ini berarti Konsekuen merupkan tindakan atau ucapan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Walaupun terkadang mudah untuk diucapkan, ketiga perbuatan diatas sangat sulit untuk dipahami dan dilaksanakan. Karena sikap/perbuatan itu menyangkut prinsip hidup seseorang
Menurut KBBI konsekuen berarti : sesuai dng apa yg telah dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak menyimpang dr apa yg sudah diputuskan. Hal ini berarti Konsekuen merupkan tindakan atau ucapan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Walaupun terkadang mudah untuk diucapkan, ketiga perbuatan diatas sangat sulit untuk dipahami dan dilaksanakan. Karena sikap/perbuatan itu menyangkut prinsip hidup seseorang
2.3 Karakteristik Sikap Bertanggung
Jawab
Tanggung jawab pribadi yang merupakan bagian dari karakter
seseorang bisa dilatih dan di bina misalnya seorang anak dibina dan
dilatih oleh orang tuanya. Siswa
oleh gurunya kalau karyawan dibina oleh atasan, bila guru oleh kepala sekolah
bila anda tentara di bina oleh komandan dan seterusnya.
Secara umum orang yang bertanggung jawab pribadi bisa
dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut
·
Mengerjakan
setiap pekerjaan yang diberikan atau dibebankan kepadanya misalkan
pekerjaaan rumah atau pe-er
·
Dalam
bekerja selalu berusaha dengan hasil yang terbaik sebagai contoh seorang siswa
ada yang mengerjakan tugas pe-er dengan hasil sebaik mungkin bila tidak bisa
akan berusaha bertanya tapi ada juga yang mengerjakan asal jadi saja
·
Bila
ada hal-hal yang salah berarti dirinya yang bersalah bukan karena orang lain
atau karena keadaan. Segala kesalahan yang terjadi dengan akan dipandang
dengan penuh untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
2.4 Strategi Penanaman Sikap Tanggung
Jawab
Ada
beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar
menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D.
mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang
prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung
jawab.
1.
Memberi teladan yang baik.
Dalam
mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan
suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang
harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana
orangtua melakukan tugas semacam itu.
2.
Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
Dalam
hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan
segenap hati dan tekun.Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu
perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali
kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi
nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua
tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung
jawab kepada anaknya.
3.
Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orangtua
dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan
dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang
dibebankan kepadanya.
4.
Memberi ganjaran atas kesalahan.
Orangtua
hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah
dilakukannya sesuai dengan kemampuannya.Tidak patut mencela pekerjaan anak yang
tidak diselesaikannya.Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan
pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya
besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak
tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang
menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya.Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan
dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.
5.
Jangan terlalu banyak menuntut.
Orangtua
selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan
sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan
kemampuannya.Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi
setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.
Suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik
anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti
emosinya sendiri.Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan.
Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan
yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat
untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi. Anak-anak yang sudah mampu berespon
secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan
kepentingan pribadi.Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada
pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada
kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun
itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik,
sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia
tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban
tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan
tingkat kematangan anak.Untuk itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu untuk
lebih jauh mengenal tentang kemampuan
anaknya.Dalam memberikan anak suatu
informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia
tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar
memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup.Orangtua juga harus bisa
menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping
harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak
boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab
dari segi- segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak;
kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah
atau tidak; dan sebagainya.Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke
sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang
tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali kita jumpai terutama pada
anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau petunjuk dari orangtua
mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, sehingga mereka kurang mendapat
kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri
serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam dirinya.Rasa tanggung jawab
sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan.Nilai-nilai tidak
dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi
bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain,
anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta
berusaha meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan menciptakan
suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman
konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak
dan kepribadian anak.
Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak,
akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada
nilai-nilai dalam diri orangtua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan
mendidik anak.
2.5 Implementasi Sikap Bertanggung Jawab
Pada Siswa Atas Pilihannya
Dalam menerapkan atau mengimplementasikan sikap tanggung
jawab kepada peserta didik , perlu adanya sebuah wujud tindakan untuk membangun
sikap tersebut. Contoh real dari Implementasi sikap tanggung jawab yang ada di
sekolah meliputi:
- Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihannya dengan mengadakan sebuah tes minat dan
bakat. Tes minat bakat yang dilaksanakan akan memberikan gambaran minat
serta bakat dari siswa itu sendiri. Dengan mengetahui kesesuaian antara
potensi diri siswa dan pilihan yang diambilnya, diharapkan sikap tanggung
jawab tersebut akan tumbuh pada diri siswa.
- Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihannya dengan
memberikan teladan. Teladan yang akan menjadi model dapat berupa seseorang
ataupun poster maupun selogan yang berisikan tentang himbauan atau ajakan
untuk bersikap tanggung jawab. Teladan yang dilakukan oleh pihak-pihak
(konselor, guru mata pelajaran, orang tua,teman sebaya) akan memberikan
pengaruh kepada siswa yang berimbas dalam membangun sikap bertanggung
jawab.
- Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihannya,
dapat dilakukan dengan menerapkan kemandirian pada siswa. Misalnya siswa
diarahkan untuk mengikuti organisasi kesiswaan intra-sekolah, OSIS, DPS,
dan Kamtib. Dalam organisasi tersebut siswa dituntut untuk dapat mandiri
dalam menjalankan program-progran organisasi.
- Penanaman sikap bertanggung jawab atas pilihan dengan
mengikuti ekstrakulikuler meliputi, PRAMUKA, Atletik, Karate, Sepak Bola
dll. Dengan tujuan Siswa dapat mempertanggung jawaban pilihan yang telah
diambil dengan serius menjalani hobi dengan exrakulikuler dan berprestasi
di bidang tersebut.
- Implementasi sikap bertanggung jawab atas pilihan yang
telah diambilnya dapat dilakukan dengan teknik sebab-akibat, dengan
menerapkan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap sikap siswa menindak
lanjuti pilihan yang diambilnya. Konsekuensi tersebut disesuaikan dengan
tata-tertib yang ada di sekolah. Contohnya memberikan sangsi atau
peringatan terhadap siswa yang kurang disiplin sesuai dengan aturan yang
ada. Dan menjelaskan kepada siswa bahwa tata-tertib yang ada di sekolah
harus di patuhi karena itu merupakan konsekuensi atas pilhan siswa bersekolah
di tempat tersebut dan mengikuti semua aturan di sekolah tersebut.
- Implementasi sikap bertanggung jawab atas pilihannya
dengan mengadakan wawancara atau konseling, dalam proses kegiatan
konseling yang dilakukan brsama konseli dan konselor bahu-membahu dalam
menghadapi permasalahan yang ada dan dilakukan secara berkesinambungan.
Hal ini dimaksudkan agar tumbuh rasa kemandirian pada diri siswa dan sadar
akan tanggung jawab yang dimiliki siswa. Konselor dapat memberikan arahan
terhadap sikap siswa yang kurang bertanggung jawab atas pilihannya.
Menggunakan teknik-teknik serta teori konseling yang dimiliki. Contohnya
memberikan penguatan terhadap sikap yang diharapkan (tanggung jawab atas
pilihan).
- Implementasi sikap bertanggung jawab atas pilihan dapat
dilakukan dengan evaluasi atau follow-up. Misalnya dalam sebuah pengamatan
yang dilaksanakan guru bk, ditemukan bahwa adanya penurunan nilai yang
signifikan terhadap salah satu siswa jurusan IPS. Setelah diadakan proses
konseling ternyata , siswa tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran di
jurusan IPS karena menganggap bahwa telah memiliki potensi dibidang
tersebut dan malas untuk belajar. Konselor melakukan follow-up dengan
mengadakan bimbingan belajar kepada siswa tersebut yang dilakukan bersama
dengan guru mata pelajaran.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada hakikatnya,
salah satu tugas seorang guru BK disekolah tidak hanya menyadarkan siswa saat
ia berbuat salah tetapi juga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa
kearah yang optimal sehingga mampu mencapai aktualisasi diri. Siswa haruslah
mampu mengarahkan kemampuan pengembangan
diri sesuai dengan putusan yang telah diambilnya. Jangan sampai siswa menjadi
tidak bertanggunng jawab atas apa yang telah menjadi keputusannya. Seorang Guru
BK di sekolah juga harus menanamkan sikap konsisten kepada siswa yang telah mengambil
keputusannya, disinilah perlunya penanaman sikap tanggung jawab kepada siswa
itu sendiri.
Sikap tanggung jawab itu mempunyai banyak definisi dan
sikap yang termasuk ke dalam ranah tanggung jawab, seperti konsisten,
berkomitmen, dan lain-lain seperti yang sudah di jelaskan pada bab pembahasan.
Indicator indicator yang menjadi bagian dari ranah sikap tanggung jawab itulah
yang harus ditanamkan kepada siswa agar siswa mampu mengarahkan kemampuan
pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya
3.2 Saran
Bagi calon guru
BK diharapkan bisa memupuk sikap tanggung jawab kepada peserta didiknya agar
bisa mengarahkan pengembangan diri sesuai dengan keputusan yang telah
diambilnya sehingga secara tidak langsung sikap itu juga membawa peserta didik
menuju aktualisasi diri.
0 komentar:
Post a Comment