PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Insidensi penyakit tuberculosis dan mortalitas sebagai
akibat adanya penyakit tersebut. Pada beberapa tahun lalu menurun drastis,
setelah ditemukannya kemoterapi. Akan tetapi pada tahun terakhir ini penurunan itu tidak terjadi lagi.
Bahkan insidensi penyakit ini cenderung meningkat. Kenaikan ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti; sosio-ekonomi dan masalah-masalah yang berkaitan
dengan kesehatan seperti; alkoholisme, tunawisma, dan naiknya infeksi HIV
(AIDS), yang mana peningkatan insidensi ini lebih nyata pada kelompok minoritas
dan pengungsi yang masuk ke Negara-negara yang disitu tuberculosis merupakan
sebagai penyakit endemic.
Penyakit TB paru
adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis
merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Angka mortalitas dan
morbiditasnya terus meningkat. TB sangat erat kaitannya dengan kemiskinan,
malnutrisi, tempat kumuh, perumahan di bawah standart dan perawatan kesehatan
yang tidak adekuat.
Pada tahun 1952
di perkenalkan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan angka kasus TB di laporkan di
AS menurun rata-rata 6 % setiap tahun (antara 1953 dan 1985). Pada abad 21 TB
di AS dapat disingkirkan. Namun sejak 1985 justru sebaliknya dan jumlah kasus
terus meningkat. Perubahan ini telah di tunjang dengan beberapa faktor termasuk
peningkatan imigrasi, endemik, HIV, strain TB yang resisten terhadap banyak
obat dan tidak adekuatnya dukungan system kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1986 tercatat 22.768 kasus TB yang dilaporkan ke
Centers For Disease Control (CDC). Angka ini menunjukkan 9,4/100.000 penduduk
amerika serikat banyak yang menderita TB (Public Healt Service/ Centers For
Disease Control, 1988). (Sylvia, A. Price, 1995)
Sekitar tiga juta manusia meninggal karena TB setiap
tahunnya yang sebagian besar terjadi di Negara-negara berkembang. (Depkes
RI;1997)
Dengan adanya data tersebut, dapat mengimplikasikan betapa
bahayanya penyakit TB paru. Maka dari itu akan sangat penting untuk mengkaji
lebih lanjut penyakit TB, terlebih pada beberapa keluarga resiko tinggi
sehingga nantinya dalam praktik dilapangan akan lebih efektif dan efisien dalam
memberikan Asuhan Keperawatan, yaitu
bagaimana implikasi praktik keperawatan keluarga terutama berfokus pada
keluarga dengan tahap perkembangan usia dewasa. Karena hal ini dianggap penting pada usia dewasa akan riskan terhadap
penyakit TB.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Setelah dilakukan presentasi
mahasiswa diharapkan mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga dewasa dengan
masalah tuberculosis.
2. Tujuan
Khusus
a. Menjelaskan
definisi TBC
b. Menjelaskan
etiologi TBC
c. Menjelaskan
klasifikasi diagnostic TBC
d. Menjelaskan
patofisiologi TBC
e.
Menjelaskan
manifestasi klinis TBC
f.
Menjelaskan
komplikasi TBC
g.
Menjelaskan
pemeriksaan diagnostik
h.
Menjelaskan
penatalaksanaan
i.
Menjelaskan
teori masa dewasa awal
j.
Menjelaskan
tugas perkembangan
k.
Melaksanakan
asuhan keperawatan pada keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi.
Tuberculosis adalah suatu infeksi menular dan biasa
berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis,
Mycrobacterium Bovis atau Mycrobakterim Aafricanum
Tuberculosis
paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tubercolosis
dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer Arief, 1999)
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi kronik akut atau
subakut disebabkan oleh Basilus Tuberculosis, Mycrobacterium Tuberculosis, dan
kebanyakan mengenai struktur alveolar paru yang presentasi kronisnya
bervariasi, berkisar asimtomatis dengan hanya menunjukkan tes kulit positif
sampai meliputi pulmoner luas dan sistemik (Susan Martin Tucker, 1998)
B.
Etiologi
Penyebab dari TB paru adalah
Mycrobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 2-4 mm
dan tebal 0,3-0,6 mm.
Kuman ini bersifat aerob terhadap asam karena sebagian besar tubuh kuman
terdiri dari asam lemak (lipid). Kuman
dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (Soeparman, 1998)
Kuman penyebab tuberculosis
adalah Mycrobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Basil ini sukar
diwarnai, tetapi berbeda dengan basil lain. Setelah diwarnai tidak dapat
dibersihkan lagi fushin atau methillenblue oleh cairan asam sehingga biasanya disebut
Basil Tahan Asam (BTA). Pewarnaan Zheil Neelsen biasanya dipergunakan untuk
menambahkan basil ini.
Apabila seseorang terpajan kuman ini, maka resiko
tertularnya sangat tinggi dan akan menjadi terinfeksi (Samsul Hidayat, 1997)
C. Klasifikasi
Diagnostik
1.
TB paru
a.
BTA mikroskopis langsung atau biakan
(+), kelainan foto toraks menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB
b.
BTA mikroskopis langsung atau biakan
(-), tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada
pengobatan awal anti TB (Initial Therapy). Pasien golongan ini
memerlukan pengobatan yang adekuat .
2. TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil
pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis
langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap,
tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB
sudah dapat mulai
3. Bekas TB (tidak sakit)
D. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru
terjadi karena di batukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap pada udara bebas selama 1-2
jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan beberapa
hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel dapat masuk ke alveolar dan ukuran
partikel <5 mikrometer. Kebanyakan partikel ini akan mati oleh makrofag yang
keluar dari cabang tracea-bronceal bersama gerakan silia dengan sekretnya. Akan
tetapi bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma macrofag. Disini terbawa
masuk ke organ tubuh lainnya, kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau
afek primer atau sarang (fokus) Ghon (waspadji, 2001)
Basil tuberculosis yang
mencapai permukaan alveolus di inhalasi sampai suatu unit yang terdiri 1-3
basil. Partikel dapat masuk ke alveolus bila ukuran partikel < 5 micrometer.
Basil yang besar akan bertahan disaluran hidung dan cabang besar broncus dan
tidak menyababkan penyakit.
Setelah diruang alveolus,
biasanya dibagian bawah lobus atau sebalik nya basil akan membangkitkan reaksi
peradangan leukosit pollimorfo nuclear yang ada ditempat tersebut yang hanya
akan memfagosit, tetapi tidak membunuh organisme. Sehingga leukosit diganti
makrofag. Adanya reaksi peradangan alveoli akan timbul gejala pneumonia akut
dan pneumonia ini akan sembuh dengan sendirinya, selain itu nekrosis bagian
sentral. Dan lesi akan memberi gambaran relative padat (Nekrosis Kaseosa).
Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan perut yang akhirnya
membentuk kapsul, lesi primer baru di namakan fokusghon. Gabungan
terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan Komplek Ghon
(Sylvia A. Price, 1995)
E.
Manifestasi Klinis
Gejala utama TB paru adalah
terlihat lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu,
demam rendah, nyeri dada, dan batuk darah .
Seseorang yang
menderita TB paru akan menunjukkan gejala klinis, yaitu antara lain;
1. Tahap asimtomatis
2. Gejala TB paru yang khas, kemudian
stagnansi dan regresi
3. Eksaserbasi yang memburuk
4. Gejala berulang dan menjadi kronik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
tanda-tanda sebagai berikut:
1.
Tanda-tanda inflatrat (redup, bronkhial, ronki basah
dan lain-lain)
2.
Tanda-tanda
penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
3.
Sekret disaluran nafas dan ronkhi
4.
Saluran nafas amforik karena adanya kavitas yang
berhubungan langsung dengan bronkus.
F. Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi di bagian atas. Serta komplikasi dini dan komplikasi
lanjutan.
1.
Komplikasi Dini
a.
Pleuritis
b.
Efusipleura
c.
Emfisema
d.
Laringitis
e.
Menjalar ke organ lain (usus)
2. Komplikasi Lanjut
a.
Obstruksi
jalan nafas (SOPT / Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b.
Kerusakan parenkim berat (SOPT / Fibrosis paru /
corpulmonal)
c.
Amiloidosis
d.
Karsinoma paru
e.
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada
TB millier dan kavitas TB
G. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2.
Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,
limfositosis)
3. Foto
toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB paru,
yaitu :
a.
Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen
apikal lobus bawah
b. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
c. Kelainan bilateral, terutama dilapangan
atas paru
d. Adanya klasifikasi
e. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa
minggu kemudian
f.
Bayangan milier
4.
Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive, karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat
didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.
5.
Tes
PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji
serologi imunoperoksidase memakai alat hydrogen imunoperoksidase. Skreening
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
6.
Tes Mantoux / Tuberkulin
7.
Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam
berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8.
Becton Dickinson Diagnostic Instrumen System (BACTEC)
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang di
hasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. Tuberkulosis.
9.
Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon hormonal, berupa proses antigen-antibodi
yang terjadi. Pelaksanaannya rumit
dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah
10. Mycodot
Deteksi antibody memakai antigen limporabinomanna yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka
warna sisir akan berubah.
H. Penatalaksanaan
1. Obat
anti TB (OAT)
OAT yang
biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), Rifampisin (®), Pirazinamid (Z),
Streptamisin (S), yang bersifat bakteriosit dan etambutol (E) yang
bersifat bakteriostatik :
Tujuan penberian adalah
Ø Membuat
konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakteriosid
Ø
Mencegah
kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan kegiatan sterilisasi
Ø
Menghilangkan
atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Pengobatan TB paru secara intensif dilakukan
melalui 2 fase, yaitu;
a. Fase
awal intensif, dengan kegiatan bakteriosid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat.
b.
Fase
lanjut, melalui kegiatan sterillisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
2.
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
DOTS adalah nama untuk suatu
strategi yang dilaksanakan dipelayanan kesehatan dasar didunia untuk mendeteksi
pasien TB. Strategi ini terdiri 5 komponen, yaitu;
a.
Dukungan politik para pemimpin wilayah di setiap
jenjang, sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan akan
tersedia.
b.
Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB
melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara
pasif.
c.
Pengurus minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi
pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien telah minum
obat dan diharapkan sembuh pada masa akhir pengobatan nya.
d.
Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagia
bagian dari system surveilans penyakit sehingga pemantauan pasien dapat
berjalan.
e.
Paduan obat Anti TB jangka pendek yang benar termasuk
dosis dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk kebersihan
pengobatannya.
BAB III
KELUARGA DEWASA AWAL
A.
Teori Masa Awal Dewasa
Fase-fase perkembangan dewasa awal dan tengah dibagi
menjad: (Levinson, 1987)
1.
Awal transisi dewasa (usia 18 sampai 20), ketika
seseorang berpisah dari keluarga dan merasakan kebebasan.
2.
Memasuki dunia kedewasaan (usia 21 sampai 27), ketika
seseorang menyiapkan dan mencoba karier dan gaya hidup.
3.
Masa transisi (usia 28 sampai 32), ketika seseorang
secara besar-besaran memodifkasi aktivitas kehidupannya dan memikirkan tujuan
masa depan.
4. Masa tenang (usia 33 sampai 39), ketika
seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar.
5. Tahun keberhasilan (usia 40 sampai 65), waktu
untuk pengaruh maksimal, membimbing diri sendiri dan menilai diri sendiri.
B.
Tugas Perkembangan
Dewasa awal
mengalami tugas perkembangan sebagai berikut: (Diekleman, 1976)
1.
Mendapat kebebasan dari pengawasan orang tua.
2.
Mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan
hubungan yang intim di luar keluarga.
3.
Membentuk seperangkat nilai pribadi
4.
Mengembangkan rasa identitas pribadi.
5.
Mempersiapkan untuk kehidupan kerja dan mengembangkan
kapasitas keintiman.
Tugas
perkembanngan keluarga dengan anak dewasa, meliputi:
1.
memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.
mempertahankan keintiman pasangan.
3.
membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
4.
membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5.
penataan kembali peran dan ingkungan rumah tangga.
C.
Perkembangan fisiologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok
usia yang lebih tua, cenderung mengabaikan gejala fisik, dan sering menunda
dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik fisik dewasa muda mulai
berubah mendekati usia baya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dapat membantu perawat dan klien
mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna,
paru, ginjal, atau penyakit kronik lain. Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa
awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum(hobi dan minat),
kebiasaan(diet, tidur, olahraga, perilaku seksual, penggunaan kafein, alkohol,
obat terlarang).
Masalah fisiologis pada dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah
kesehatan utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka
pada resiko penyakit. Kategori faktor resiko meliputi:
1.
Kematian dan cedera karena kerkerasan.
2.
Penyalahgunaan zat.
3.
Kehamilan yang tidak diinginkan.
4.
Penyakit menular seksual.
5.
Faktor
lingkungan dan pekerjaan.
D.
Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berfikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal
ini. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum,
dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep idividu, pemecahan
masalah dan ketrampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama
dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahliannya
bakat dan karakteristik kepribadian, pilihan pekerjaan menjadi lebih mudah dan
mereka akan lebih puas dengan pilihannya. Semakin nyaman dalam perannya,
semakin fleksibel dan terbuka untuk berubah. Orang yang tidak nyaman cenderung lebih sulit dalam membuat keputusan.
E.
Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan sosial. Faktor etnik dan jender
mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan dewasa. Kebanyakan
dewasa awal mempunyai sumber fisik, emosional, dan sistem pendukung untuk
menghadapi segala tantangan, tugas dan tanggung jawab. Sepuluh tanda keshatan
emosional:
- Mempunyai rasa dan
tujuan hidup
- Keberhasilan bearti
melewati transisi.
- Tidak ada peasaan
dikhianati atau kecewa pada kehidupan.
- Pencapaian beberapa
tujuan jangka panjang.
- Kepuasan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan personal.
- Ketika menikah,
perasaan saling cinta dengan pasangan. Ketika masih sendiri, puas dengan
interaksi sosial.
- Kepuasan dengna
hubungan persahabatan.
- Biasanya ceria.
- Tidak ada
sensitivitas.
- Tidak ada rasa takut
terhadap sesuatu yang tidak nyata.
Masalah kesehatan psikososial dewasa awal sering berhubungan dengan
stres, seperti stress karena pekerjaan dan keluarga. Strees pekerjaan terjadi
bila ada peningkatan beban tanggung jawab. Setiap keluarga mempunyai beberapa
peranan dan pekerjaan yang dapat diperediksi untuk anggota keluarganya. Bagi kebanyakan
keluarga, salah satu orang tua berperan sebagai pemimpin. Ketika perubahan
akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Stress dapat memiliki nilai
sebab dapat memotivasi untuk berubah. Akan tetapi, dapat berlarut dan klien mampu beradaptasi terhadap
stressor sehingga menyebabkan masalah kesehatan.
F.
Perilaku dan Status kesehatan
Status kesehatan
seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilaku orang
tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada
kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif.
Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam
Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu
penyakit dan mempertahankan taraf kesehatan, yakni:
- Health behavior
Aktivitas-aktivitas
yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan
cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya.
- Illness behavior
Aktivitas-aktivitas
yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara
penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.
- Sick-role
Aktivitas yang dilakukan individu untuk
proses penyembuhan dari rasa sakitnya.
Kondisi
kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan perilaku
individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan
kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang
dapat menopang kesehatan seseorang, di antaranya:
1. Makan secara teratur (tiga kali: sarapan,
makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack)
2. Perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat
(mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi),
misalnya empat sehat lima sempuma
3. Melakukan aktivitas secara seimbang antara
kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan olahraga
4.
Pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam
5. Membiasakan diri untuk tidak merokok
6. Membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi
narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan)
7.
Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung
kolesterol tinggi {daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi). Individu yang secara tekun mengikuti
kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumnya akan memiliki taraf kondisi kesehatan
yang baik daripada individu yang tidak melakukannya.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KELUARGA TUAN A KHUSUSNYA An. C
DENGAN
TUBERKULOSIS
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama kepala
keluarga : Tn. A
b. Usi : 42 Tahun
c. Pendidikan : Lulusan SMP
d. Pekerjaan : Petani
e. Alamat : Desa Papringan
RT/RW : 02/1
Kecamatan
Kaliwungu.
Kabupaten
Kudus.
f. Koponen Keluarga
N
o
|
Nama
|
J
K |
Umur
(Th)
|
Hub
Dg KK
|
Pnddikn
|
Status
Imunisasi
|
Status
kes
|
|||||||||||
B
C
G
|
Polio
|
DPT
|
Hepatitis
|
C
a
m
p
a
k
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||||||
1
|
Ny.B
|
P
|
40
|
Isteri
|
SMP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Baik
|
2
|
An.C
|
L
|
21
|
Anak
|
SMA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sakit
|
Ket :
= sudah diimunisasi
g. Genogram
Tn.A Ny.B
|
An.C
|
Keteranagan:
: Laki-laki
: Perempuan
|
|||
: Menikah
|
: Penderita
: Tinggal satu rumah
h. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah nuclear family, karena dalam
keluarga hidup satu generasi yang tinggal dalam satu rumah yaitu; ayah, ibu dan
anak.
i.
Budaya
Keluarga berasal dari suku Jawa dengan berbagai
kebudayaan dan tradisinya yang dipegang teguh walaupun beberapa sudah mengalami
perubahan sesuai dengan kondisi sekarang.
j.
Agama
Agama yang dianut keluarga Tn.A adalah agama Islam.
Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan di
rumah dan dimasyarakat ;
Dirumah : keluarga melakukan ibadah shalat
secara berjamaah terutama waktu maghrib
dan isya’.
Di masyarakat : sering mengikuti pengajian
di masjid dan acara keagamaan lainnya
Kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan :
Makanan yang dilarang agama merupakan
makanan yang berdampak buruk bagi kesehatan.
k.
Status sosial ekonomi keluarga
Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, Tn.A bekerja
sebagai petani, Ny.B bekerja sebagai penjual sayur, sedangkan An. C bekerja
sebagai sales rokok. Kebutuhan sehari-hari keluarga Tn.A bisa tercukupi, namun
keluarga tidak mempunyai tabungan /asuransi.
l.
Aktivitas
rekreasi dan waktu luang keluarga
Dalam keluarga Tn. A, apabila ada waktu luang pada
malam hari sering digunakan untuk nonton TV atau mendengarkan radio. Keluarga
dalam setahun belum tentu pergi rekreasi bersama.
2. Riwayat Terhadap
Perkembangan Keluarga
a. Tahapan
perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A adalah keluarga yang berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak dewasa.
b. Tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi
Kaluarga telah memenuhi tahap perkembangannya.
c. Riwayat keluarag
inti
Tn. A mengatakan bahwa An.C mulai terkena penyakit ini
sejak duduk dibangku SMP, dan sudah pernah mendapatkan pengobatan selama 6
bulan, namun kambuh lagi karena pola hidup/kebiasaan yang dilakukan An.C
seperti meokok, serta pengaruh lingkungan tempat tinggal.
d. Riwayat kesehatan
keluarga sebelumnya.
Dalam keluarga tidak ada yang menderita/terkena TBC.
3. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik
rumah
Status keluarga merupakan penduduk tetap dan tinggal
ditempat itu sudah lebih dari 10 tahun, jenis bangunan permanen, terdiri atas
satu lantai dan luas 15x20m2 menghadap keselatan yang terdiri atas:
Ruang tamu: ruang tampak
kotor, lantai dari semen dan lembab, terdapat jendela kaca dan jarang dibuka
sehingga pertukaran udara dan pencahayaan kurang, peletakan perabot rumah
tangga yang berantakan dan kotor penuh debu karena jarang dibersihkan.
Kamar tidur: terdpat dua
kamar tidur, keadaan ruangan tampak kotor, tiap kamar terdapat sebuah jendela
yang jarang dibuka sehingga ruangan agak gelap lembab dan pertukaran udara
kurang optimal.
Dapur : keadaan dapur sangat berantakan terutama
dalam peletakan perabot dapur dan tampak kotor.
MCK : terletak didalam rumah
dekat dengan ruang keluarga. Sumber air didapat dari sumur yang berada
dibelakang rumah. Lokasi sumur dengan septic tank berjarak 10 m. selain untuk
keperluan MCK, air sumur digunakan untuk memasak. Sebelum dikonsumsi air
dimasak terlebih dahulu.
|
Keteranagan:
1. R. tamu 4 3 2
2. K. tidur
3.
R. keluarga
4. K.mandi 5 2 1
5.
dapur
Kebun sayur
Sumur
b.
Suasana lingkungan rumah
Suasana disekitar rumah Tn.A tampak hening di pagi hari. Lingkungan sekitar tampak tandus dan penuh
dengan debu dan. Udara sekitar tercemar karena rumah Tn.A dekat dengan pabrik
rokok. Parit-parit didepan rumah nampak penuh dengan sampah kotor dan digunakan
sebagai pembuangan limbah rumah tangga. Aliran limbahnya tidak lancar karena
sampah yang menyumbat sehingga baunya
menyengat dan dijadikan sebagai sarang nyamuk.
c.
Karakteristik tetangga dan komunitas RW.
Keluarga Tn.A hidup di lingkungan pedesaan yang sebagian besar
masyarakatnya bekerja sebagai petani. Interaksi dengan tetangga selalu rukun
dan saling bergotong royong. Mereka selalu berinteraksi manakala terdapat waktu
senggang, terutama pada waktu sore dan malam hari karena pada siang hari
umumnya pada bekerja.
d.
Mobilitas geografis keluarga.
Keluarga Tn.A sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak berumah tangga
hingga sekarang, tempat tinggalnya berdampingan dengan sanak saudara lainnya.
Keluarga Tn.A hidup di lingkungan pedesaan yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja sebagai petani. Interaksi dengan tetangga selalu rukun dan saling
bergotong royong. Mereka selalu berinteraksi manakala terdapat waktu senggang,
terutama pada waktu sore dan malam hari karena pada siang hari umumnya pada
bekerja.
e. Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Hubungan keluarga dengan tetangga selalu rukun. Tn.A selalu aktif dalam perkumpulan RT, pengajian di masjid. Ny.B juga
mengikuti PKK secara rutin tiap seminggu sekali. An. C juga termasuk pemuda
yang aktif mengikuti organisasi di masyarakat, namun kerena penyakit kambuh
lagi maka dia absen untuk sementara waktu.
f. Sistem pendukung
keluarga
Keluarga Tn. A ada 3
orang, terdiri dari suami, istri dan satu orang anak. Keluarga tidak memiliki fasilitas
penunjang kesehatan.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Dalam
berkomunikasi sehari-hari Tn.A dan seluruh anggota keluarga yang lain
menggunakan bahasa Jawa. Semua angota keluarga Tn.A selalu terbuka dalam
menghadapi masalah, sehingga masalah dapat tepecahkan bersama.
b.
Struktur keluarga
Di dalam keluarga yang
paling berperan dalam pengambilan keputusan adalah Tn.A sebagai kepala
keluarga. Dalam penyelesaian masalah, anggota keluarga berhak mengeluarkan
pendapat dan menggunakan musyawarah, dimana keputusan akhir akan ditentukan Tn.
A
c. Struktur peran
Tn. A sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangganya serta memiliki peran sebagai penyedia (pencari nafkah), pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, memelihara hubungan keluarga, memenuhi
kebutuhan afektif pasangan, peran seksual, peran sosial sebagai anggota
masyarakat dan lingkungan.
Ny. A sebagai ibu / istri memiliki peran sebagai pengurus rumah tangga,
pendidik anak, pelindung, pencari nafkah tambahan, menjaga hubungan keluarga,
memenuhi kebutuhan afektif pasangan, peran seksual, peran sosial sebagai
anggota masyarakat dan lingkungan.
An.A sebagai anak memiliki tugas melaksanakan peran psikososial sesuai
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual. Baik Tn. A maupun anggota
keluarga yang lain menerima dan mampu menjalankan tugas dan peran masing –
masing dengan baik. Tapi terdapat
kendala pada peran orang tua sebagai pendidik yaitu Tn. Adan Ny. A tidak mampu
menjelaskan tentang masalah yang dihadapi An. C. Dari hal tersebut, maka peran
An. A yang juga mengalami gangguan yaitu merasa cemas, kurang percaya diri
dalam berinteraksi dengan teman dan malas dalam bekerja.
d.
Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma
yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama islam yang
dianutnya serta norma masyarakat sekitarnya.
5.
Fungsi keluarga
a.
Fungsi afektif
Saat dikaji Tn.A
mengatakan bahwa ia sangat menyayangi keluarga dan dalam keluarga harus saling
menjaga, menyayangi dan menghormati. Karena itu ia selalu berusaha mendidik
anaknya agar selalu menghormati orang yang dirasa lebih tua dan menayangi orang
yang sebaya atau lebih kecil.
b.
Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.A
mengajarkan kepada anak dan istrinya tentang norma yang berlaku di masyarakat,
memberi tahu tata cara dan arti penting/manfaat hidup dengan bersosialisasi. Keluarga
juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Pada waktu
kehamilan keduanya, Ny.A mengalami keguguran akibat kehamilan mola sehngga
mengakibatkan rahimnya terinfeksi dan memaksa untuk dilakukan pengangkatan
rahim. Jadi keluarga Tn.A tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi.
d.
Fungsi ekonomi
Untuk mencukupi
kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari, mereka bekerja sebagaimana Tn.A sebagai
petani, Ny.A sebagai penjual sayur. An. C juga turut membantu kebutuhan orang
tuanya meskipun hanya sedikit.
e.
Fungsi perawatan kesehatan
1)
Keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah. Keluarga
Tn. A sudah memberi penjelasan kepada An. C bahwa gejala batuk adalah hal yang
wajar dan sudah biasa dialami. Keluarga masih kurang tahu tentang TBC, tanda
dan gejala penyakit serta pencegahannya.
2)
Keluarga mengambil keputusan
Kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan juga terbatas karena keluarga kurang mengetahui secara luas
tentang masalah kesehatan yang dihadapi oleh An. C.
3)
Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga sudah berusaha untuk memberi
penjelasan tentang masalah yang dihadapi oleh An. C, walaupun penjelasan
itu kurang rasional.
4) Keluarga memelihara/modifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Keluarga kurang tahu bagaimana cara
memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan bagaimana menjaga supaya tidak
menimbulkan resiko penularan pada anggota keluarga yang lain. Keluarga menganggap sanitasi lingkungan yang
buruk tidak begitu terpengaruh terhadap kesehatan karena keluarga Tn. A sudah terbiasa
tinggal ditempat seperti ini.
5)
Keluarga menggunkan fasilitas.pelayanan kesehatan di
masyarakat.
Keluarga sudah tahu kalau ada fasilitas
kesehatan yang dekat dengan rumahnya yaitu puskesmas tetapi keluarga belum
memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut. Namun terkesan terlambat karena
keluarga beranggapan jika sakitnya tidak parah dan berbahaya cukup dibawa ke
pengobatan tradisional atau cukup dibelikan obat ditoko saja.
6.
Koping Keluarga
a.
Stressor
1)
Stressor jangka pendek
Pemikiran keluarga
saat ini adalah bagaimana supaya An. C dapat sembuh dari penyakitnya.
2)
Stressor jangka panjang
Untuk pemikiran
kedepan keluarga Tn.A saat ini adalah bagaimana cara meningkatkan kesehatan dan
melakukan pencegahan agar tidak tertular pada anggota keluarga lain.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga berusaha mengatasi masalah kesehatan
yang sedang diderita Tn.
A dengan sabar, sesuai kemampuan dan berserah diri kepada Tuhan YME
c. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi masalah biasanya keluarga
berdiskusi.
d. Strategi adaptasi disfungsional
An.C sejak dinyatakan menderita TBC Paru
sewaktu berobat ke puskesmas, dan telah mendapat pengobatan selama 6 bulan
sewaktu masih duduk dibangku SMP, namun penyakit tersebut kambuh lagi sehingga An.C merasa penyakitnya tidak dapat sembuh.
7.
Pemeriksaan fisik
Variabel
|
An. C
|
Ny. A
|
Tn. A
|
a. TTV
·
TD
·
Nadi
·
RR
·
Suhu
b. Kulit
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Leher
i.
Dada
j.
Abdomen
k. Ekstremitas
|
90/50 mmHg
50 x/menit
15x/menit
380C
Sawo matang, besih,
turgor kulit baik.
Rambut kotor,
kusut.
Konjungtiva pucat, penglihatan masih baik.
Pendengaran baik ,
tidak ada penumpukan secret.
Kotor, fungsi
penciuman terganggu dg adanya secret.
Bibir kering, bau
mulut.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Wheezing, ronchi, nafas cuping hidung.
Nyeri tekan saat batuk.
Tidak ada oedem.
|
120/80 mmHg
80 x/menit
22 x/menit
360C
Sawo matang, besih,
turgor kulit baik.
Rambut bersih,
hitam.
Konjungtiva normal, penglihatan masih baik.
Pendengaran baik,
tidak ada penumpukan secret.
Bersih, fungsi
penciuman baik.
Bibir lembab, gigi
bersih, tidak bau mulut.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak wheezing.
Tidak nyeri tekan.
Tidak ada oedem.
|
120/80 mmHg
80 x/menit
22 x/menit
360C
Sawo matang, besih,
turgor kulit baik, sianosis.
Rambut bersih,
kurang terawa.
Konjungtuva normal. Penglihatan masih baik.
Pendengaran baik,
tidak ada penumpukan secret.
Besih, fungsi
penciuman baik.
Bibir lembab, tidak
bau mulut, gigi bersih.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak wheezing.
Tidak nyeri tekan.
Tidak ada oedem.
|
8. Harapan keluarga
Keluarga
berharap penyakit yang diderita oleh An. C dapat disembuhkan sehingga dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan dapat mencegah tertularnya
penyakit pada yang lain.
B.
ANALISA
DATA
Problem
|
Etiologi
|
Data
|
No
|
Resiko terjadi
penularan pada anggota keluarga.
|
·
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.
|
Data Subyektif
·
Tn A
mengatakan An. C batuk, demam. Dikatakan menderita TBC sejak SMP dan telah
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, namun kambuh lagi akibat
·
Ny.B
mengatakan keluarga tidak ada yang menderita TBC.
Data Obyektif
·
Usia 21 tahun
·
TTV di dapat :
1) Td: 90/50
2) N: 50x/menit
3) RR: 15x/menit
4) Suhu: 380C
·
Keluarga tidak mempunyai tempat penampung dahak.
·
Ruangan dan kamar yang kurang ventilasi dan pencahayaan,
khususnya kamar An. C yang tampak gelap, lembab dan jendela jarang dibuka.
|
1
|
·
Kurang
pengetahuan tentang perawatan TBC.
|
·
Ketidakmapuan
keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
|
Data Subyektif:
·
·
Ny. B
mengatakan sudah pernah minum obat selama 6 bulan, tetapi setelah selesai
pengobatan dalam beberapa waktu kemudian penyakit kambuh lagi.
Data Obyektif:
·
|
2
|
C.
SKORING
DAN PRIORITAS MASALAH
1.
Resiko
terjadinya penularan pada anggota keluarga Tn.A
NO
|
Kriteria
|
Skor
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat masalah: aktual
|
3
|
3/3 x 1= 1
|
Perlu segera ditangani agar tidak menimbulkan
masalah yang lebih serius.
|
2.
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah: sedang
|
1
|
1/2 x2= 1
|
Masalah dapat diubah agar tidak lebih parah.
|
3.
|
Potensi untuk
dicegah: tinggi
|
3
|
3/3 x1=1
|
Keluarga mau diajak
kerja sama (kooperatif)
|
4.
|
Menonjolnya masalah:
harus segera ditanggulangi
|
2
|
2/2 x1=1
|
Bila tidak segera
ditangani memungkinkan penyembuhan lama dan terjadi penularan kepada anggota
keluarga.
|
Total
|
4
|
|
2.
Kurang
pengetahuan tentang perawatan TBC
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat masalah:
ancaman
|
2
|
2/3 x1= 2/3
|
TBC adalah penyakit menular memungkinkan penularan pada anggota
keluarga lain.
|
2.
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah: sedang
|
1
|
1/2 x2= 1
|
Keluarag tahu kalau TBC butuh pengobatan rutin.
|
3.
|
Potensi untuk
dicegah: tinggi
|
3
|
3/3 x1= 1
|
Keluarga kooperatif
|
4.
|
Menonjolnya masalah:
harus segera ditanggulangi
|
2
|
2/2 x1= 1
|
Keluarag mengetahui TBC memerlukan pengobatan rutin
|
Total
|
3 2/3
|
|
D.
DIAGNOSA
- Resiko
terjadinya penularan pada anggota keluarga Tn.A b.d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
- Kurang
pengetahuan tentang perawatan TBC b.d ketidakmampuan keluarga menagmbil
keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit
0 komentar:
Post a Comment