BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah
dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Penyesuaian
diri dalam
bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment.
Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan
sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus
beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga
penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan
mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari
penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa konsep penyesuaian diri itu ?
2.
Apa pengertian dari perkembangan, kematangann dan penyesuaian
diri ?
3.
Apa saja penentu psikologis pada penyesuaian diri ?
4.
Coba sebutkan dan jelaskan ruang lingkungan sebagai penentu
penyesuaian diri ?
5.
Jelaskan kultur dan agama sebagai penentu penyesuaian diri ?
6.
Sebutkan dan jelaskan permasalahan – permasalahan penyesuaian
diri remaja ?
7.
Sebutkan aspek – aspek penyesuaian diri ?
8.
Jelaskan pembentukan penyesuaian
diri ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian konsep penyesuaian diri.
2. Untuk mengetahui pengertian dari
perkembangan, kematangann dan penyesuaian diri.
3. Untuk mengetahui penentu psikologis pada
penyesuaian diri.
4. Untuk mengetahui penjelasan ruang lingkungan
sebagai penentu penyesuaian diri.
5. Untuk mengetahui penjelasan kultur dan agama
sebagai penentu penyesuaian diri.
6. Untuk mengetahui permasalahan – permasalahan
penyesuaian diri remaja.
7. Untuk mengetahui aspek – aspek penyesuaian diri.
8. Untuk mengetahui pembentukan penyesuaian
diri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah
dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan
cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan
emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki
responss emosional yang tepat pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa
penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri
dan pada lingkungannya. Penyesuaian
diri dalam
bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment.
Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan
sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus
beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga
penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan
mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari
penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
2.2 Perkembangan,
Kematangan, dan Penyesuaian Diri
Perkembangan
Perkembangan
( Development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adaanya proses
difrensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk perkemabngan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan
disini di artikan sebagai perubahan yang dialami oleh individu atau oganisme
menuju tingkat kedewasaannya (matury) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.
Pertumbuhan dan
perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, walaupun demikian seorang
anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa misalnya mengenai makanan,
perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu
semua orang yang mendapat tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan
anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Contoh : Sikap
perasaan dan emosi, minat, cita-cita dan kepribadian seseorang
Kematangan
Kematangan atau
masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi
(titik puncak) dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari
suatu fungsi untuk menjalankan fungsinya. (Hurlock, 1956)
Penyesuaian diri
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah
dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu
memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2.3 Penentu Psikologis Pada Penyesuaian Diri
Banyak sekali faktor psikologis yang
mempengaruhi penyesuai diri, diantaranya adalah pengalaman, belajar,
kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, dan frustrasi.
1. Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi
penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang memiliki arti
dalam penyesuaian diri adalah pengalaman menyenangkan dan pengalaman traumatik
(menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan misalnya mendapatkan hadiah dalam
satu kegiatan, cenderung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik,
dan sebaliknya pengalaman traumatik akan menimbulkan penyesuaian yang kurang
baik atau mungkin salah suai.
Proses
belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam penyesuaian diri, karena
melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respons yang akan membentuk kepribadian.
Sebagian besar respons-respons dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar
dari pada secara diwariskan. Dalam proses penyesuaian diri merupakan suatu
proses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus
sepanjang hayatdan diperkuat dengan kematangan.
2.
Determinasi diri
Determinasi ini mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena
mempunyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri.
Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh
kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya. Meskipun
sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya.
3. Konflik dan penyesuaian
Tanpa memperhatikan tipe-tipe konflik, mekanisme konflik secara esensial sama
yaitu pertentangan antara motif-motif. Efek konflik pada prilaku akan
bergantung sebagian ada sifat konflik itu sendiri. Ada beberapa pandangan bahwa
bahwa semua konflik bersifat menggangu atau merugikan. Namun dalam kenyataan
ada juga seseorang yang mempunyai banyak konflik tanpa hasil-hasil yang merusak
atau merugikan. Sebenarnya ada beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi
seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Cara seseorang mengatasi konfliknya
dengan meningkatkan usaha kearah pencapaian tujuan yang menguntungkan secara
sosial. Atau mungkin sebalikuya ia memecahkan konflik dengan melarikan diri,
khususnya ke dalam gejala-gejala neurotis.
2.4 Ruang
Lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri
Berbagai
lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan didalamnya, sekolah,
masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
1. Pengaruh rumah dan keluarga
Dari
sekian banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri. Faktor rumah dan
keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Kerena keluarga merupakan satuan
kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu
adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
2. Hubungan orang tua dan anak
Pola
hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian
diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi penyesuai diri
antara lain :
1.
Menerima (acceptance),
2.
Menghukum
dan disiplin yang berlebihan,
3.
Memanjakan
dan melindungi anak secara berlebihan.
4. Penolakan.
5. Hubungan saudara
Suasana
hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh
kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian yang lebih baik, sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri
hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan
penyesuaian diri.
3. Masyarakat
Keadaan
lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan
proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa banyak
gejala tingkah laku salah suai bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan
yang salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
4. Sekolah
Sekolah
mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,
sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupun psikologis menentukan
proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima
anak disekolah eken merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
2.5 Kultur Dan Agama sebagai penentu
penyesuaian diri
Proses
penyesuaian diri anak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultur dimana individu berada
dan berinteraksi akan menetukan pola-pola penyesuaian dirinya. Contohnya tata
cara kehidupan disekolah, dimesjid, gereja, dan semacamnya akan mempengaruhi
bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Agama
memberikan suasana psikologis tentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan
ketegangan lainya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak.
Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan
memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup umat manusia.
2.6 Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri
Remaja
Di
antara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari
dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan
orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan
remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial
dalam keluarga. Contoh : Sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua
terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan mungkin
merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa tidak senang
kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki kehadirinya.
Boldwyn
dalam Dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang menolak anaknya
berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia
mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa
alasan nyata. Jenis kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak
tahu keinginan anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya
berbarengan dengan rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan
sejawatnya.
Hasil
dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri,
cenderung menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin
akan terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di
luar tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri. Disamping itu, sikap
orang tua yang memberikan perlindungan yang berlebihan akibatnya juga tidak
baik.
Sikap
orang tua yang otoriter, yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada
remaja juga akan menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja
berusaha untuk menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung
otoriter terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik
di sekolah maupun di masyarakat.
Permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja
yang hidup didalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak
padanya ada kecendrungan yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping
kurang kepekaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta
lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang
wajar.
2.7 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya
penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu:
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua
aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua
aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut
a. Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari
kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Mengangap inilah yang
kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Mengangap inilah yang
menjadi sumber terjadinya konflik
yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
b. Penyesuaian Sosial
Penyesuaian
sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain baik teman maupun orang yang tidak dikenal, sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Biasanya orang yang berhasil
melakukan penyesuaian sosial dengan baik mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan. Mereka tidak terikat pada diri sendiri.
melakukan penyesuaian sosial dengan baik mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan. Mereka tidak terikat pada diri sendiri.
2.8 Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang terjadi jika manusia/individu
selalu dalam keadaan seimbang antara dirnya dengan lingkungannya dimana tidak
ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan dimana semua fungsi
organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang
sempurna itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih
bersifat sutau proses sepanjang hayat (lifelong process), dan tantangan
hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respons
penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai sutau
upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara
kondisi-kondisi keseimbangan sutau proses kearah hubungan yang harmonis antara
tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat
saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi dan individu didorong meneliti
berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari tegangan. Individu
dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi
kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya. Dalam hubungannya dengan
rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan
penyesuaian diri secara positif, namun adapula individu-individu yang melakukan
penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
- Penyesuaian Diri secara Positif
Mereka yang
tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal
sebagai berikut :
- Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional,
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme
psikologis,
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan
diri,
- Mampu dalam belajar,
- Menghargai pengalaman,
- Bersikap realistik dan objektif.
Melakukan
penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam berbagai bentuk,
antara lain:
- Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara
langsung,
- Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi
(penjelajahan),
- Penyesuaian dengan trial and error atau
coba-coba,
- Penyesuaian dengan substansi (mencari pengganti),
- Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri,
- Penyesuaian dengan belajar,
- Penyesuaian dengan inhibis dan pengendalian diri,
- Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka dapat
di simpulkan bahwa :
1 Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan
sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya, Penyesuaian dapat juga
diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar
atau prinsip
2
Perkembangan ( Development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
3 Banyak sekali faktor psikologis yang
mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya adalah pengalaman, belajar,
kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, dan frustrasi.
4 Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola
hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh
terhadap penyesuaian diri anak.
5 Proses penyesuaian
diri anak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara
bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultur dimana individu berada dan berinteraksi
akan menetukan pola-pola penyesuaian dirinya. Agama memberikan suasana
psikologis tentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainya.
6 Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat
tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam
keluarga.
7 Penyesuaian diri memiliki dua aspek yang sangat penting
untuk memudahkan dirinya dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekitarnya.
8 Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu
mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, S.
2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwati, E., dan Nurwidodo. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Hartono, A.,
dan Sunanro. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Post a Comment