Sunday, 17 May 2015

BAB I 
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
Insidensi penyakit tuberculosis dan mortalitas sebagai akibat adanya penyakit tersebut. Pada beberapa tahun lalu menurun drastis, setelah ditemukannya kemoterapi. Akan tetapi pada tahun terakhir ini penurunan itu tidak terjadi lagi. Bahkan insidensi penyakit ini cenderung meningkat. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti; sosio-ekonomi dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan seperti; alkoholisme, tunawisma, dan naiknya infeksi HIV (AIDS), yang mana peningkatan insidensi ini lebih nyata pada kelompok minoritas dan pengungsi yang masuk ke Negara-negara yang disitu tuberculosis merupakan sebagai penyakit endemic.
Penyakit TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Angka mortalitas dan morbiditasnya terus meningkat. TB sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh, perumahan di bawah standart dan perawatan kesehatan yang tidak adekuat.
Pada tahun 1952 di perkenalkan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan angka kasus TB di laporkan di AS menurun rata-rata 6 % setiap tahun (antara 1953 dan 1985). Pada abad 21 TB di AS dapat disingkirkan. Namun sejak 1985 justru sebaliknya dan jumlah kasus terus meningkat. Perubahan ini telah di tunjang dengan beberapa faktor termasuk peningkatan imigrasi, endemik, HIV, strain TB yang resisten terhadap banyak obat dan tidak adekuatnya dukungan system kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1986 tercatat 22.768 kasus TB yang dilaporkan ke Centers For Disease Control (CDC). Angka ini menunjukkan 9,4/100.000 penduduk amerika serikat banyak yang menderita TB (Public Healt Service/ Centers For Disease Control, 1988). (Sylvia, A. Price, 1995)
Sekitar tiga juta manusia meninggal karena TB setiap tahunnya yang sebagian besar terjadi di Negara-negara berkembang. (Depkes RI;1997)
Dengan adanya data tersebut, dapat mengimplikasikan betapa bahayanya penyakit TB paru. Maka dari itu akan sangat penting untuk mengkaji lebih lanjut penyakit TB, terlebih pada beberapa keluarga resiko tinggi sehingga nantinya dalam praktik dilapangan akan lebih efektif dan efisien dalam memberikan Asuhan Keperawatan, yaitu  bagaimana implikasi praktik keperawatan keluarga terutama berfokus pada keluarga dengan tahap perkembangan usia dewasa. Karena hal ini dianggap penting pada usia dewasa akan riskan terhadap penyakit TB.


B.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Setelah dilakukan presentasi mahasiswa diharapkan mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga dewasa dengan masalah tuberculosis.
2.      Tujuan Khusus
a.       Menjelaskan definisi TBC
b.      Menjelaskan etiologi TBC
c.       Menjelaskan klasifikasi diagnostic TBC
d.      Menjelaskan patofisiologi TBC
e.       Menjelaskan manifestasi klinis TBC
f.       Menjelaskan komplikasi TBC
g.      Menjelaskan pemeriksaan diagnostik
h.      Menjelaskan penatalaksanaan
i.        Menjelaskan teori masa dewasa awal
j.        Menjelaskan tugas perkembangan
k.      Melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga. 


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Definisi.
Tuberculosis adalah suatu infeksi menular dan biasa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis, Mycrobacterium Bovis atau Mycrobakterim Aafricanum
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tubercolosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer Arief, 1999)
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi kronik akut atau subakut disebabkan oleh Basilus Tuberculosis, Mycrobacterium Tuberculosis, dan kebanyakan mengenai struktur alveolar paru yang presentasi kronisnya bervariasi, berkisar asimtomatis dengan hanya menunjukkan tes kulit positif sampai meliputi pulmoner luas dan sistemik (Susan Martin Tucker, 1998)

B.       Etiologi
Penyebab dari TB paru adalah Mycrobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 2-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Kuman ini bersifat aerob terhadap asam karena sebagian besar tubuh kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (Soeparman, 1998)
Kuman penyebab tuberculosis adalah Mycrobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Basil ini sukar diwarnai, tetapi berbeda dengan basil lain. Setelah diwarnai tidak dapat dibersihkan lagi fushin atau methillenblue oleh cairan asam sehingga biasanya disebut Basil Tahan Asam (BTA). Pewarnaan Zheil Neelsen biasanya dipergunakan untuk menambahkan basil ini.
Ada 2 macam micobakteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis dan bila diminum dapat menyebabkan tuberculosis usus. Basil tipe human biasa berada di bercak ludah (dorplet) diudara yang berasal dari penderita TBC terbuka.
Apabila seseorang terpajan kuman ini, maka resiko tertularnya sangat tinggi dan akan menjadi terinfeksi (Samsul Hidayat, 1997)
C.      Klasifikasi Diagnostik
1.      TB paru
a.      BTA mikroskopis langsung atau biakan (+), kelainan foto toraks menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB
b.     BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (Initial Therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat .
2.   TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat mulai
3.   Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien dimasa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal, tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-) . Kelompok ini tidak perlu diobati

D.      Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena di batukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap pada udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan beberapa hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel dapat masuk ke alveolar dan ukuran partikel <5 mikrometer. Kebanyakan partikel ini akan mati oleh makrofag yang keluar dari cabang tracea-bronceal bersama gerakan silia dengan sekretnya. Akan tetapi bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma macrofag.  Disini terbawa masuk ke organ tubuh lainnya, kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon (waspadji, 2001)
Basil tuberculosis yang mencapai permukaan alveolus di inhalasi sampai suatu unit yang terdiri 1-3 basil. Partikel dapat masuk ke alveolus bila ukuran partikel < 5 micrometer. Basil yang besar akan bertahan disaluran hidung dan cabang besar broncus dan tidak menyababkan penyakit.
Setelah diruang alveolus, biasanya dibagian bawah lobus atau sebalik nya basil akan membangkitkan reaksi peradangan leukosit pollimorfo nuclear yang ada ditempat tersebut yang hanya akan memfagosit, tetapi tidak membunuh organisme. Sehingga leukosit diganti makrofag. Adanya reaksi peradangan alveoli akan timbul gejala pneumonia akut dan pneumonia ini akan sembuh dengan sendirinya, selain itu nekrosis bagian sentral. Dan lesi akan memberi gambaran relative padat (Nekrosis Kaseosa).
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan perut yang akhirnya membentuk kapsul, lesi primer baru di namakan fokusghon. Gabungan terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan Komplek Ghon (Sylvia A. Price, 1995)

E.       Manifestasi Klinis
Gejala utama TB paru adalah terlihat lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam rendah, nyeri dada, dan batuk darah .
Seseorang yang menderita TB paru akan menunjukkan gejala klinis, yaitu antara lain;
1.      Tahap asimtomatis
2.      Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
3.      Eksaserbasi yang memburuk
4.      Gejala berulang dan menjadi kronik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
1.        Tanda-tanda inflatrat (redup, bronkhial, ronki basah dan lain-lain)
2.        Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
3.        Sekret disaluran nafas dan ronkhi
4.        Saluran nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.

F.       Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi di bagian atas. Serta komplikasi dini dan komplikasi lanjutan.
1.      Komplikasi Dini
a.         Pleuritis
b.        Efusipleura
c.         Emfisema
d.        Laringitis
e.         Menjalar ke organ lain (usus)
2.   Komplikasi Lanjut
a.         Obstruksi jalan nafas (SOPT / Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b.        Kerusakan parenkim berat (SOPT / Fibrosis paru / corpulmonal)
c.         Amiloidosis
d.        Karsinoma paru
e.         Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB millier dan kavitas TB

G.      Pemeriksaan Diagnostik
1.         Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2.         Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3.    Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB paru, yaitu :
a.       Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal    lobus bawah
b.      Adanya kavitas, tunggal atau ganda
c.       Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru
d.      Adanya klasifikasi
e.       Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
f.       Bayangan milier
4.         Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitive, karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.
5.         Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat hydrogen imunoperoksidase. Skreening untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
6.         Tes Mantoux / Tuberkulin
7.         Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8.         Becton Dickinson Diagnostic Instrumen System (BACTEC)
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. Tuberkulosis.
9.         Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon hormonal, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah
10.     Mycodot
Deteksi antibody memakai antigen limporabinomanna yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.


H.      Penatalaksanaan
1.    Obat anti TB (OAT)
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), Rifampisin (®), Pirazinamid (Z), Streptamisin (S), yang bersifat bakteriosit dan etambutol (E) yang bersifat bakteriostatik :
Tujuan penberian adalah
Ø  Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakteriosid
Ø  Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan kegiatan sterilisasi
Ø  Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Pengobatan TB paru secara intensif dilakukan melalui 2 fase, yaitu;
a.      Fase awal intensif, dengan kegiatan bakteriosid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b.     Fase lanjut, melalui kegiatan sterillisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
2.    Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
DOTS adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan dipelayanan kesehatan dasar didunia untuk mendeteksi pasien TB. Strategi ini terdiri 5 komponen, yaitu;
a.    Dukungan politik para pemimpin wilayah di setiap jenjang, sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan akan tersedia.
b.    Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
c.    Pengurus minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien telah minum obat dan diharapkan sembuh pada masa akhir pengobatan nya.
d.   Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagia bagian dari system surveilans penyakit sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
e.    Paduan obat Anti TB jangka pendek yang benar termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk kebersihan pengobatannya.















BAB III
KELUARGA DEWASA AWAL

A.    Teori Masa Awal Dewasa
Fase-fase perkembangan dewasa awal dan tengah dibagi menjad: (Levinson, 1987)
1.      Awal transisi dewasa (usia 18 sampai 20), ketika seseorang berpisah dari keluarga dan merasakan kebebasan.
2.      Memasuki dunia kedewasaan (usia 21 sampai 27), ketika seseorang menyiapkan dan mencoba karier dan gaya hidup.
3.      Masa transisi (usia 28 sampai 32), ketika seseorang secara besar-besaran memodifkasi aktivitas kehidupannya dan memikirkan tujuan masa depan.
4.      Masa tenang (usia 33 sampai 39), ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar.
5.      Tahun keberhasilan (usia 40 sampai 65), waktu untuk pengaruh maksimal, membimbing diri sendiri dan menilai diri sendiri.

B.     Tugas Perkembangan
Dewasa awal mengalami tugas perkembangan sebagai berikut: (Diekleman, 1976)
1.      Mendapat kebebasan dari pengawasan orang tua.
2.      Mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan hubungan yang intim di luar keluarga.
3.      Membentuk seperangkat nilai pribadi
4.      Mengembangkan rasa identitas pribadi.
5.      Mempersiapkan untuk kehidupan kerja dan mengembangkan kapasitas keintiman.

Tugas perkembanngan keluarga dengan anak dewasa, meliputi:
1.      memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.      mempertahankan keintiman pasangan.
3.      membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
4.      membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5.      penataan kembali peran dan ingkungan rumah tangga.



C.    Perkembangan fisiologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun. Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang lebih tua, cenderung mengabaikan gejala fisik, dan sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik fisik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal, atau penyakit kronik lain. Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum(hobi dan minat), kebiasaan(diet, tidur, olahraga, perilaku seksual, penggunaan kafein, alkohol, obat terlarang).
Masalah fisiologis pada dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit. Kategori faktor resiko meliputi:
1.      Kematian dan cedera karena kerkerasan.
2.      Penyalahgunaan zat.
3.      Kehamilan yang tidak diinginkan.
4.      Penyakit menular seksual.
5.       Faktor lingkungan dan pekerjaan.

D.    Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berfikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal ini. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum, dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep idividu, pemecahan masalah dan ketrampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahliannya bakat dan karakteristik kepribadian, pilihan pekerjaan menjadi lebih mudah dan mereka akan lebih puas dengan pilihannya. Semakin nyaman dalam perannya, semakin fleksibel dan terbuka untuk berubah. Orang yang tidak nyaman cenderung lebih sulit dalam membuat keputusan.



E.     Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan sosial. Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan dewasa. Kebanyakan dewasa awal mempunyai sumber fisik, emosional, dan sistem pendukung untuk menghadapi segala tantangan, tugas dan tanggung jawab. Sepuluh tanda keshatan emosional:
  1. Mempunyai rasa dan tujuan hidup
  2. Keberhasilan bearti melewati transisi.
  3. Tidak ada peasaan dikhianati atau kecewa pada kehidupan.
  4. Pencapaian beberapa tujuan jangka panjang.
  5. Kepuasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan personal.
  6. Ketika menikah, perasaan saling cinta dengan pasangan. Ketika masih sendiri, puas dengan interaksi sosial.
  7. Kepuasan dengna hubungan persahabatan.
  8. Biasanya ceria.
  9. Tidak ada sensitivitas.
  10. Tidak ada rasa takut terhadap sesuatu yang tidak nyata.
Masalah kesehatan psikososial dewasa awal sering berhubungan dengan stres, seperti stress karena pekerjaan dan keluarga. Strees pekerjaan terjadi bila ada peningkatan beban tanggung jawab. Setiap keluarga mempunyai beberapa peranan dan pekerjaan yang dapat diperediksi untuk anggota keluarganya. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua berperan sebagai pemimpin. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Stress dapat memiliki nilai sebab dapat memotivasi untuk berubah. Akan tetapi, dapat berlarut dan klien mampu beradaptasi terhadap stressor sehingga menyebabkan masalah kesehatan.

F.     Perilaku dan Status kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu penyakit dan mempertahankan taraf kesehatan, yakni:
  1. Health behavior
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya.
  1. Illness behavior
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.
  1. Sick-role
Aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan dari rasa sakitnya.

Kondisi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di antaranya:
1.      Makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack)
2.      Perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma
3.      Melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan olahraga
4.      Pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam
5.      Membiasakan diri untuk tidak merokok
6.      Membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan)
7.      Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi {daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi). Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumnya akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang tidak melakukannya.






BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN  KELUARGA
KELUARGA TUAN A KHUSUSNYA An. C
DENGAN TUBERKULOSIS  

A.    PENGKAJIAN
1.      Data Umum
a.       Nama kepala keluarga       : Tn. A
b.      Usi                                     : 42 Tahun
c.       Pendidikan                        : Lulusan SMP
d.      Pekerjaan                           : Petani
e.       Alamat                              : Desa Papringan RT/RW : 02/1
  Kecamatan Kaliwungu.
  Kabupaten Kudus.
f.       Koponen Keluarga




N
o


Nama


J
K


Umur
(Th)

Hub
Dg KK


Pnddikn
Status Imunisasi


Status kes





B
C
G
Polio
DPT
Hepatitis
C
a
m
p
a
k


1


2


3


4


1


2


3


1


2


3
1
Ny.B
P
40
Isteri
SMP












Baik
2
An.C
L
21
Anak
SMA












Sakit
Ket  :             =   sudah diimunisasi




g.      Genogram

 





                            Tn.A                                       Ny.B

 
 



                                                         An.C


 
Keteranagan:
                      : Laki-laki
                                        : Perempuan

 
 


                                        : Menikah

 
                                        : Penderita
                                         : Tinggal satu rumah
h.      Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah nuclear family, karena dalam keluarga hidup satu generasi yang tinggal dalam satu rumah yaitu; ayah, ibu dan anak.
i.        Budaya
Keluarga berasal dari suku Jawa dengan berbagai kebudayaan dan tradisinya yang dipegang teguh walaupun beberapa sudah mengalami perubahan sesuai dengan kondisi sekarang.
j.        Agama
Agama yang dianut keluarga Tn.A adalah agama Islam.
Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan di rumah dan dimasyarakat ;
Dirumah : keluarga melakukan ibadah shalat secara berjamaah terutama waktu  maghrib dan isya’.
Di masyarakat : sering mengikuti pengajian di masjid dan acara keagamaan lainnya
Kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan :
Makanan yang dilarang agama merupakan makanan yang berdampak buruk bagi kesehatan.
k.      Status sosial ekonomi keluarga
Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, Tn.A bekerja sebagai petani, Ny.B bekerja sebagai penjual sayur, sedangkan An. C bekerja sebagai sales rokok. Kebutuhan sehari-hari keluarga Tn.A bisa tercukupi, namun keluarga tidak mempunyai tabungan /asuransi.
l.         Aktivitas rekreasi dan waktu luang keluarga
Dalam keluarga Tn. A, apabila ada waktu luang pada malam hari sering digunakan untuk nonton TV atau mendengarkan radio. Keluarga dalam setahun belum tentu pergi rekreasi bersama.

2.      Riwayat Terhadap Perkembangan Keluarga
a.       Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa.
b.      Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Kaluarga telah memenuhi tahap perkembangannya.
c.       Riwayat keluarag inti
Tn. A mengatakan bahwa An.C mulai terkena penyakit ini sejak duduk dibangku SMP, dan sudah pernah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, namun kambuh lagi karena pola hidup/kebiasaan yang dilakukan  An.C  seperti meokok, serta pengaruh lingkungan tempat tinggal.
d.      Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Dalam keluarga tidak ada yang menderita/terkena TBC.
3.      Keadaan Lingkungan
a.       Karakteristik rumah
Status keluarga merupakan penduduk tetap dan tinggal ditempat itu sudah lebih dari 10 tahun, jenis bangunan permanen, terdiri atas satu lantai dan luas 15x20m2  menghadap keselatan yang terdiri atas:
Ruang tamu: ruang tampak kotor, lantai dari semen dan lembab, terdapat jendela kaca dan jarang dibuka sehingga pertukaran udara dan pencahayaan kurang, peletakan perabot rumah tangga yang berantakan dan kotor penuh debu karena jarang dibersihkan.
Kamar tidur: terdpat dua kamar tidur, keadaan ruangan tampak kotor, tiap kamar terdapat sebuah jendela yang jarang dibuka sehingga ruangan agak gelap lembab dan pertukaran udara kurang optimal.
Dapur     : keadaan dapur sangat berantakan terutama dalam peletakan perabot dapur dan tampak kotor.
MCK      : terletak didalam rumah dekat dengan ruang keluarga. Sumber air didapat dari sumur yang berada dibelakang rumah. Lokasi sumur dengan septic tank berjarak 10 m. selain untuk keperluan MCK, air sumur digunakan untuk memasak. Sebelum dikonsumsi air dimasak terlebih dahulu.


U
 
 


Keteranagan:                             
1. R. tamu                                                            4            3                2         
            2. K. tidur                        
3. R. keluarga                                
4. K.mandi                                                           5                 2                 1
5. dapur                                                                                                                             
                        Kebun sayur
                        Sumur
b.      Suasana lingkungan rumah
Suasana disekitar rumah Tn.A tampak hening di pagi hari. Lingkungan sekitar tampak tandus dan penuh dengan debu dan. Udara sekitar tercemar karena rumah Tn.A dekat dengan pabrik rokok. Parit-parit didepan rumah nampak penuh dengan sampah kotor dan digunakan sebagai pembuangan limbah rumah tangga. Aliran limbahnya tidak lancar karena sampah  yang menyumbat sehingga baunya menyengat dan dijadikan sebagai sarang nyamuk.
c.       Karakteristik tetangga dan komunitas RW.
Keluarga Tn.A hidup di lingkungan pedesaan yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Interaksi dengan tetangga selalu rukun dan saling bergotong royong. Mereka selalu berinteraksi manakala terdapat waktu senggang, terutama pada waktu sore dan malam hari karena pada siang hari umumnya pada bekerja.
d.      Mobilitas geografis keluarga.
Keluarga Tn.A sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak berumah tangga hingga sekarang, tempat tinggalnya berdampingan dengan sanak saudara lainnya.
Keluarga Tn.A hidup di lingkungan pedesaan yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Interaksi dengan tetangga selalu rukun dan saling bergotong royong. Mereka selalu berinteraksi manakala terdapat waktu senggang, terutama pada waktu sore dan malam hari karena pada siang hari umumnya pada bekerja.
e.       Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Hubungan keluarga dengan tetangga selalu rukun. Tn.A selalu aktif dalam  perkumpulan RT, pengajian di masjid. Ny.B juga mengikuti PKK secara rutin tiap seminggu sekali. An. C juga termasuk pemuda yang aktif mengikuti organisasi di masyarakat, namun kerena penyakit kambuh lagi maka dia absen untuk sementara waktu.
f.       Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn. A ada 3 orang, terdiri dari suami, istri dan satu orang anak. Keluarga tidak memiliki fasilitas penunjang kesehatan.

4.      Struktur Keluarga
a.       Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi sehari-hari Tn.A dan seluruh anggota keluarga yang lain menggunakan bahasa Jawa. Semua angota keluarga Tn.A selalu terbuka dalam menghadapi masalah, sehingga masalah dapat tepecahkan bersama.
b.      Struktur keluarga
Di dalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan adalah Tn.A sebagai kepala keluarga. Dalam penyelesaian masalah, anggota keluarga berhak mengeluarkan pendapat dan menggunakan musyawarah, dimana keputusan akhir akan ditentukan Tn. A
c.       Struktur peran
Tn. A sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya serta memiliki peran sebagai penyedia (pencari nafkah), pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, memelihara hubungan keluarga, memenuhi kebutuhan afektif pasangan, peran seksual, peran sosial sebagai anggota masyarakat dan lingkungan.
Ny. A sebagai ibu / istri memiliki peran sebagai pengurus rumah tangga, pendidik anak, pelindung, pencari nafkah tambahan, menjaga hubungan keluarga, memenuhi kebutuhan afektif pasangan, peran seksual, peran sosial sebagai anggota masyarakat dan lingkungan.
An.A sebagai anak memiliki tugas melaksanakan peran psikososial sesuai perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual. Baik Tn. A maupun anggota keluarga yang lain menerima dan mampu menjalankan tugas dan peran masing – masing  dengan baik. Tapi terdapat kendala pada peran orang tua sebagai pendidik yaitu Tn. Adan Ny. A tidak mampu menjelaskan tentang masalah yang dihadapi An. C. Dari hal tersebut, maka peran An. A yang juga mengalami gangguan yaitu merasa cemas, kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan teman dan malas dalam bekerja.
d.      Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama islam yang dianutnya serta norma masyarakat sekitarnya.

5.      Fungsi keluarga
a.       Fungsi afektif
Saat dikaji Tn.A mengatakan bahwa ia sangat menyayangi keluarga dan dalam keluarga harus saling menjaga, menyayangi dan menghormati. Karena itu ia selalu berusaha mendidik anaknya agar selalu menghormati orang yang dirasa lebih tua dan menayangi orang yang sebaya atau lebih kecil.
b.      Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.A mengajarkan kepada anak dan istrinya tentang norma yang berlaku di masyarakat, memberi tahu tata cara dan arti penting/manfaat hidup dengan bersosialisasi. Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
c.       Fungsi reproduksi
Pada waktu kehamilan keduanya, Ny.A mengalami keguguran akibat kehamilan mola sehngga mengakibatkan rahimnya terinfeksi dan memaksa untuk dilakukan pengangkatan rahim. Jadi keluarga Tn.A tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi.
d.      Fungsi ekonomi
Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari, mereka bekerja sebagaimana Tn.A sebagai petani, Ny.A sebagai penjual sayur. An. C juga turut membantu kebutuhan orang tuanya meskipun hanya sedikit.
e.       Fungsi perawatan kesehatan
1)      Keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah. Keluarga Tn. A sudah memberi penjelasan kepada An. C bahwa gejala batuk adalah hal yang wajar dan sudah biasa dialami. Keluarga masih kurang tahu tentang TBC, tanda dan gejala penyakit serta pencegahannya.
2)      Keluarga mengambil keputusan
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga kurang mengetahui secara luas tentang masalah kesehatan yang dihadapi oleh An. C.
3)      Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga sudah berusaha untuk memberi penjelasan tentang masalah yang dihadapi oleh An. C, walaupun penjelasan itu kurang rasional.
4)      Keluarga memelihara/modifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga kurang tahu bagaimana cara memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan bagaimana menjaga supaya tidak menimbulkan resiko penularan pada anggota keluarga yang lain. Keluarga menganggap sanitasi lingkungan yang buruk tidak begitu terpengaruh terhadap kesehatan karena keluarga Tn. A sudah terbiasa tinggal ditempat seperti ini.
5)      Keluarga menggunkan fasilitas.pelayanan kesehatan di masyarakat.
Keluarga sudah tahu kalau ada fasilitas kesehatan yang dekat dengan rumahnya yaitu puskesmas tetapi keluarga belum memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut. Namun terkesan terlambat karena keluarga beranggapan jika sakitnya tidak parah dan berbahaya cukup dibawa ke pengobatan tradisional atau cukup dibelikan obat ditoko saja.

6.      Koping Keluarga 
a.       Stressor
1)      Stressor jangka pendek
Pemikiran keluarga saat ini adalah bagaimana supaya An. C dapat sembuh dari penyakitnya.
2)      Stressor jangka panjang
Untuk pemikiran kedepan keluarga Tn.A saat ini adalah bagaimana cara meningkatkan kesehatan dan melakukan pencegahan agar tidak tertular pada anggota keluarga lain.
b.      Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga berusaha mengatasi masalah kesehatan yang sedang diderita Tn. A dengan sabar, sesuai kemampuan dan berserah diri kepada Tuhan YME
c.       Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi masalah biasanya keluarga berdiskusi.
d.      Strategi adaptasi disfungsional
An.C sejak dinyatakan menderita TBC Paru sewaktu berobat ke puskesmas, dan telah mendapat pengobatan selama 6 bulan sewaktu masih duduk dibangku SMP, namun penyakit tersebut kambuh lagi  sehingga An.C merasa penyakitnya tidak dapat sembuh.

7.      Pemeriksaan fisik
Variabel
An. C
Ny. A
Tn. A
a.       TTV
·         TD
·         Nadi
·         RR
·         Suhu
b.      Kulit


c.       Kepala

d.      Mata


e.       Telinga


f.       Hidung


g.      Mulut


h.      Leher


i.        Dada

j.        Abdomen

k.      Ekstremitas

90/50 mmHg
50 x/menit
15x/menit
380C
Sawo matang, besih, turgor kulit baik.

Rambut kotor, kusut.

Konjungtiva pucat, penglihatan masih baik.
Pendengaran baik , tidak ada penumpukan secret.
Kotor, fungsi penciuman terganggu dg adanya secret.
Bibir kering, bau mulut.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Wheezing, ronchi, nafas cuping hidung.
Nyeri tekan saat batuk.
Tidak ada oedem.

120/80 mmHg
80 x/menit
22 x/menit
360C
Sawo matang, besih, turgor kulit baik.

Rambut bersih, hitam.
Konjungtiva normal, penglihatan masih baik.
Pendengaran baik, tidak ada penumpukan secret.
Bersih, fungsi penciuman baik.

Bibir lembab, gigi bersih, tidak bau mulut.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak wheezing.

Tidak nyeri tekan.

Tidak ada oedem.

120/80 mmHg
80 x/menit
22 x/menit
360C
Sawo matang, besih, turgor kulit baik, sianosis.
Rambut bersih, kurang terawa.
Konjungtuva normal. Penglihatan masih baik.
Pendengaran baik, tidak ada penumpukan secret.
Besih, fungsi penciuman baik.

Bibir lembab, tidak bau mulut, gigi bersih.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak wheezing.

Tidak nyeri tekan.

Tidak ada oedem.

8.      Harapan keluarga
Keluarga berharap penyakit yang diderita oleh An. C dapat disembuhkan sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan dapat mencegah tertularnya penyakit pada yang lain.

B.     ANALISA DATA
Problem
Etiologi
Data
No
Resiko terjadi penularan pada anggota keluarga.
·         Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Data Subyektif
·         Tn A mengatakan An. C batuk, demam. Dikatakan menderita TBC sejak SMP dan telah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, namun kambuh lagi akibat gaya hidup An. C
·         Ny.B mengatakan keluarga tidak ada yang menderita TBC.
Data Obyektif
·         Usia 21 tahun
·         TTV di dapat :
1)      Td: 90/50
2)      N: 50x/menit
3)      RR: 15x/menit
4)      Suhu: 380C
·         Keluarga tidak mempunyai tempat penampung dahak.
·         Ruangan dan kamar yang kurang ventilasi dan pencahayaan, khususnya kamar An. C yang tampak gelap, lembab dan jendela jarang dibuka.

1

·         Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC.

·         Ketidakmapuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Data Subyektif:
·         Tn. A mengatakan An. C sudah lama badannya panas dan sering batuk, akhirnya berobat dan dinyatakn  menderita TB Paru.
·         Ny. B mengatakan sudah pernah minum obat selama 6 bulan, tetapi setelah selesai pengobatan dalam beberapa waktu kemudian penyakit kambuh lagi.
Data Obyektif:
·         Pendidikan Tn A lulusan SMP, begitu pula Ny. B

2

C.    SKORING DAN PRIORITAS MASALAH
1.      Resiko terjadinya penularan pada anggota keluarga Tn.A
NO
Kriteria
Skor
Nilai
Pembenaran
1.
Sifat masalah: aktual
3
3/3 x 1= 1
Perlu segera ditangani agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius.
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah: sedang
1
1/2 x2= 1
Masalah dapat diubah agar tidak lebih parah.
3.
Potensi untuk dicegah: tinggi
3
3/3 x1=1
Keluarga mau diajak kerja sama (kooperatif)
4.
Menonjolnya masalah: harus segera ditanggulangi
2
2/2 x1=1
Bila tidak segera ditangani memungkinkan penyembuhan lama dan terjadi penularan kepada anggota keluarga.
Total
4


2.      Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC
No
Kriteria
Skor
Nilai
Pembenaran
1.
Sifat masalah: ancaman
2
2/3 x1= 2/3
TBC adalah penyakit menular memungkinkan penularan pada anggota keluarga lain.
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah: sedang
1
1/2 x2= 1
Keluarag tahu kalau TBC butuh pengobatan rutin.
3.
Potensi untuk dicegah: tinggi
3
3/3 x1= 1
Keluarga kooperatif
4.
Menonjolnya masalah: harus segera ditanggulangi
2
2/2 x1= 1
Keluarag mengetahui TBC memerlukan pengobatan rutin
Total
3 2/3



D.    DIAGNOSA

  1. Resiko terjadinya penularan pada anggota keluarga Tn.A b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
  2. Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC b.d ketidakmampuan keluarga menagmbil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit

0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget