Thursday, 21 May 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                   
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Disease (CHD) merupakan kelainan susunan jantung yang sudah ada sejak dalam kandungan. Kelainan ini tidak selalu menunjukan gejala segera setelah lahir, bahkan mungkin saja sampai dewasa gejala tersebut tidak tampak. Tidak jarang gejala baru ditemukan setelah bayi berusia beberapa bulan atau kadang beberapa tahun (Nursalam, 2008). Kebanyakan defek jantung kongenital ditoleransi dengan baik selama kehidupan janin karena sifat paralel sirkulasi janin. Hanya sesudah sirkulasi ibu dihilangkan, jalur janin (duktus arteriosus dan foramen ovale) tertutup atau retriksi, dan sistem kardiovaskuler tidak tergantung dipertahankan sehingga pengaruh hemodinamik sepenuhnya dari kelainan anatomi menjadi tampak. Pada pasien CHD antara neonatus dan bayi yang lebih tua ada beberapa tanda dan gejala yang berbeda dimana ketebalan dinding dan masa otot ventrikel kiri dan kanan neonatus hampir sama dan pada waktu istirahat mempunyai konsumsi oksigen relatif tinggi, sehingga memerlukan penambahan curah jantung untuk menghantarkan oksigen yang cukup ke jaringan. Apabila dalam penurunan curah jantung tidak teratasi maka dapat mengakibatkan terjadi edema paru dan dapat dengan cepat sampai kolaps sirkulasi total. (Behrman, dkk, 2000).
Prevalensi Penyakit Jantung Kongenital atau Congenital Heart Disease (CHD) di Indonesia sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden lebih tinggi pada yang lahir mati 2%, abortus (10-25%) dan bayi prematur sekitar 2% termasuk defek sekat ventrikel (VSD), tetapi tidak termasuk Patent Ductus Arteriosus sementara (PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps katup mitral, PDA pada bayi prematur dan katup aorta bikuspid (ada sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi dengan defek jantung kongenital, ada spektrum keparahan yang lebar: sekitar 2-3 dari 1000 bayi neonatus total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit jantung kongenital dan pada umur 1 tahun pada 50-60% penderita. (Behrman, dkk, 2000).
Berdasarkan hasil study pendahuluan pada tanggal 06 Maret 2013 di ruang Neonatus RSUD dr. Haryoto Lumajang terdapat sekitar 7 bayi yang menderita CHD pada bulan Januari sampai Februari 2013. Dari 7 kasus tersebut dibagi menjadi non sianotik sebanyak 2 orang dan sianotik sebanyak 5 orang yang semuanya memerlukan perawatan khusus. Dan ditemukan 2 diantaranya meninggal dunia.
Penyakit Jantung Kongenital merupakan kelainan yang disebabkan gangguan perkembangan system kardiovaskular pada embrio yang diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen dan eksogen dapat dicegah dengan pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan saat kehamilan yang rutin, sehingga CHD dapat dihindari atau dikenali secara dini. Umumnya, CHD dapat terdeteksi pada saat ultrasonografi (USG) dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari 20 minggu. Namun, meskipun mengambil tindakan pencegahan terbaik, anak masih dapat dilahirkan dengan beberapa lesi bawaan pada jantung. Pembagian lesi bawaan pada jantung secara umum terbagi menjadi 2 kelompok yaitu CHD sianotik dan CHD asianotik. CHD sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sementara CHD asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Pada CHD sianotik, bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah bersih dan darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung. Pada kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak mendapatkan cukup oksigen yang sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara cepat. Sebaliknya pada CHD non sianotik tidak ada gejala yang nyata sehingga seringkali tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang tua. Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui sebentar-sebentar dan gejala selanjutnya berupa keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. (Hidayat, 2008)
Pada penatalaksanaan CHD di rumah sakit dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan medis dan non medis (keperawatan). Penatalaksanaan medis bertujuan untuk mencegah terjadinya lesi yang lebih parah pada jantung dan penatalaksanaan non medis (keperawatan) bertujuan mengurangi beban jantung, mencegah terjadinya infeksi dan menurunkan resiko cidera.
Kelainan CHD ini bersifat kronis dan akut. Dimana pada tahap kronis perlu pengetahuan orang tua untuk melakukan perawatan yang tepat selama anak di rumah, karena pengenalan orang tua terhadap gejala kekambuhan meningkatakn tindakan yang diberikan secara tepat kepada anak, sehingga angka morbilitas bisa dikurangi dan anak bisa mengalami proses tumbuh kembang secara optimal. Pada fase akut perawat perlu memantau kondisi klien dan mengenali perubahan yang terjadi pada klien selama 24 jam sehingga masalah dapat ditegakkan secara cepat da  tepat untuk menurunkan angka kesakitan pada bayi. Pada kelainan jantung bawaan ini baik fase akut maupun kronik peran perawat sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang anak dengan kelainan jantung bawaan dan menurunkan resiko kesakitan pada anak. Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhakan dalam memperbaiki pengetahuan orang tua untuk memperbaiki kualitas hidup anak
Karena dalam setiap jenis kelainan jantung kongenital memiliki penanganan yang berbeda, maka diperlukan pendekatan asuhan keperawatan yang lebih dalam. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013“.

1.2  Rumusan Penulisan
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013 ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.2.1  Melakukan pengkajian pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.2  Merumuskan diagnosa pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.3  Menyusun intervensi pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.4  Mengimplementasikan rencana pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.5  Mengidentifikasi evaluasi pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.

1.4   Manfaat Penulisan
1.4.1        Bagi Penulis
Dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman dari penulis tentang Asuhan Keperawatan pada bayi dengan CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013.
1.4.2        Bagi Perawat
            Diharapkan perawat dapat memberikan penanganan yang tepat pada bayi dengan gangguan jantung dan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1.4.3        Bagi Penulis Selanjutnya
            Agar hasil penelitian dapat dijadikan gambaran dan bahan dasar penulis selanjutnya yang melakukan study kasus yang sama.

1.5   Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1        Rancangan
Rancangan pada penulisan ini menggunakan rancangan studi kasus dengan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan CHD di RSD Dr. Haryoto Lumajang.
1.5.2        Pengumpulan Data
1.5.2.1  Observasi
Dengan mengamati pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan keperawatan pasien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera lainnya, melalui rabaan, sentuhan, pendengaran.
1.5.2.2  Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada keluarga terkait dengan masalah yang dihadapi pasien, biasanya juga disebut anamnese.
1.5.2.3  Studi Dokumentasi
Pengambilan data dimulai dari pasien masuk sampai pasien pulang. Metode dokumentasi diperoleh dari catatan atau laporan tim kesehatan lain, laboratorium, konsultasi, dan pemeriksaan lain yang penting dan dapat menunjang masalah kesehatan dan perawatan klien.
1.5.2.4  Pemeriksaan Fisik
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara langsung memeriksa kondisi pasien sebagai data obyektif untuk menunjang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Pemerikasaan fisik secara langsung dan menyeluruh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
1.5.3        Instrumen
Alat yang digunakan adalah lembar pengkajian neonatus, lembar observasi, alat pengkajian fisik termasuk tanda-tanda vital.




0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget