BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Hidrokel ialah terkumpulnya cairan diantara lapisan visceral
dan parietal tunika vaginalis. Hidrokel paling sering terjadi pada anak
laki-laki dan kejadiannya adalah 10-20: 1000 kelahiran hidup. Salah satu
hidrokel yang sering terjadi adalah hidrokel congenital yang terjadi karena
adanya hubungan terbuka antara rongga abdomen sehingga cairan dari rongga
abdomen keluar dan terkumpul diantara lapisan parietal dan lapisan visceral
tunika vaginalis. Seringkali seorang ibu datang ke pelayanan kesehatan untuk
memerikasakan anaknya karena terjadi keabnormalan yaitu adanya pembesaran
skrotum pada genetalia anaknya. Hidrokel testis merupakan kelainan congenital
yang terjadi sejak lahir dimana anak mengalami pembesaran skrotum yang abnormal
atau tidak sesuai dengan pertambahan usianya. Terapi yang paling tepat adalah
dengan operasi pembedahan.
Selama hospitalisasi baik anak maupun keluarga biasanya
merasa cemas dan kuatir pada penatalaksanaan terapi yang harus dijalani dan
kemungkinan tentang prognosis anaknya. Bahkan seringkali hospitalisasi
merupakan stressor tersendiri pada anak dan keluarga. Di sinilah diperlukan
peranan perawat untuk meminimalkan terjadinya hal-hal yang dapat memperburuk
keadaan anak serta agar anak tidak mengalami trauma karena pernah dirawat di
rumah sakit. Dalam hal ini diperlukan kerjasama diantara perawat, keluarga dan
tim kesehatan yang lain untuk mencapai
kesembuhan bagi anak.
Dari uraian di atas maka kami tertarik untuk mengambil kasus
ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Pre Operasi Hidrokel
Testis di Ruang 15 RSSA Malang .”
- Batasan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini kami membatasi pembahasan masalah
pada klien dengan pre operasi hidrokel testis pada tanggal 3-5 Juni 2004 di
ruang 15 RSSA Malang .
- Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu belajar bagaimana melakukan dan
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan hidrokel testis.
2.
Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan pre operasi hidrokel testis,
mahasiswa mampu untuk:
a.
Mengetahui gambaran konkrit klien dengan pre operasi
hidrokel testis.
b.
Melakukan pengkajian pada klien dengan pre operasi
hidrokel testis.
c.
Merumuskan diagnosa dan intervensi keperawatan pada
klien dengan pre operasi hidrokel testis.
d.
Melakukan implementasi pada klien dengan pre operasi
hidrokel testis.
e.
Melakukan evaluasi keperawatan berdasarkan kriteria
standar
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hidrokel
ialah terkumpulnya cairan di antara lapisan viseral dan parietal tunika
vaginalis. Cairan tersebut dapat berupa cairan yang berasal dari rongga abdomen
atau cairan hasil produksi dari membran yang berada pada lapisan antara viseral
dan parietal dari tunika vaginalis yang berwarna jernih dan berupa cairan
transudat.
Dalam artian lain, hidrokel
ialah kegagalan obliterasi prosessus
vaginalis bagian proximal dan bagian
distal yang mengalami patensi. Hidrokel
testis ialah hidrokel dengan tunika vaginalis yang berinsersi di tempat
yang sangat tinggi di testis sehingga testis dan epididimis yang semula berada
pada daerah ventral kemudian terdorong ke daerah dorsal oleh ruang tunika
vaginalis yang membesar.
C. KLASIFIKASI
Hidrokel testis dibagi menjadi
1. Konginetal
a. Hidrokel Komunikans
ialah hidrokel yang terjadi karena adnya hubungan
terbuka antara rongga abdomen dan
kantong kemaluan sehingga cairan dalam rongga abdomen keluar dan
terkumpul dalam lapisan antara parietal viseral tunika vaginalis.
b. Hidrokel Non Komunikans
ialah hidrokel yang terjadi karena adanya sejumlah
cairan yang terjebak dalam tunika vaginalis sesaat sebelum menutupnya prosessus
vaginalis.
2. Non Konginetal
ialah hidrokel yang terjadi karena disesbabkan oleh
obstruksi yang mengganggu proses penyerapan cairan transudat membran oleh
saluran limfatik sehingga terdapat akumulasi cairan transudat pada lapisan
antara parietal dan viseral tunika vaginalis.
D. ETIOLOGI
1.
Konginetal
2. Non Konginetal
3. Obstruksi
saluran limfatik oleh infeksi filaria yang menyebabkan penyakit kaki gajah
4. Penyebaran
atau ekstensi lokal dari kanker prostat dan buli-buli pada golongan lansia
5. Peningkatan
produksi cairan transudat membran yang terjadi secara abnormal, biasanya
terjadi karena :
a. Kerusakan testis
b. Infeksi spesifik
c. Infeksi nonspesifik
d. Trauma epididimis
e. Radang dan kanker testis
f. Terapi penyinaran
E. TANDA DAN GEJALA
1. Skrotum
a. Skrotum tampak lebih besar dari yang lain
b. Adanya fluktuasi cairan pada skrotum yang
berhidrokel
c. Konsistensi
skrotum yang kenyal atau lunak, tergantung dari tegangan pada hidrokel
2. Hidrokel
a. Pada palpasi terasa seperti balon yang terisi air
b. Testis
akan lebih mudah teraba jika jumlah cairan minimum dan sebaliknya
3. Pemeriksaan Laboratorium
Adanya penerusan cahaya oleh hidrokel pada pemeriksaan transiluminasi ,
karena :
a. Hidrokel bersifat diaphan (meneruskan cahaya)
b. Hidrokel berisi cairan jernih , straw-colored.
F. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN
1. Jenis hidrokel testis konginetal non
komunikans tidak memerlukan
penatalaksanaan yang khusus, karena hidrokel akan diserap dalam kurun waktu
satu tahun, jika dalam satu tahun pembesaran skrotum masih ada, maka hal
tersebut dimungkinkan bukan hidrokel tetapi melainkan hernia inguinalis total.
Pada keadaan ini, operasi dan aspirasi pada hidrokel tidak diindikasikan.
2. Jenis
hidrokel testis konginetal komunikans memerlukan terapi operasi penutupan kantong hernia, karena hidrokel jenis ini
pada umumnya disertai dengan gejala hernia ingunalis tak langsung, dan biasanya
“ lubang kantong “ hernia ingunalis tak langsung tidak dapat menutup sendiri
secara sempurna.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a.
Identitas anak, meliputi nama, usia, alamat, nomer
telepon, tempat dan tanggal lahir, tingkat pendidikan dan sumber pendukung
lain.
b.
Keluhan utama.
c.
Riwayat penyakit sekarang, digunakan untuk menentukan
prioritas utama riwayat penyakit, kapan dan bagaimana terjadinya proses
penyakit.
d.
Riwayat kehamilan ibu, kelahiran dan setelah kelahiran.
e.
Riwayat kesehatan yang lalu, meliputi penyakit anak
yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, kecelakaan atau
injury, alergi dan pengobatan.
f.
Riwayat kesehatan keluarga, adakah anggota keluarga
yang menderita kelainan seperti yang dialami oleh klien atau penyakit menular maupun
penyakit keturunan.
g.
Riwayat sosial, dimana anak pada tahap tumbuh kembang
akan terpengaruh emosionalnya dan merupakan stressor tersendiri bagi anak yang
mengalami perubahan lingkungan dari rumah ke rumah sakit.
h.
Pola aktivitas sehari-hari, meliputi pola makan dan
minum, pola kebersihan, pola tidur dan istirahat, pola aktivitas dan bermain
serta pola eliminasi.
i.
Pengkajian fisik, meliputi keadaan umum anak,
tanda-tanda vital, pemeriksaan kepala, mata hidung, telinga, mulut, leher,
pemeriksaan dada atau thorax, pemeriksaan abdomen, genetalia.
Pada pemeriksaan genetalia, didapatkan adanya
pembesaran pada skrotum akibat adanya penumpukan cairan. Kaji kesimetrisan
skrotum dan testis. Pada sistem perkemihan, kaji pola berkemih, frekuensi
berkemih, apakah anak menangis saat berkemih.
Lakukan
juga pengkajian pada sistem muskuloskeletal, pemeriksaan integumen. Pada
hidrokel testis yang pembengkakannya sangat besar, maka integumen di lokasi
hidrokel menjadi tegang, tipis dan oedem.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada klien
dengan hidrokel testis pre operasi adalah :
a.
Gangguan psikologis cemas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses patologi terjadinya penyakit.
b.
Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan
pembesaran skrotum.
c.
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan
akumulasi hidrokel sebagai media perkembangan kuman dan bakteri.
d.
Resiko terjadi perubahan pola eliminasi urine
berhubungan dengan disfungsi organ yang mengalami penekanan oleh hidrokel.
e.
Resiko tinggi terjadinya injury ( cidera ) berhubungan
dengan aktivitas berat dan berlebih.
f.
Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
proses terapi berhubungan dengan kurang adekuatnya informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Gangguan psikologis cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses patologi terjadinya penyakit.
Tujuan
:
Mengurangi
kecemasan pada anak dan orang tua.
Intervensi
:
- Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya pada anak dan orang tua.
R/ Menumbuhkan rasa saling percaya antara perawat,
anak dan orang tua.
- Mengajak orang tua dan anak untuk berkomunikasi tentang keadaan anak.
R/ Mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan
orang tua dan anak tentang kelainan yang diderita.
- Observasi perilaku baik verbal maupun non verbal orang tua dan anak.
R/ Menentukan tingkat kecemasan orang tua dan anak.
- Berikan penjelasan tentang proses terjadinya penyakit, perawatan dan pengobatannya.
R/ Informasi yang adekuat akan membuat perasaan
orang tua dan anak lebih nyaman dan tenang.
- Ikut sertakan orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya.
R/ Orang tua adalah orang terdekat klien sehingga
anak bisa menerima keadaannya dan merasa tenang.
- Berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan kondisi dan usia anak.
R/ Kecemasan anak akan berkurang karena
perhatiannya sudah beralih ke hal-hal yang lebih menyenangkan.
- Motivasi orang tua untuk segera mengoperasikan kelainan yang diderita oleh anak.
R/ Operasi adalah tindakan satu-satunya yang dapat
mentrembuhkan kelainan pada anak.
- Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan pembesaran skrotum.
Tujuan
:
Meningkatkan
konsep diri citra tubuh yang positif.
Intervensi
:
1.
Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya.
R/ Menumbuhkan rasa saling percaya antara perawat dengan klien.
2.
Ajarkan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya
tentang pembesaran skrotum.
R/ Anak perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka
dapat menerima keadaan dengan efektif.
3.
Libatkan anak dalam perawatan dirinya.
R/ Anak akan lebih menerima keadaan dirinya dan
meningkatkan harga dirinya.
4.
Ajarkan pada anak untuk berinteraksi dengan orang lain.
R/ Membantu dalam menghadapi kesulitan berinteraksi dengan orang lain.
5.
Libatkan orang tua untuk berpartisipasi dalam
perawatan.
R/ Orang tua adalah orang terdekat klien sehingga
klien bisa menerima keadaan dan merasa tenang.
6.
Tenangkan anak dan orang tua dengan komunikasi
terapeutik.
R/ Anak dan orang tua akan merasa lebih tenang dan
dapat menerima keadaan.
- Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan akumulasi hidrokel sebagai media perkembangan kuman dan bakteri.
Tujuan
:
Anak
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi
:
1.
Kaji tanda-tanda infeksi.
R/ Memonitor adanya nyeri atau inflamasi.
2.
Monitor tanda-tanda vital ( TTV ).
R/ Mengetahui adanya peningkatan
suhu dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
3.
Jelaskan tentang penyebab dan tanda-tanda infeksi.
R/ Mengetahui penyebab dan tanda infeksi sehingga
dapat menghindari faktor terjadinya infeksi.
4.
Motivasi anak agar tidak menahan kencing.
R/ Kandung kemih yang penuh akan menjadi media
berkembangnya penyebaran kuman.
5.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
R/ Mencegah penyebaran kuman.
- Resiko terjadi perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan disfungsi organ yang mengalami penekanan oleh hidrokel.
Tujuan
:
Mempertahankan
keseimbangan masukan atau haluaran urine.
Intervensi
:
1.
Kaji pola berkemih klien, seperti aliran urine, catat
ukuran dan kekuatannya.
R/ Mengidentifikasi fungsi kandung kemih ( misal:
pengosongan kandung kemih, fungsi ginjal, keseimbangan cairan ).
2.
Monitor dan catat waktu serta banyaknya urine.
R/ Mengetahui normalitas berkemih klien.
- Resiko tinggi terjadinya injury ( cidera ) berhubungan dengan aktivitas berat dan berlebih.
Tujuan
:
Klien
terhindar dari terjadinya injury ( cidera ) pada daerah sekitar hidrokel.
Intervensi
:
1.
Memonitor aktivitas anak
R/ Mengetahui tingkat aktivitas anak
2.
Meminimalkan atau mengurangi aktivitas anak dengan
memberikan mainan yang tidak membutuhkan aktivitas yang berat dan berlebih.
R/ Anak tidak akan melakukan aktivitas yang berat dan berlebihan
3.
Hindarkan klien dari benda-benda, tempat maupun
aktivitas yang dapat membahayakan klien.
R/ Menghindarkan klien dari resiko terjadinya injury.
- Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan proses terapi berhubungan dengan kurang adekuatnya informasi.
Tujuan
:
Meningkatkan
pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan perawatannya.
Intervensi
:
1.
Menjelaskan kepada anak dan orang tua mengenai penyakit
yang diderita oleh anak.
R/ Informasi yang adekuat akan memberikan pengetahuan
untuk anak dan orang tua tentang keadaan penyakit sebagai sesuatu yang dapat
ditangani.
2.
Menjelaskan tentang tujuan tiap tindakan perawatan yang
akan dilakukan.
R/ Memberikan gambaran kepada anak atau orang tua
tentang perawatan atau terapi, sehingga keluarga dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
3.
Anjurkan klien untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya
sebelum dilakukan operasi.
R/ Persiapan fisik maupun mental sangat diperlukan
untuk kelancaran tindakan operasi.
4.
Anjurkan orang tua untuk mengontrolkan anaknya setelah
operasi dilakukan.
R/ Mengetahui perkembangan selanjutnya dan memberikan
tindak lanjut untuk perawatannya.
4. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi yang sesuai dengan
intervensi, maka diharapkan :
a.
Anak dan orang tua tidak mengalami kecemasan lagi.
b.
Anak tidak mengalami gangguan konsep diri citra tubuh
ditandai dengan peningkatan konsep diri citra tubuh yang positif.
c.
Anak tidak akan mengalami infeksi pada sistem
perkemihannya.
d.
Anak mampu mempertahankan keseimbangan masukan dan
haluaran urine.
e.
Anak tidak akan mengalami cidera akibat aktivitasnya
yang berlebihan.
f.
Anak dan orang tua mengerti tentang keadaan penyakit
anaknya dan mengetahui perawatannya.
g.
Anak dan orang tua bisa menerima program penanganan dan
menjalankan program anjuran dengan tepat.
h.
Anak dan orang tua paham tentang program terapi dan
bersedia untuk melakukan perawatan tindak lanjut dan berkunjung ke dokter.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS DATA
Nama :
An. MH
Tanggal lahir : 30 juli 2001
Umur :
2 thn 10 bln 9 hr
Nama
Ayah/Ibu : Tn Harianto/Ny.
Mudrikah
Pekerjaan Ayah : Buruh tani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah tangga
Alamat : Jl. Masjid patok sukolilo
Rt 24/Rw 09 Wajak, Malang .
Kultur : Jawa
Agama :
Islam
Pendidikan Ortu : SD
Tanggal Pengkajian : 3 Juni 2004
No Register : 0411669
Tanggal MRS : 28 Mei 2004
B. ALASAN KUNJUNGAN/KELUHAN UTAMA
Skrotum klien sebelah kiri lebih besar dari pada sebelah kanan sejak
lahir, dengan bertambahnya usia. Skrotum
sebelah kiri bertambah besar pula hingga pada usia 2tahun 10 bulan 9 hari.
Pembesaran skrotum kiri 4 kali skrotum sebelah kanan (sebesar biji kluwak).
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
An. MH lahir pada tanggal 30 juli 2001 dan mempunyai kelainan pada
genetalianya yaitu skrotum sebelah kiri lebih besar daripada sebelah kanan.
Orang tua klien tidak mengetahui kalau kelainan tersebut dibiarkan
terus-menerus akan membesar dan bahaya bagi klien. Orangtua klien baru
menyadari sebulan yang lalu ke dokter
kalau kelainan pada anaknya bisa berbahaya
dan membutuhkan tindakan operas.
Orangtua klien membawa klien ke RSUD dr. Saiful Anwar Malang pada
hari jum’at tanggal 28 Mei 2004
pada pukul 08.41WIB. setelah itu klien
ditempatkan diruang 15 menunggu operasi
yang akan dilaksanakan pada hari senin
tanggal 7 Juni 2004.
D. RIWAYAT KEHAMILAN
1.
Prenatal : Pada
trisemester I, ibu klien mengalami mual muntah dan pusing. Selalu
memeriksakan kandungannya pada puskesmas terdekat satu bulan sekali . selama
hamil ibu mengkonsumsi gizi yang cukup,
minum jamu mulai bulan ke-3 sampai bulan ke-8 cabe puyang dan bulan ke-9 minum
jamu gejah.
2.
Natal : Ibu melahirkan dengan persalinan
spontan, dibantu dengan bidan di
pukesmas terdekat. Bayi dilahirkan mempunyai BBL : 3000 gram dan TBL : 46 cm.
Bayi yang dilahirkan mempunyai kelainan pada genetalianya yaitu skrotum sebelah
kiri lebih besar daripada sebelah kanan , setelah semalam dipuskesmas, ibu dan bayi dibawa pulang.
3.
Postnatal : setelah lahir, klien diberi ASI dan
mendapat makanan tambahan. Pemberian susu dancow sejak berumur ± 13 bulan sampai dengan sekarang dan klien
mendapat imunisasi sebanyak 9 kali.
E. RIWAYAT MASA LAMPAU
1.
Penyakit-penyakit waktu kecil
2.
Klien [pernah sakit panas, batuk, pilek dan hanya
dibawa ke puskesmas dan posyandu oleh keluarga. Dan sembuh oleh dengan
obat-obatan dari dokter puskesmas.
3.
Pernah dirawat di Rumah Sakit
4.
Klien sama sekali
belum pernah dirawat dirumah
sakit.
5.
Obat-obatan
6.
Ibu klien mengatakan saat klien sakit hany diberi
paracetamol, obat batuk pilek (tidak tahu namanya) yang diberikan dari
puskesmas.
7.
Tindakan (misalnya operasi)
8.
Klien sama sekali belum pernah dilakukan tindakan operasi.
9.
Alergi
10.
Keluarga maupun klien tidak pernah mengalami alergi
baik makanan maupun suhu udara.
11.
Kecelakaan
12.
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan yang fatal.
13.
Imunisasi
14.
Klien sudah diimunisasi sebanyak 9 kali antara lain
imunisasi BCG, DPT (2kali), Polio (3kali), Hepatitis (3kali), dan campak.
F. RIWAYAT KELUARGA
Orangtua klien mengtakan bahwa tidak ada anggota keluarga lain yang
menderita kelainan seperti yang dialami oleh klien, tidak ada yang menderita
penyakit keturunan dan penyakit menular.
G. RIWAYAT SOSIAL
1.
Yang mengasuh
2.
Klien diasuh oleh kedua orang tuanya.
3.
Hubungan dengan anggota keluarga
4.
Klien dapat berhubungan baik dengan anggota keluarga,
akan tetapi klien masih kurang kurang lancar dalam berkomunikasi.
5.
Hubungan dengan teman sebaya
6.
Klien dapat berhubungan dengan baik dengan teman sebaya
, hanya dalam berkomunikasi kurang lancar.
7.
Pembawaan secara umum
8.
Klien terlihat lincah, tidak pendiam, kalau ditanya
bisa menjawab tetapi kurang jelas dan kadang terlihat acuh.
9.
Lingkungan rumah
10.
Keluarga klien mengatakn kalau rumahnya bersih, jauh
dari keramaian.
G. KEBUTUHAN DASAR
1.
Cairan
SMRS : air putih, susu, teh (± 3 gelas/±
300cc)
MRS :
air putih, susu, (±
2 gelas/±
200cc)
2.
Makanan
SMRS : nasi, sayur, lauk, 3X/hari dan buah ± 1 mangkok
MRS : nasi , sayur, lauk 3X/hari dan buah nasi 2 sdm, sepotong daging/lauk, dan sdm
sayur (tergantung diit RS) pada sore hari klien makan jeli 1 bungkus habis.
3.
Pola Tidur
SMRS : malam ±
9-10 jam, siang ±
2-3 jam
MRS :
Malam ±
8-9 jam , siang ±
2-3 jam
4.
Mandi
SMRS : 2X/hari
MRS :
2X/hari
5.
Aktifitas /Bermain
SMRS : kadang bermain sendiri, dengan teman sebaya dan dengan
keluarga.
MRS :
klien kadang bermain sendiri, bermain denhgan teman sebaya, dengan ibum,
perawat dan terlihat sering berlari-lari.
6.
Eliminasi
SMRS : BAK ± 6X/hari ± 370 ml , BAB 1X/hari
MRS : BAK ±
6X/hari ±
370 ml, BAB 1X/hari
H. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1.
Diagnosa Medis
Pre Operasi Hidrokel Testis Sinistra
2.
Tindakan Operasi
Operasi hidrokelektomi (direncanakan hari senin tanggal 7 Juni 2004)
3.
Status Nutrisi
BB: 10 Kg, lemak subkutan tipis, makan ± 2 sdm nasi, sepotong
daging, 2 sdm sayur dan buah, limgkar lengan 15 cm.
4.
Status Cairan
Klien minum ±
2 gelas ±
200cc dengan dot, terkadang minum air putih, turgor kulit normal (kembali <
2detik)
5.
Obat-obatan
Sampai saat ini klien belum diberi obat
6.
Aktifitas
Klien terlihat bermain sendiri, bermain dengan teman sebaya, orang tua
(ibu), perawat. Klien terlihat sering berlari-lari, klien dapat makian sendiri
dengan tangan (dipuluk : jawa).
7.
Tindakan Keperawatan
-
8.
X-ray
Terdpat transluminasi (+), cioran
tembus cahaya.
9.
Lain-lain
Sebelum MRS klien hanya rawat jalan
(±
1 bulan)
H. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan Umum :
Compos Metis
PDS (4,3,4)
Membuka mata spontan (4)
Respon verbal menggunakan vocal sounds (3)
Respon motor adanya lokalisasi nyeri (4)
2.
Tanda Vital
TD : 90/70mmHg RR :
26x/menit BB : 10
Kg
Nadi : 80X/menit Suhu
: 36 o C TB
: 78 Cm
3.
Pemeriksaan kepala leher
Bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada benjolan, lingkar kepala 48 Cm,
kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata, rambjut lurus berwarna hitam,
konjungtiva tidak anemis, mulut bersih, gigi bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
4.
Pemeriksaan integumen
Kulit halus, bersih, berwarna sawo matang, lemak subkutan tipis, turgor
kulit normal (kembali < 2 detik).
5.
Dada dan thorak
Bentuk dada normal chest, tidak
ada whezing, tidak ada ronchi, tidak
terdapat retraksi interkostal.
Tidak ada pembesaran jantung, murmur tidak ada, BJ I, BJ II, jelas dan BJ
III dan BJ IV tidak ada.
6.
Payudara -
7.
Abdomen
Perut buncit, tidak terdapat acites, tidak terdapat hematomegali, dan
splenomegali, perkusi timpani, bising usus 8x/menit
8.
Genetalia
Pada skrotum sebelah kiri tampak 4 kali lebih besar dari skrotum kanan
(sebesar biji kluwak), belum disrkumsisi, kelainan ini sudah ada sejak lahir,
tidak ada peradangan kulit bersih, tidak
nyeri, konsisitensi / palpasi hidrokel kenyal. Benjolan tampak naik ketika klien menangis.
9.
|
Ektremitas
Reflek patologi tidak ada 5 5
Reflek fisiologis ada 5 5
I. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1.
Motor kasar
Tidak terdapat kegagalan / normal
2.
Motor halus
Tidak terdapat kegagalan / normal
3.
Adaptasi sosial
Tidak terdapat kegagalan / normal
4.
Bahasa
Secara umum normal
J. INFORMASI LAIN
Keluarga klien baru menyadari ± sebulan yang lalu bahwa klien mempunyai kelainan pada
daerah genetalianya dan harus dioperasi . keluarga klien cemas dan menanyakan
kapan opreasi dilakukan dan masih menunggu operasi.
G. ANALISA DATA
Nama Pasien : An.
Hr.
Usia : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register : 0411669
No.
|
DATA PENUNJANG
|
MASALAH
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
1.
|
DS :
Ibu mengatakan bahwa ia merasa
cemas dengan operasi yang akan dijalani anaknya, dan ia sering bertanya
kepada dokter kapan operasi anaknya dapat dilaksanakan
DO :
Klien tampak gelisah
Skala ansietas 4-6
|
Ansietas sedang
|
Kurang pengetahuan tentang
perawatan Pre-Ops
|
2.
|
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa ia tahu
bahwa bagian alat kelamin anaknya besar sebelah sejak lahir dan makin
membesar sampai sekarang
Ibu klien menganggap bahwa penyebab
bagian alat kelamin anaknya yang membesar adalah cairan urin
DO :
Skrotum kiri klien tampak lebih
besar (4 X) dari bagian kanan, bentuk seperti buah kluwak, diameter +
6 cm
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
tindakan terapi
|
Inadekuatnya informasi mengenai
kondisi, prognosis, dan
tindakan terapi oleh petugas kesehatan
|
3.
|
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
sangat banyak bergerak dan tak mau diam meskipun berada di RS
DO :
Klien sangat senang bermain
(berlari dan melompat-lompat) dan sangat lincah
Keadaan hidrokel skrotum kiri lebih
besar 4X dari yang kanan, kulit skrotum tampak tipis dan mengkilat
|
Potensial terjadi cedera
|
Sikap Hiperaktif Pre-Ops
|
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.
Hr.
Usia : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register : 0411669
1. Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan Pre-ops
2. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi berhubungan
dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi
oleh petugas kesehatan
3. Potensial
terjadi cedera berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops
I. DAFTAR MASALAH
Nama Pasien : An.
Hr.
Usia : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register : 0411669
No.
Dx.
|
TANGGAL MUNCUL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TANGGAL TERATASI
|
1.
|
3 Juni 2004
|
Ansietas
sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops
|
|
2.
|
3 Juni 2004
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
tindakan terapi berhubungan dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi,
prognosis, dan tindakan terapi oleh petugas kesehatan
|
|
3.
|
3 Juni 2004
|
Potensial
terjadi cedera berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops
|
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.
Hr.
Usia : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register : 0411669
TANGGAL
|
No.
Dx.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
KRETERIA STANDART
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
3 Juni 2004
|
1.
|
Ansietas sedang berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops
|
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, diharapkan tingkat kecemasan klien berkurang
Kreteria Standart :
Ibu klien mengatakan tingkat
kecemasan menurun setelah dilakukan penyuluhan
|
1. Bina hubungan saling percaya
2. Evaluasi tingkat kecemasan dan catat respon
verbal/Nonverbal orang tua klien
3. Motivasi klien agar bersedia mengungkapkan rasa
gelisahnya
4. Berikan informasi mengenai penyakit dan perawatan
pre-ops
|
1. Rasa percaya klien pada perawat membantu kelancaran
proses keperawatan
2. Kecemasan terjadi karena kurang pengetahuan tentang
perawatan Pre-ops
3. Ungkapan verbal secara tidak langsung mengurangi tingkat
kecemasan klien
4. Informasi yang adekuat membantu menurunkan tingkat
kecemasan
|
3 Juni 2004
|
2.
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
tindakan terapi berhubungan dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan
terapi oleh petugas kesehatan
|
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, diharapkan orang tua klien mengetahui tentang kondisi penyakit
yang diderita oleh klien, prognosis, dan tindakan terapi .
Kreteria Standart :
Orang tua Klien mampu menyebutkan
kondisi penyakit yang
diderita oleh klien, prognosis, dan tindakan terapi
|
1. Kaji tingkat pemahaman orang tua klien terhadap kondisi,
prognosis, dan tindakan terapi
2. Tinjau ulang patologis khusus dan antisipasi prosedur
pembedahan
3. Gunakan sumber-sumber bahan pengkajian
4. Melaksanakan program pengajaran pre-operasi (pembatasan
urinarius dan usus, diet, dan perubahan aktivitas)
5. Informasikan pada orang tua klien tentang rencan operasi
|
1. Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca
operasi
2. Sediakan pengetahuan beradasarkan hal dimana orangtua
klien dapat menentukan pilihan terapi dan berdasarkan informasi dan setuju
mengikuti prosedur
3. Membantu klien dalam belajar
4. Peningkatan pemahaman orang tua klien memungkinkan
kelancaran perawatan mandiri oleh klien dan keluarga
5.
Orang tua klien mendapatkan informasi logistik mengenai jadwal operasi
|
3 Juni 2004
|
3.
|
Potensial terjadi cedera
berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops
|
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, diharapkan orang tua klien mampu untuk mengkondisikan klien agar
cedera tidak dapat terjadi
Kreteria Standart :
Orang tua klien mampu untuk
memberikan alternatif permainan yang dapat mengurangi aktivitas motoriknya
|
1. Observasi tingkat aktivitas motorik klien
2. Motivasi orang tua untuk memberikan permainan yang dapat
meminimalkan aktivitas motoriknya
(menyusun kubus, menggambar)
3. Bantu orang tua klien dalam menyediakan permainan
alternatif bagi klien
4. Berikan variasi
permainan ketika klien terlihat jenuh dengan permainan yang ada.
|
1. Tingkat aktivitas motorik klien menentukan derajat
hiperaktif klien
2. Peran orang tua
sangt penting dalam proses bermain anak
3. Contoh dari perawat mempermudah orang tua untuk
mengarahkan permainan klien
4. Variasi permainan mencegah kebosanan dan mestimuli daya
kreasi klien.
|
K. CATATAN
KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.
Hr.
Usia : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register : 0411669
No.
|
Tanggal
|
No. Dx.
|
IMPLEMTASI
|
TTD
|
1.
|
3 Juni 2004
|
1.
2.
3.
|
1. Membina hubungan saling percaya antara perawat, klien
dan keluarganya
2. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua klien
3. Mengobservasi respon verbal dan non verbal klien
4. Memotivasi orang tua mengungkapkan kegelisahan.
Mengkaji tingkat pemahaman orang tua klien.
1. Mengobservasi tingkat aktivitas motorik klien
2. Memberikan anjuran pada orang tua untuk memberikan alat
permainan pada klien.
|
|
2.
|
4 Juni 2004
|
1.
2.
3.
|
1. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua klien
2. Mengobservasi
respon verbal dan non verbal klien
3. Menginformasikan pada keluarga klien tentang penyakit
klien.
1.
Mengkaji ulang tingkat pemahaman orang tua klien
2. Meluruskan
kembali pemahaman tentang penyakit klien.
1. Menyediakan lingkungan yang menyenangkan bagi klien
untuk bermian
2. Memberikan contoh permainan pada orangtua klien.
|
|
3.
|
5 Juni 2004
|
1.
2.
3.
|
1. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua klien
2. Mengobservasi
respon verbal dan non verbal klien
3. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dan perawatan klien.
1. Mengkaji pemahaman orang tua klien tentang informasi yang telah
diberikan
2. menjawab pertanyaan orangtua klien tentang perawatan pra oprasi.
1. Melakukan terapi bermain pada anak dengan menggunakan media buku
gambar dan kubus mainan
2. Menganjurkan pada orang tua klien untuk tetap mempertahankan kondisi
klien yaitu meminimalkan gerak motoriknya.
|
L. EVALUASI
Nama Pasien : An.
Hr.
Usia : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register : 0411669
1. Formatif
No. Dx.
|
3 Juni 2004
|
4 Juni 2004
|
5 Juni 2004
|
1.
|
S : Orang tua klien mengatakan bahwa ia tak sabar untuk
menunggu jadwal operasi
O : Klien tampak gelisah, skala
ansietas 4-6
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
S : Ibu klien mengatakan akan tetap berusaha untuk mengusahakan
agar anak sembuh dan pasrah terhadap apapun hasil operasi
O : -
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
|
S : Ibu klien mengatakan khawatir
terhadap aktivitas anaknya yang hiperaktif
dapat mempengaruhi penyakit anaknya
O : -
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
|
2.
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa penyakit anaknya ada sejak lahir
dan semakin membesar, belaiu tak mengetahui sebabnya
O : -
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa beliau mengetahui penyakit
anaknya yaitu terdapat cairan urin dan lemak pada skrotum yang membesar
O : -
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
S : Ibu klien mengatakan ia mengetahui
penyakit anaknya, tetapi ia tidak mengetahui prognosa selanjutnya dan
tindakan apa yang akan dilakukan kepada anaknya
O : -
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
|
3.
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa anak sangat aktif, berlari-lari
dan melompat- lompat
O : Klien tampak tidak bisa diam,
berlari-larian dan melompat-lompat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa ia
kesulitan menentukan permainan yang tepat bagi anaknya dan kemudian
memberikan kertas dan alat tulis pada anaknya
O : Klien tampak hanya mencorat-coret
kertas dengan alat gambar
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa ia
kurang sabar untuk menemani klien untuk bermain di atas tempat tidur, ia lebih
menyukai menggendong anaknya
O: Klien tampak tidak suka digendong,
ia lebih suka bermain
Klien
tampak suka ketika dijak bermain permainan yang baru yaitu menyusun kubus dan
rumah-rumahan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
|
2. Sumatif
Nama
Pasien : An. Hr.
Usia
: 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No.
Register : 0411669
Klien MRS pada tanggal 28 Mei 2004, dan pengkajian
dilakukan pada tanggal 3 Juni 2004 dengan diagnosa yang muncul terdiri dari :
a.
Dua buah diagnosa aktual yang terdiri dari :
1.)
Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops
2.) Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi berhubungan
dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi
oleh petugas kesehatan
b. Sebuah diagnosa potensial yaitu :
Potensial terjadi cedera berhubungan dengan Sikap
Hiperaktif Pre-Ops
Dengan analisa data pada diagnosa aktual masalah belum
teratasi dan pada diagnosa potensial masalah telah teratasi sebagian.
Pada hari kedua pengkajian, diagnosa yang muncul tetap
dan tidak ada perubahan. Analisa data didapatkan diagnosa aktual pertama dan
diagnosa potensial adalah masalah yang ada hanya teratasi sebagian. Untuk
analisa data pada diagnosa aktual kedua, didapatkan masalah masih belum
teratasi.
Pada hari ketiga pengkajian, diagnosa yang ada tidak
berubah dan tidak muncul diagnosa baru. Analisa data akhir untuk semua jenis
diagnosa adalah masalah telah teratasi sebagian. Tindakan perawatan selanjutnya
diserahkan kepada perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada An. H dengan
pre operasi hidrokel testis yang telah dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni
2004, dalam kenyataannya ditemukan beberapa kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus. Adapun kesenjangan tersebut antara lain:
A. PENGKAJIAN
Pada tinjauan teori, pengkajian klien dengan hidrokel
ditekankan pada pengkajian genetalia. Pada tinjauan kasus, pengkajian genetalia
klien dengan hidrokel testis ditemui beberapa tanda yang sesuai dengan teori
misalnya adanya pembesaran skrotum, transiluminasi positif, konsistensi
hidrokel kenyal atau lunak. Adanya nyeri tekan pada tinjauan teori tetapi pada
tinjauan kasus klien tidak merasakan nyeri tekan. Sedangkan pada pengkajian
psikososial , tinjauan kasus menjelaskan adanya tambahan pengkajian psikososial
keluarga karena klien masih berumur di bawah lima tahun dan masih berada pada perlindungan
keluarga.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori, tidak
semuanya muncul pada An. H Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian An.
Hr. tidak menunjukkan respon yang dapat memunculkan diagnosa seperti pada
tinjauan teori.
Berikut adalah diagnosa pada tinjauan teori yang tidak muncul
pada tinjauan kasus yaitu :
1.
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan perangsangan syaraf atau reseptor nyeri dampak
dari proses desak ruang oleh hidrokel .
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat
pengkajian, klien An. H tidak menunjukkan respon nyeri saat beraktivitas maupun
saat berkemih yang diucapkan secara verbal oleh klien, dilihat dari raut wajah
ketika berkemih dan data sekunder dari keluarga ( ibu ) klien yang mengatakan
bahwa An. H tidak mengeluh apa-apa tentang kondisinya terutama ketika berkemih.
2. Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan
dengan pembesaran skrotum
Diagnosa ini tidak diangkat karena An. H sebagai klien
tidak terganggu untuk beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar
karena kondisinya tersebut. Ia sangat lincah dan sering mengajak bermain
perawat yang ada. Data sekunder menunjukkan bahwa ibunya mengatakan beliau
membawa An. H untuk berobat sebagai langkah antisipasi jika nantinya An. H
sudah besar maka ia tidak akan minder karena memiliki kelainan.
3. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan
akumulasi hidrokel sebagai media perkembangan kuman atau bakteri.
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat pengkajian
tidak ditemukan beberapa tanda dan gejala yang mengarah pada suatu keadaan
infeksi seperti : kenaikan suhu tubuh, kenaikan tekanan darah, nadi, respirasi
maupun respon kejang.
4. Resiko terjadi perubahan pola eliminasi urine
berhubungan dengan disfungsi organ yang mengalami penekanan oleh hidrokel.
Diagnosa ini tidak muncul saat pengkajian karena tidak
didapatkan data-data yang menunjang terjadinya hambatan dalam proses berkemih
seperti rasa nyeri, konsistensi urine abnormal, jumlah urine dan pancaran
aliran urine.
5. Resiko terjadinya gangguan reproduksi
berhubungan dengan disfungsi organ genetalia.
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat ini An. H
masih berusia di bawah lima
tahun yang dimana fase kepuasaan seksual tidak diperoleh dari organ genetalia.
Sedangkan beberapa diagnosa yang muncul pada An. H adalah
sebagai berikut:
1.
Ansietas
sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan pre operasi.
Diagnosa ini muncul karena respon keluarga terhadap
proses perawatan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa respon verbal keluarga
klien yang menunjukkan maksud bahwa keluarga khawatir akan proses terapi atau
operasi pada anaknya.
2.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang adequatnya informasi dari petugas kesehatan.
Diagnosa ini muncul karena reson keluarga terhadap An.
H ketika diberikan Health Education oleh perawat keluarga tampak sudah mengerti
walaupun hanya sedikit dan beberapa di dalamnya masih terdapat salah pengertian
mengenai patologis penyakit klien.
3.
Potensial
terjadi cidera berhubungan dengan sikap hiperaktif pre operasi.
Diagnosa ini muncul karena saat ini kondisi klien
terutama skrotum yang berhidrokel menunjukkan ciri kulit tipis, mengkilat dan
lebih besar dari skrotum yang normal. Selain itu, klien juga sangat gemar
bermain dan beraktivitas, misal dengan berlari-larian dan melompat-lompat.
C. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada
tinjauan keperawatan, namun pada beberapa diagnosa mengalami perubahan dan
pengurangan intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang muncul
pada klien.
D. IMPLEMENTASI
Semua tindakan yang direncanakan sudah dapat dilaksanakan, akan tetapi tindakan lanjutan
yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang belum teratasi maupun yang
teratasi sebagian belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu.
E. EVALUASI
Pada tahap evaluasi didapatkan keberhasilan asuhan
keperawatan yang mengacu pada kriteria standart. Pada kasus nyata, hasil yang
diharapkan ada yang sesuai dengan evaluasi pada tinjauan teori dan ada beberapa
tambahan yang disesuaikan dengan kriteria standart pada intervensi. Sementara itu
untuk hasil terapi belum dapat di evaluasi karena klien belum menjalani
operasi.
BAB V
PENUTUP
- KESIMPULAN
Setelah dilakukan studi kasus pada klien An. H dengan
hidrokel testis di ruang 15 RSSA Malang, pada tanggal 3-5 Juni 2004 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hidrokel yaitu terkumpulnya cairan diantara lapisan
visceral dan parietal tunika vaginalis.
2.
Pengkajian fisik pada klien dengan hidrokel testis
difokuskan pada organ yang mengalami kelainan yaitu pada daerah genetalia.
3.
Diagnosa keperawatan yang muncul ditentukan dari
kondisi klien saat pengkajian.
4.
Pada rencana tindakan tidak semuanya dapat
diimplementasikan karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien.
5.
Evaluasi secara umum terhadap klien dilakukan setelah
tindakan keperawatan.
- SARAN
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
dapat menyarankan:
1.
Perawat hendaknya melibatkan keluarga dalam melakukan
asuhan keperawatan .
2.
Pendidikan kesehatan pada keluarga klien sangat
dianjurkan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
3.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan agar dapat
dilakukan dengan baik, selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
diperlukan juga kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.
Artikelnya bagus gan.....
ReplyDeletePerkenalkan inilah Cara Mengobati Hidrokel Buah Zakar Besar Sebelah pada Bayi, Balita, Anak, Remaja dan Dewasa Tanpa Operasi yaitu dengan cara mengkonsumsi Herbal AgaricPro Obat Hidrokel Buah Zakar Sebelah, Burut pada Anak Bayi dan Dewasa. Herbal ini aman dikonsumsi oleh semua usia.
Cara Menyembuhkan Hidrokel secara alami dengan Obat Hidrokel, Burut, Buah Zakar Besar Sebelah pada Bayi, Balita, Anak, Remaja dan Dewasa ini paling aman karena herbalnya diramu dari bahan-bahan alami asli indonesia.