A. Pengertian
Otitis
media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid/( soepardi, iskandar ,1990). Otitis
media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009 ).
Otitis
media kronik adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran
tympani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus-menerus atau
hilang timbul. sekret mungkin encer atau kental, bening atau nanah. biasanya
disertai gangguan pendengaran.
B. Etiologi
Otitis
media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi).
Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh:
-
Otitis media akut
-
Cedera akibat masuknya suatu benda ke
dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba
-
Infeksi nasofaring
Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
·
Streptococcus.
·
Stapilococcus.
·
Diplococcus
pneumonie.
·
Hemopilus
influens.
·
Gram
Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
·
Gram
Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
·
Kuman
anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Ada beberapa factor resiko :
-
Lingkungan
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK
yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
-
Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini,
terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang
dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada
penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
-
Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan
kelanjutan dari otitis media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi
tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadi keadaan kronis.
-
Infeksi
Infeksi virus
dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,
sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
-
Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki
insiden lebih besar terhadap OMK
C. Patofisiologi
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap,
tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA)
dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang
terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media
berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring
(adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk
ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi.
Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah.
Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah,
biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali
normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun
terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang,
tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga
tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk
kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa
telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya
infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering
dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak
steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran
napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai
dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.
D. Manifestasi klinis
Otitis media kronik aktif berarti
adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhoe dan supurasi kronik telinga
tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses
patologi yang mendasarinya. Umumnya otorrhoe pada otitis medi kronik bersifat
purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium
peradangannya. Gejala otitis media kronik dan mastoiditi kronik yang penting
lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula
bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga
tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Vertigo pada
pasien dengan penyakit telinga tengah kronik memberi kesan erosi pada kanalis
semisirkularis horisontalis.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Otoskop :
pemeriksaan ini dengan cara memasukkan spekulun ke telinga, dan memancarkan
cahaya kedalamnya kemudian pemeriksa dapat melihat kondisi membran timpani
melalu lensa pembesar otoskop. Biasanya, gendang telinga terihat kemerahan dan
terlihat bangunan seperti lubang pada selaput gendang telinga
2. Rontgen
mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran
infeksi ke struktur di sekeliling telinga
3. Timpanogram : tes
ini dilakukan untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani
4. Timpanosentesis dan Kultur : Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani untuk menentukan
mikrobiologi, Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan
terhadap cairan yang keluar dari telinga.
5. Tes audiometric :
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu
mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi
kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometric.
6. Tes Rinne : Tes
untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada
telinga yang diperiksa. Caranya : garputala digetarkan dan tangkainya
diletakkan diprosesus mastoid, setelah tidak terdengar garputala dipegang
didepan telinga kira-kira 2 ½ cm. normalnya masih terdengar.
7. Tes Weber : Tes
pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan telinga kiri.
Caranya : garputala digetarkan dan tangkai diletakkan di garis tengah kepala.
Normalnya bunyi garputala terdengar di kedua telinga dan tidak dapat
dibedakan kearah mana bunyi terdengar lebih keras.
8. Tes
Schwabach : Membandingkan
hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya
normal. Caranya : garputala digetarkan dan tangkai nya diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi, kemudian diletakkan pada telinga pemeriksa
yang pendengarannya normal dan begitu sebaliknya. Normalnya pendengaran
hasilnya sama dengan pemeriksa.
F. Penatalaksanaan
1. Pembersihan
liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang
tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan
media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981).
Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :
-
Toilet telinga secara kering ( dry
mopping).
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril,
setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Pembersihan
liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering.
-
Toilet telinga secara basah (
syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang
debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk
antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah,
tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid (
Beasles, 1979).
-
Toilet telinga dengan pengisapan
(suction toilet)
Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan
bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini.
Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid
sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan.
2. Pemberian
antibiotik topical
-
Polimiksin B atau polimiksin E
-
Neomisin
-
Kloramfenikol
3. Pemberian
antibiotik sistemik: Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMK juga sebaiknya
berdasarkan kultur kuman penyebab.
4. Pembedahan
-
Mastoidektomi : Pada tindakan ini
dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
-
Miringoplasti : Rekonstruksi hanya
dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah
berulangnya infeksi telinga tengah pada OMK dengan perforasi yang menetap
-
Timpanoplasti : Tujuan operasi adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi
tulang pendengaran.
G. Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK
diklasaifikasikan sebagai berikut :
Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf
Komplikasi di ekstrasdural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
H. Pencegahan
-
Pengobatan infeksi telinga akut secara
tuntas bisa mengurangi resiko terjadinya infeksi telinga kronis.
-
Resiko
terjadinya perforasi pada membran timpani dapat dicegah dengan menghindari
terjadinya infeksi pada telinga tengah. Pada anak – anak dapat diberikan
imunisasi terhadap 2 bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada telinga
tengah (Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumoniae).
-
Jangan
mengorek – orek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek membran
timpani.
- Jika
ada benda asing yang masuk ke telinga anda, datanglah ke dokter untuk
meminimalisasi kerusakan telinga yang dapat terjadi.
-
Jauhkan
telinga dari bunyi yang sangat keras.
-
Lindungi
telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan dengan memakai pelindung telinga
jika terdapat suara yang amat keras.
-
Menonton
televisi dan mendengarkan musik dengan volume yang normal.
Lindungi telinga anda selama
penerbangan