BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Jantung
Bawaan (PJB) atau Congenital Heart
Disease (CHD) merupakan kelainan susunan jantung yang
sudah ada sejak dalam kandungan. Kelainan ini tidak selalu menunjukan gejala
segera setelah lahir, bahkan mungkin saja sampai dewasa gejala tersebut tidak
tampak. Tidak jarang gejala baru ditemukan setelah bayi berusia beberapa bulan
atau kadang beberapa tahun (Nursalam,
2008). Kebanyakan defek jantung kongenital ditoleransi dengan baik selama
kehidupan janin karena sifat paralel sirkulasi janin. Hanya sesudah sirkulasi
ibu dihilangkan, jalur janin (duktus arteriosus dan foramen ovale) tertutup
atau retriksi, dan sistem kardiovaskuler tidak tergantung dipertahankan
sehingga pengaruh hemodinamik sepenuhnya dari kelainan anatomi menjadi tampak. Pada
pasien CHD antara neonatus dan bayi yang lebih tua ada beberapa tanda dan
gejala yang berbeda dimana ketebalan dinding dan masa otot ventrikel kiri dan
kanan neonatus hampir sama dan pada waktu istirahat mempunyai konsumsi oksigen
relatif tinggi, sehingga memerlukan penambahan curah jantung untuk
menghantarkan oksigen yang cukup ke jaringan. Apabila dalam penurunan curah jantung tidak
teratasi maka dapat mengakibatkan terjadi edema paru dan dapat dengan cepat sampai
kolaps sirkulasi total. (Behrman, dkk, 2000).
Prevalensi Penyakit
Jantung Kongenital atau Congenital Heart Disease (CHD) di Indonesia sekitar 8-10 dari
1.000 kelahiran hidup. Insiden lebih tinggi pada yang lahir mati 2%, abortus
(10-25%) dan bayi prematur sekitar 2% termasuk defek sekat ventrikel (VSD), tetapi
tidak termasuk Patent
Ductus Arteriosus sementara (PDA). Insiden menyeluruh ini
tidak termasuk prolaps katup mitral, PDA pada bayi prematur dan katup aorta
bikuspid (ada sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi dengan defek jantung
kongenital, ada spektrum keparahan yang lebar: sekitar 2-3 dari 1000 bayi
neonatus total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama.
Diagnosis ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit
jantung kongenital dan pada umur 1 tahun pada 50-60% penderita. (Behrman, dkk, 2000).
Berdasarkan hasil study pendahuluan
pada tanggal 06 Maret 2013 di ruang Neonatus RSUD dr. Haryoto Lumajang terdapat
sekitar 7 bayi yang menderita CHD pada bulan Januari sampai Februari 2013. Dari
7 kasus tersebut dibagi menjadi non sianotik sebanyak 2 orang dan sianotik
sebanyak 5 orang yang semuanya
memerlukan perawatan khusus. Dan ditemukan 2 diantaranya meninggal dunia.
Penyakit
Jantung Kongenital merupakan kelainan yang disebabkan gangguan perkembangan system
kardiovaskular pada embrio yang diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen dan eksogen dapat dicegah dengan pemeriksaan antenatal
atau pemeriksaan saat kehamilan yang rutin, sehingga CHD dapat dihindari atau
dikenali secara dini. Umumnya, CHD dapat terdeteksi pada saat ultrasonografi (USG) dilakukan pada
paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari 20 minggu. Namun, meskipun
mengambil tindakan pencegahan terbaik, anak masih dapat dilahirkan dengan
beberapa lesi bawaan pada jantung. Pembagian lesi bawaan pada jantung
secara umum terbagi menjadi 2 kelompok yaitu CHD sianotik dan CHD asianotik.
CHD sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks
dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sementara CHD asianotik
umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja
lebih dari 90% di antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk
pengobatannya. Pada CHD sianotik, bayi baru lahir terlihat biru oleh karena
terjadi percampuran darah bersih dan darah kotor melalui kelainan pada struktur
jantung. Pada kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak mendapatkan cukup oksigen
yang sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara cepat. Sebaliknya pada
CHD non sianotik tidak ada gejala yang nyata sehingga seringkali tidak disadari
dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang tua. Gejala yang
timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui sebentar-sebentar dan gejala
selanjutnya berupa keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. (Hidayat, 2008)
Pada
penatalaksanaan CHD di rumah sakit dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan medis
dan non medis (keperawatan). Penatalaksanaan medis bertujuan untuk mencegah
terjadinya lesi yang lebih parah pada jantung dan penatalaksanaan non medis
(keperawatan) bertujuan mengurangi beban jantung, mencegah terjadinya infeksi
dan menurunkan resiko cidera.
Kelainan CHD ini
bersifat kronis dan akut. Dimana pada tahap kronis perlu pengetahuan orang tua
untuk melakukan perawatan yang tepat selama anak di rumah, karena pengenalan
orang tua terhadap gejala kekambuhan meningkatakn tindakan yang diberikan
secara tepat kepada anak, sehingga angka morbilitas bisa dikurangi dan anak bisa
mengalami proses tumbuh kembang secara optimal. Pada fase akut perawat perlu memantau
kondisi klien dan mengenali perubahan yang terjadi pada klien selama 24 jam
sehingga masalah dapat ditegakkan secara cepat da tepat untuk menurunkan angka kesakitan pada
bayi. Pada kelainan jantung bawaan ini baik fase akut maupun kronik peran
perawat sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan pengetahuan orang tua
tentang anak dengan kelainan jantung bawaan dan menurunkan resiko kesakitan pada
anak. Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhakan dalam memperbaiki
pengetahuan orang tua untuk memperbaiki kualitas hidup anak
Karena dalam
setiap jenis kelainan jantung kongenital memiliki penanganan yang berbeda, maka
diperlukan pendekatan asuhan keperawatan yang lebih dalam. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan
pada Bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013“.
1.2 Rumusan Penulisan
Bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013 ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan
pada bayi Ny. L
dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD
di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto
Lumajang.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD
di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto
Lumajang.
1.3.2.3
Menyusun intervensi pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto
Lumajang.
1.3.2.4 Mengimplementasikan rencana
pada bayi Ny. L
dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus
RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.5
Mengidentifikasi evaluasi pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi Penulis
Dapat memperluas pengetahuan dan menambah
pengalaman dari penulis tentang Asuhan Keperawatan pada bayi dengan CHD di
Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013.
1.4.2
Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat memberikan
penanganan yang tepat pada bayi dengan gangguan jantung dan dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
1.4.3
Bagi Penulis Selanjutnya
Agar hasil penelitian dapat dijadikan gambaran dan
bahan dasar penulis selanjutnya yang melakukan study kasus yang sama.
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1
Rancangan
Rancangan
pada penulisan ini menggunakan rancangan studi kasus dengan pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif pada klien dengan CHD di RSD Dr. Haryoto
Lumajang.
1.5.2
Pengumpulan Data
1.5.2.1 Observasi
Dengan mengamati pasien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan keperawatan pasien. Observasi dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan alat indera lainnya, melalui rabaan, sentuhan, pendengaran.
1.5.2.2 Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada
keluarga terkait dengan masalah yang dihadapi pasien, biasanya juga disebut
anamnese.
1.5.2.3
Studi Dokumentasi
Pengambilan data dimulai dari pasien masuk sampai pasien
pulang. Metode
dokumentasi diperoleh dari catatan atau laporan tim kesehatan lain,
laboratorium, konsultasi, dan pemeriksaan lain yang penting dan dapat menunjang
masalah kesehatan dan perawatan klien.
1.5.2.4 Pemeriksaan Fisik
Penulis
melakukan pengumpulan data dengan cara langsung memeriksa kondisi pasien
sebagai data obyektif untuk menunjang asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada pasien. Pemerikasaan fisik secara langsung dan menyeluruh mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki.
1.5.3
Instrumen
Alat yang digunakan adalah lembar
pengkajian neonatus, lembar observasi, alat pengkajian fisik termasuk
tanda-tanda vital.
0 komentar:
Post a Comment