Saturday, 23 May 2015

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Hidrokel ialah terkumpulnya cairan diantara lapisan visceral dan parietal tunika vaginalis. Hidrokel paling sering terjadi pada anak laki-laki dan kejadiannya adalah 10-20: 1000 kelahiran hidup. Salah satu hidrokel yang sering terjadi adalah hidrokel congenital yang terjadi karena adanya hubungan terbuka antara rongga abdomen sehingga cairan dari rongga abdomen keluar dan terkumpul diantara lapisan parietal dan lapisan visceral tunika vaginalis. Seringkali seorang ibu datang ke pelayanan kesehatan untuk memerikasakan anaknya karena terjadi keabnormalan yaitu adanya pembesaran skrotum pada genetalia anaknya. Hidrokel testis merupakan kelainan congenital yang terjadi sejak lahir dimana anak mengalami pembesaran skrotum yang abnormal atau tidak sesuai dengan pertambahan usianya. Terapi yang paling tepat adalah dengan operasi pembedahan.
Selama hospitalisasi baik anak maupun keluarga biasanya merasa cemas dan kuatir pada penatalaksanaan terapi yang harus dijalani dan kemungkinan tentang prognosis anaknya. Bahkan seringkali hospitalisasi merupakan stressor tersendiri pada anak dan keluarga. Di sinilah diperlukan peranan perawat untuk meminimalkan terjadinya hal-hal yang dapat memperburuk keadaan anak serta agar anak tidak mengalami trauma karena pernah dirawat di rumah sakit. Dalam hal ini diperlukan kerjasama diantara perawat, keluarga dan tim kesehatan yang  lain untuk mencapai kesembuhan bagi anak.
Dari uraian di atas maka kami tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Pre Operasi Hidrokel Testis di Ruang 15 RSSA Malang.”



  1. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini kami membatasi pembahasan masalah pada klien dengan pre operasi hidrokel testis pada tanggal 3-5 Juni 2004 di ruang 15 RSSA Malang.

  1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu belajar bagaimana melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan hidrokel testis.
2.    Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan pre     operasi hidrokel testis, mahasiswa mampu untuk:
a.    Mengetahui gambaran konkrit klien dengan pre operasi hidrokel testis.
b.   Melakukan pengkajian pada klien dengan pre operasi hidrokel testis.
c.    Merumuskan diagnosa dan intervensi keperawatan pada klien dengan pre operasi hidrokel testis.
d.   Melakukan implementasi pada klien dengan pre operasi hidrokel testis.
e.    Melakukan evaluasi keperawatan berdasarkan kriteria standar





BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  DEFINISI
Hidrokel ialah terkumpulnya cairan di antara lapisan viseral dan parietal tunika vaginalis. Cairan tersebut dapat berupa cairan yang berasal dari rongga abdomen atau cairan hasil produksi dari membran yang berada pada lapisan antara viseral dan parietal dari tunika vaginalis yang berwarna jernih dan berupa cairan transudat.
Dalam artian lain, hidrokel ialah kegagalan obliterasi prosessus vaginalis  bagian proximal dan bagian distal yang mengalami patensi. Hidrokel testis ialah hidrokel dengan tunika vaginalis yang berinsersi di tempat yang sangat tinggi di testis sehingga testis dan epididimis yang semula berada pada daerah ventral kemudian terdorong ke daerah dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar.

C. KLASIFIKASI
Hidrokel testis dibagi menjadi
1. Konginetal
a. Hidrokel Komunikans
ialah hidrokel yang terjadi karena adnya hubungan terbuka antara rongga abdomen dan  kantong kemaluan sehingga cairan dalam rongga abdomen keluar dan terkumpul dalam lapisan antara parietal viseral tunika vaginalis.
b. Hidrokel Non Komunikans
ialah hidrokel yang terjadi karena adanya sejumlah cairan yang terjebak dalam tunika vaginalis sesaat sebelum menutupnya prosessus vaginalis.
2. Non Konginetal
ialah hidrokel yang terjadi karena disesbabkan oleh obstruksi yang mengganggu proses penyerapan cairan transudat membran oleh saluran limfatik sehingga terdapat akumulasi cairan transudat pada lapisan antara parietal dan viseral tunika vaginalis.

D. ETIOLOGI
1. Konginetal
2. Non Konginetal
3. Obstruksi saluran limfatik oleh infeksi filaria yang menyebabkan penyakit kaki gajah
4. Penyebaran atau ekstensi lokal dari kanker prostat dan buli-buli pada golongan lansia
5. Peningkatan produksi cairan transudat membran yang terjadi secara abnormal, biasanya terjadi karena :
a. Kerusakan testis
b. Infeksi spesifik
c. Infeksi nonspesifik
d. Trauma epididimis
e. Radang dan kanker testis
f. Terapi penyinaran

E. TANDA DAN GEJALA
1. Skrotum
a. Skrotum tampak lebih besar dari yang lain
b. Adanya fluktuasi cairan pada skrotum yang berhidrokel
c. Konsistensi skrotum yang kenyal atau lunak, tergantung dari tegangan pada hidrokel
2. Hidrokel
a. Pada palpasi terasa seperti balon yang terisi air
b. Testis akan lebih mudah teraba jika jumlah cairan minimum dan sebaliknya
3. Pemeriksaan Laboratorium
Adanya penerusan cahaya oleh hidrokel pada pemeriksaan transiluminasi , karena :
a. Hidrokel bersifat diaphan (meneruskan cahaya)
b. Hidrokel berisi cairan jernih , straw-colored.

F. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN
1. Jenis hidrokel testis konginetal non komunikans  tidak memerlukan penatalaksanaan yang khusus, karena hidrokel akan diserap dalam kurun waktu satu tahun, jika dalam satu tahun pembesaran skrotum masih ada, maka hal tersebut dimungkinkan bukan hidrokel tetapi melainkan hernia inguinalis total. Pada keadaan ini, operasi dan aspirasi pada hidrokel tidak diindikasikan.
2.  Jenis hidrokel testis konginetal komunikans memerlukan terapi operasi penutupan  kantong hernia, karena hidrokel jenis ini pada umumnya disertai dengan gejala hernia ingunalis tak langsung, dan biasanya “ lubang kantong “ hernia ingunalis tak langsung tidak dapat menutup sendiri secara sempurna.


G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a.    Identitas anak, meliputi nama, usia, alamat, nomer telepon, tempat dan tanggal lahir, tingkat pendidikan dan sumber pendukung lain.
b.   Keluhan utama.
c.    Riwayat penyakit sekarang, digunakan untuk menentukan prioritas utama riwayat penyakit, kapan dan bagaimana terjadinya proses penyakit.
d.   Riwayat kehamilan ibu, kelahiran dan setelah kelahiran.
e.    Riwayat kesehatan yang lalu, meliputi penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, kecelakaan atau injury, alergi dan pengobatan.
f.    Riwayat kesehatan keluarga, adakah anggota keluarga yang menderita kelainan seperti yang dialami oleh klien atau penyakit menular maupun penyakit keturunan.
g.   Riwayat sosial, dimana anak pada tahap tumbuh kembang akan terpengaruh emosionalnya dan merupakan stressor tersendiri bagi anak yang mengalami perubahan lingkungan dari rumah ke rumah sakit.
h.   Pola aktivitas sehari-hari, meliputi pola makan dan minum, pola kebersihan, pola tidur dan istirahat, pola aktivitas dan bermain serta pola eliminasi.
i.     Pengkajian fisik, meliputi keadaan umum anak, tanda-tanda vital, pemeriksaan kepala, mata hidung, telinga, mulut, leher, pemeriksaan dada atau thorax, pemeriksaan abdomen, genetalia.
Pada pemeriksaan genetalia, didapatkan adanya pembesaran pada skrotum akibat adanya penumpukan cairan. Kaji kesimetrisan skrotum dan testis. Pada sistem perkemihan, kaji pola berkemih, frekuensi berkemih, apakah anak menangis saat berkemih.
Lakukan juga pengkajian pada sistem muskuloskeletal, pemeriksaan integumen. Pada hidrokel testis yang pembengkakannya sangat besar, maka integumen di lokasi hidrokel menjadi tegang, tipis dan oedem.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada klien dengan hidrokel testis pre operasi adalah :
a.       Gangguan psikologis cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses patologi terjadinya penyakit.
b.      Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan pembesaran skrotum.
c.       Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan akumulasi hidrokel sebagai media perkembangan kuman dan bakteri.
d.      Resiko terjadi perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan disfungsi organ yang mengalami penekanan oleh hidrokel.
e.       Resiko tinggi terjadinya injury ( cidera ) berhubungan dengan aktivitas berat dan berlebih.
f.       Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan proses terapi berhubungan dengan kurang adekuatnya informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
  1. Gangguan psikologis cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses patologi terjadinya penyakit.
Tujuan :
Mengurangi kecemasan pada anak dan orang tua.
Intervensi :
    1. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya pada anak dan orang tua.
R/ Menumbuhkan rasa saling percaya antara perawat, anak dan orang tua.
    1. Mengajak orang tua dan anak untuk berkomunikasi tentang keadaan anak.
R/ Mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan orang tua dan anak tentang kelainan yang diderita.
    1. Observasi perilaku baik verbal maupun non verbal orang tua dan anak.
R/ Menentukan tingkat kecemasan orang tua dan anak.
    1. Berikan penjelasan tentang proses terjadinya penyakit, perawatan dan pengobatannya.
R/ Informasi yang adekuat akan membuat perasaan orang tua dan anak lebih nyaman dan tenang.
    1. Ikut sertakan orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya.
R/ Orang tua adalah orang terdekat klien sehingga anak bisa menerima keadaannya dan merasa tenang.
    1. Berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan kondisi dan usia anak.
R/ Kecemasan anak akan berkurang karena perhatiannya sudah beralih ke hal-hal yang lebih menyenangkan.
    1. Motivasi orang tua untuk segera mengoperasikan kelainan yang diderita oleh anak.
R/ Operasi adalah tindakan satu-satunya yang dapat mentrembuhkan kelainan pada anak.
  1. Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan pembesaran skrotum.
Tujuan :
Meningkatkan konsep diri citra tubuh yang positif.
Intervensi :
1.      Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya.
R/ Menumbuhkan rasa saling percaya antara perawat dengan klien.
2.      Ajarkan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang pembesaran skrotum.
R/ Anak perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka dapat menerima keadaan dengan efektif.
3.      Libatkan anak dalam perawatan dirinya.
R/ Anak akan lebih menerima keadaan dirinya dan meningkatkan harga dirinya.
4.      Ajarkan pada anak untuk berinteraksi dengan orang lain.
R/ Membantu dalam menghadapi kesulitan berinteraksi dengan orang lain.
5.      Libatkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan.
R/ Orang tua adalah orang terdekat klien sehingga klien bisa menerima keadaan dan merasa tenang.
6.      Tenangkan anak dan orang tua dengan komunikasi terapeutik.
R/ Anak dan orang tua akan merasa lebih tenang dan dapat menerima keadaan.
  1. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan akumulasi hidrokel sebagai media perkembangan kuman dan bakteri.
Tujuan :
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1.      Kaji tanda-tanda infeksi.
R/ Memonitor adanya nyeri atau inflamasi.
2.      Monitor tanda-tanda vital ( TTV ).
R/ Mengetahui adanya peningkatan suhu dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
3.      Jelaskan tentang penyebab dan tanda-tanda infeksi.
R/ Mengetahui penyebab dan tanda infeksi sehingga dapat menghindari faktor terjadinya infeksi.
4.      Motivasi anak agar tidak menahan kencing.
R/ Kandung kemih yang penuh akan menjadi media berkembangnya penyebaran kuman.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
R/ Mencegah penyebaran kuman.
  1. Resiko terjadi perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan disfungsi organ yang mengalami penekanan oleh hidrokel.
Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan masukan atau haluaran urine.
Intervensi :
1.      Kaji pola berkemih klien, seperti aliran urine, catat ukuran dan kekuatannya.
R/ Mengidentifikasi fungsi kandung kemih ( misal: pengosongan kandung kemih, fungsi ginjal, keseimbangan cairan ).
2.      Monitor dan catat waktu serta banyaknya urine.
R/ Mengetahui normalitas berkemih klien.
  1. Resiko tinggi terjadinya injury ( cidera ) berhubungan dengan aktivitas berat dan berlebih.
Tujuan :
Klien terhindar dari terjadinya injury ( cidera ) pada daerah sekitar hidrokel.
Intervensi :
1.      Memonitor aktivitas anak
R/ Mengetahui tingkat aktivitas anak
2.      Meminimalkan atau mengurangi aktivitas anak dengan memberikan mainan yang tidak membutuhkan aktivitas yang berat dan berlebih.
R/ Anak tidak akan melakukan aktivitas yang berat dan berlebihan
3.      Hindarkan klien dari benda-benda, tempat maupun aktivitas yang dapat membahayakan klien.
R/ Menghindarkan klien dari resiko terjadinya injury.
  1. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan proses terapi berhubungan dengan kurang adekuatnya informasi.

Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan perawatannya.
Intervensi :
1.      Menjelaskan kepada anak dan orang tua mengenai penyakit yang diderita oleh anak.
R/ Informasi yang adekuat akan memberikan pengetahuan untuk anak dan orang tua tentang keadaan penyakit sebagai sesuatu yang dapat ditangani.
2.      Menjelaskan tentang tujuan tiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
R/ Memberikan gambaran kepada anak atau orang tua tentang perawatan atau terapi, sehingga keluarga dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
3.      Anjurkan klien untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebelum dilakukan operasi.
R/ Persiapan fisik maupun mental sangat diperlukan untuk kelancaran tindakan operasi.
4.      Anjurkan orang tua untuk mengontrolkan anaknya setelah operasi dilakukan.
R/ Mengetahui perkembangan selanjutnya dan memberikan tindak lanjut untuk perawatannya.

4. EVALUASI                                                                                       
Setelah dilakukan implementasi yang sesuai dengan intervensi, maka diharapkan :
a.    Anak dan orang tua tidak mengalami kecemasan lagi.
b.   Anak tidak mengalami gangguan konsep diri citra tubuh ditandai dengan peningkatan konsep diri citra tubuh yang positif.
c.    Anak tidak akan mengalami infeksi pada sistem perkemihannya.
d.   Anak mampu mempertahankan keseimbangan masukan dan haluaran urine.
e.    Anak tidak akan mengalami cidera akibat aktivitasnya yang berlebihan.
f.    Anak dan orang tua mengerti tentang keadaan penyakit anaknya dan mengetahui perawatannya.
g.   Anak dan orang tua bisa menerima program penanganan dan menjalankan program anjuran dengan tepat.
h.   Anak dan orang tua paham tentang program terapi dan bersedia untuk melakukan perawatan tindak lanjut dan berkunjung ke dokter.







BAB III

TINJAUAN KASUS


A. IDENTITAS DATA
Nama                         : An. MH
Tanggal lahir              : 30 juli 2001
Umur                         : 2 thn 10 bln 9 hr
Nama  Ayah/Ibu        : Tn Harianto/Ny. Mudrikah
Pekerjaan Ayah         : Buruh tani
Pekerjaan Ibu             : Ibu Rumah tangga
Alamat                       : Jl. Masjid patok sukolilo
                                     Rt 24/Rw 09 Wajak, Malang.
Kultur                        : Jawa
Agama                       : Islam
Pendidikan Ortu        : SD
Tanggal Pengkajian   : 3 Juni 2004
No Register               : 0411669
Tanggal MRS            : 28 Mei 2004

B. ALASAN KUNJUNGAN/KELUHAN UTAMA
Skrotum klien sebelah kiri lebih besar dari pada sebelah kanan sejak lahir, dengan  bertambahnya usia. Skrotum sebelah kiri bertambah besar pula hingga pada usia 2tahun 10 bulan 9 hari. Pembesaran skrotum kiri 4 kali skrotum sebelah kanan (sebesar biji kluwak).

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
An. MH lahir pada tanggal 30 juli 2001 dan mempunyai kelainan pada genetalianya yaitu skrotum sebelah kiri lebih besar daripada sebelah kanan. Orang tua klien tidak mengetahui kalau kelainan tersebut dibiarkan terus-menerus akan membesar dan bahaya bagi klien. Orangtua klien baru menyadari sebulan  yang lalu ke dokter kalau kelainan pada anaknya bisa berbahaya  dan membutuhkan tindakan  operas. Orangtua klien membawa klien ke RSUD dr. Saiful Anwar  Malang pada  hari jum’at tanggal  28 Mei 2004 pada pukul  08.41WIB. setelah itu klien ditempatkan diruang 15 menunggu  operasi yang akan dilaksanakan pada hari senin  tanggal 7 Juni 2004.

D. RIWAYAT KEHAMILAN
1.       Prenatal : Pada  trisemester I, ibu klien mengalami mual muntah dan pusing. Selalu memeriksakan kandungannya pada puskesmas terdekat satu bulan sekali . selama hamil ibu mengkonsumsi  gizi yang cukup, minum jamu mulai bulan ke-3 sampai bulan ke-8 cabe puyang dan bulan ke-9 minum jamu gejah.
2.       Natal       : Ibu melahirkan dengan persalinan spontan, dibantu dengan  bidan di pukesmas terdekat. Bayi dilahirkan mempunyai BBL : 3000 gram dan TBL : 46 cm. Bayi yang dilahirkan mempunyai kelainan pada genetalianya yaitu skrotum sebelah kiri lebih besar daripada sebelah kanan , setelah semalam  dipuskesmas, ibu dan bayi dibawa pulang.
3.       Postnatal : setelah lahir, klien diberi ASI dan mendapat makanan tambahan. Pemberian susu dancow sejak berumur ±  13 bulan sampai dengan sekarang dan klien mendapat imunisasi sebanyak 9 kali.

E. RIWAYAT MASA LAMPAU
1.       Penyakit-penyakit waktu kecil
2.       Klien [pernah sakit panas, batuk, pilek dan hanya dibawa ke puskesmas dan posyandu oleh keluarga. Dan sembuh oleh dengan obat-obatan dari dokter puskesmas.
3.       Pernah dirawat di Rumah Sakit
4.       Klien sama sekali  belum pernah  dirawat dirumah sakit.
5.       Obat-obatan
6.       Ibu klien mengatakan saat klien sakit hany diberi paracetamol, obat batuk pilek (tidak tahu namanya) yang diberikan dari puskesmas.
7.       Tindakan (misalnya operasi)
8.       Klien sama sekali belum pernah dilakukan tindakan  operasi.
9.       Alergi
10.   Keluarga maupun klien tidak pernah mengalami alergi baik makanan maupun suhu udara.
11.   Kecelakaan
12.   Klien tidak pernah mengalami kecelakaan yang fatal.
13.   Imunisasi
14.   Klien sudah diimunisasi sebanyak 9 kali antara lain imunisasi BCG, DPT (2kali), Polio (3kali), Hepatitis (3kali), dan campak.

F. RIWAYAT KELUARGA
Orangtua klien mengtakan bahwa tidak ada anggota keluarga lain yang menderita kelainan seperti yang dialami oleh klien, tidak ada yang menderita penyakit keturunan dan penyakit menular.

G. RIWAYAT SOSIAL
1.       Yang mengasuh
2.       Klien diasuh oleh kedua orang tuanya.
3.       Hubungan dengan anggota keluarga
4.       Klien dapat berhubungan baik dengan anggota keluarga, akan tetapi klien masih kurang kurang lancar dalam berkomunikasi.
5.       Hubungan dengan teman sebaya
6.       Klien dapat berhubungan dengan baik dengan teman sebaya , hanya dalam berkomunikasi kurang lancar.
7.       Pembawaan secara umum
8.       Klien terlihat lincah, tidak pendiam, kalau ditanya bisa menjawab tetapi kurang jelas dan kadang terlihat acuh.
9.       Lingkungan rumah
10.   Keluarga klien mengatakn kalau rumahnya bersih, jauh dari keramaian.

G. KEBUTUHAN DASAR
1.       Cairan
SMRS     : air putih, susu, teh (± 3 gelas/± 300cc)
MRS       : air putih, susu, (± 2 gelas/± 200cc)
2.       Makanan
SMRS     : nasi, sayur, lauk, 3X/hari dan buah ± 1 mangkok
MRS       : nasi , sayur, lauk 3X/hari dan buah  nasi 2 sdm, sepotong daging/lauk, dan sdm sayur (tergantung diit RS) pada sore hari klien makan jeli 1 bungkus habis.            
3.       Pola Tidur
SMRS : malam ± 9-10 jam, siang ± 2-3 jam
MRS    : Malam ± 8-9 jam , siang ± 2-3 jam
4.       Mandi
SMRS     : 2X/hari
MRS       : 2X/hari
5.       Aktifitas /Bermain
SMRS     : kadang bermain sendiri, dengan teman sebaya dan dengan keluarga.
MRS       : klien kadang bermain sendiri, bermain denhgan teman sebaya, dengan ibum, perawat dan terlihat sering berlari-lari.
6.       Eliminasi
SMRS     : BAK ± 6X/hari ± 370 ml , BAB 1X/hari
MRS       : BAK ± 6X/hari ± 370 ml, BAB 1X/hari



H. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1.       Diagnosa Medis
Pre Operasi Hidrokel Testis Sinistra
2.       Tindakan Operasi
Operasi hidrokelektomi (direncanakan hari senin tanggal 7 Juni 2004)
3.       Status Nutrisi
BB: 10 Kg, lemak subkutan tipis, makan ± 2 sdm nasi, sepotong daging, 2 sdm sayur dan buah, limgkar lengan 15 cm.
4.       Status Cairan
Klien minum ± 2 gelas ± 200cc dengan dot, terkadang minum air putih, turgor kulit normal (kembali < 2detik)
5.       Obat-obatan
Sampai saat ini klien belum diberi obat
6.       Aktifitas
Klien terlihat bermain sendiri, bermain dengan teman sebaya, orang tua (ibu), perawat. Klien terlihat sering berlari-lari, klien dapat makian sendiri dengan tangan (dipuluk : jawa).
7.       Tindakan Keperawatan  -
8.       X-ray
Terdpat transluminasi  (+), cioran tembus cahaya.
9.       Lain-lain
Sebelum MRS klien hanya rawat jalan  (± 1 bulan)

H. PEMERIKSAAN FISIK
1.       Keadaan Umum  : Compos Metis
PDS (4,3,4)
Membuka mata spontan (4)
Respon verbal menggunakan vocal sounds (3)
Respon motor adanya lokalisasi nyeri (4)

2.       Tanda Vital
TD : 90/70mmHg                 RR : 26x/menit                        BB : 10 Kg
Nadi : 80X/menit                 Suhu : 36 o C                           TB : 78 Cm
3.       Pemeriksaan kepala leher
Bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada benjolan, lingkar kepala 48 Cm, kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata, rambjut lurus berwarna hitam, konjungtiva tidak anemis, mulut bersih, gigi bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
4.       Pemeriksaan integumen
Kulit halus, bersih, berwarna sawo matang, lemak subkutan tipis, turgor kulit normal (kembali < 2 detik).
5.       Dada dan thorak
Bentuk dada normal  chest, tidak ada whezing,  tidak ada ronchi, tidak terdapat retraksi interkostal.
Tidak ada pembesaran jantung, murmur tidak ada, BJ I, BJ II, jelas dan BJ III dan BJ IV tidak ada.
6.       Payudara -
7.       Abdomen
Perut buncit, tidak terdapat acites, tidak terdapat hematomegali, dan splenomegali, perkusi timpani, bising usus 8x/menit
8.      Genetalia
Pada skrotum sebelah kiri tampak 4 kali lebih besar dari skrotum kanan (sebesar biji kluwak), belum disrkumsisi, kelainan ini sudah ada sejak lahir, tidak ada peradangan  kulit bersih, tidak nyeri, konsisitensi / palpasi hidrokel kenyal. Benjolan  tampak naik ketika klien menangis.
9.      

Kekuatan otot                       
 
Ektremitas
Reflek patologi tidak ada                                                    5    5
Reflek fisiologis ada                                                            5     5


I. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1.      Motor kasar
Tidak terdapat kegagalan / normal
2.      Motor halus
Tidak terdapat kegagalan / normal
3.      Adaptasi sosial
Tidak terdapat kegagalan / normal
4.      Bahasa
Secara umum normal

J. INFORMASI LAIN
Keluarga klien baru menyadari ± sebulan yang lalu bahwa klien mempunyai kelainan pada daerah genetalianya dan harus dioperasi . keluarga klien cemas dan menanyakan kapan opreasi dilakukan dan masih menunggu operasi.
















G. ANALISA DATA

Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

No.
DATA PENUNJANG
MASALAH
KEMUNGKINAN PENYEBAB
1.
DS :
Ibu mengatakan bahwa ia merasa cemas dengan operasi yang akan dijalani anaknya, dan ia sering bertanya kepada dokter kapan operasi anaknya dapat dilaksanakan
DO :
Klien tampak gelisah
Skala ansietas 4-6
Ansietas sedang
Kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-Ops
2.
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa ia tahu bahwa bagian alat kelamin anaknya besar sebelah sejak lahir dan makin membesar sampai sekarang
Ibu klien menganggap bahwa penyebab bagian alat kelamin anaknya yang membesar adalah cairan urin
DO :
Skrotum kiri klien tampak lebih besar (4 X) dari bagian kanan, bentuk seperti buah kluwak, diameter + 6 cm











Kurang  pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi
Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi oleh petugas kesehatan
3.
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sangat banyak bergerak dan tak mau diam meskipun berada di RS
DO :
Klien sangat senang bermain (berlari dan melompat-lompat) dan sangat lincah
Keadaan hidrokel skrotum kiri lebih besar 4X dari yang kanan, kulit skrotum tampak tipis dan mengkilat
Potensial terjadi cedera
Sikap Hiperaktif Pre-Ops











H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

1. Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops
2. Kurang  pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi berhubungan dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi oleh petugas kesehatan
3. Potensial terjadi cedera berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops


















I. DAFTAR MASALAH

Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

No.
Dx.
TANGGAL MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL TERATASI
1.
3 Juni 2004
Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops

2.
3 Juni 2004
Kurang  pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi berhubungan dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi oleh petugas kesehatan

3.
3 Juni 2004
Potensial terjadi cedera berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops
















J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

TANGGAL
No.
Dx.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
KRETERIA STANDART
INTERVENSI
RASIONAL
3 Juni 2004
1.
Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan tingkat kecemasan klien berkurang
Kreteria Standart :
Ibu klien mengatakan tingkat kecemasan menurun setelah dilakukan penyuluhan


1. Bina hubungan saling percaya


2. Evaluasi tingkat kecemasan dan catat respon verbal/Nonverbal orang tua klien
3. Motivasi klien agar bersedia mengungkapkan rasa gelisahnya

4. Berikan informasi mengenai penyakit dan perawatan pre-ops
1. Rasa percaya klien pada perawat membantu kelancaran proses keperawatan
2. Kecemasan terjadi karena kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops

3. Ungkapan verbal secara tidak langsung mengurangi tingkat kecemasan klien
4. Informasi yang adekuat membantu menurunkan tingkat kecemasan
3 Juni 2004
2.
Kurang  pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi berhubungan dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi oleh petugas kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan orang tua klien mengetahui tentang kondisi penyakit yang diderita oleh klien, prognosis, dan tindakan terapi .
Kreteria Standart :
Orang tua Klien mampu menyebutkan kondisi penyakit yang diderita oleh klien, prognosis, dan tindakan terapi
1. Kaji tingkat pemahaman orang tua klien terhadap kondisi, prognosis, dan tindakan terapi
2. Tinjau ulang patologis khusus dan antisipasi prosedur pembedahan
3. Gunakan sumber-sumber bahan pengkajian
4. Melaksanakan program pengajaran pre-operasi (pembatasan urinarius dan usus, diet, dan perubahan aktivitas)
5. Informasikan pada orang tua klien tentang rencan operasi
1. Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi
2. Sediakan pengetahuan beradasarkan hal dimana orangtua klien dapat menentukan pilihan terapi dan berdasarkan informasi dan setuju mengikuti prosedur
3. Membantu klien dalam belajar
4. Peningkatan pemahaman orang tua klien memungkinkan kelancaran perawatan mandiri oleh klien dan keluarga
5. Orang tua klien mendapatkan informasi logistik mengenai jadwal operasi 
3 Juni 2004
3.
Potensial terjadi cedera berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan orang tua klien mampu untuk mengkondisikan klien agar cedera tidak dapat terjadi
Kreteria Standart :
Orang tua klien mampu untuk memberikan alternatif permainan yang dapat mengurangi aktivitas motoriknya
1. Observasi tingkat aktivitas motorik klien

2. Motivasi orang tua untuk memberikan permainan yang dapat meminimalkan  aktivitas motoriknya (menyusun kubus, menggambar)
3. Bantu orang tua klien dalam menyediakan permainan alternatif bagi klien

4.  Berikan variasi permainan ketika klien terlihat jenuh dengan permainan yang ada.
1. Tingkat aktivitas motorik klien menentukan derajat hiperaktif klien
2.  Peran orang tua sangt penting dalam proses bermain anak



3. Contoh dari perawat mempermudah orang tua untuk mengarahkan permainan klien
4. Variasi permainan mencegah kebosanan dan mestimuli daya kreasi klien.



K. CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

No.
Tanggal
No. Dx.
IMPLEMTASI
TTD
1.
3 Juni 2004
1.





2.

3.
1. Membina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarganya
2. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua klien
3. Mengobservasi respon verbal dan non verbal klien
4. Memotivasi orang tua mengungkapkan kegelisahan.

Mengkaji tingkat pemahaman orang tua klien.

1. Mengobservasi tingkat aktivitas motorik klien
2. Memberikan anjuran pada orang tua untuk memberikan alat permainan pada klien.

2.
4 Juni 2004
1.




2.



3.
1. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua klien
2.  Mengobservasi respon verbal dan non verbal klien
3. Menginformasikan pada keluarga klien tentang penyakit klien.

1.  Mengkaji ulang tingkat pemahaman orang tua klien
2.  Meluruskan kembali pemahaman tentang penyakit klien.

1. Menyediakan lingkungan yang menyenangkan bagi klien untuk bermian
2. Memberikan contoh permainan pada orangtua klien.

3.
5 Juni 2004
1.




2.




3.
1. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua klien
2.  Mengobservasi respon verbal dan non verbal klien
3. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dan perawatan klien.

1. Mengkaji pemahaman orang tua klien tentang informasi yang telah diberikan
2. menjawab pertanyaan orangtua klien tentang perawatan pra oprasi.

1. Melakukan terapi bermain pada anak dengan menggunakan media buku gambar dan kubus mainan
2. Menganjurkan pada orang tua klien untuk tetap mempertahankan kondisi klien yaitu meminimalkan gerak motoriknya.




L. EVALUASI

Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

1. Formatif
No. Dx.
3 Juni 2004
4 Juni 2004
5 Juni 2004
1.
S  : Orang tua klien mengatakan bahwa ia tak sabar untuk menunggu jadwal operasi


O  : Klien tampak gelisah, skala ansietas 4-6
A  : Masalah belum teratasi
P  : Lanjutkan intervensi
S  : Ibu klien mengatakan akan tetap berusaha untuk mengusahakan agar anak sembuh dan pasrah terhadap apapun hasil operasi

O : -
A : Masalah teratasi sebagian 
P : Lanjutkan intervensi
S : Ibu klien mengatakan khawatir terhadap aktivitas anaknya yang hiperaktif  dapat mempengaruhi penyakit anaknya
O : -
A : Masalah teratasi sebagian 
P : Lanjutkan intervensi
2.
S  : Ibu klien mengatakan bahwa penyakit anaknya ada sejak lahir dan semakin membesar, belaiu tak mengetahui sebabnya


O : -
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S  : Ibu klien mengatakan bahwa beliau mengetahui penyakit anaknya yaitu terdapat cairan urin dan lemak pada skrotum yang membesar


O : -
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S : Ibu klien mengatakan ia mengetahui penyakit anaknya, tetapi ia tidak mengetahui prognosa selanjutnya dan tindakan apa yang akan dilakukan kepada anaknya
O : -
A : Masalah teratasi sebagian 
P : Lanjutkan intervensi
3.
S  : Ibu klien mengatakan bahwa anak sangat aktif, berlari-lari dan melompat- lompat



O : Klien tampak tidak bisa diam, berlari-larian dan melompat-lompat




A   : Masalah teratasi sebagian 
P   : Lanjutkan intervensi
S : Ibu klien mengatakan bahwa ia kesulitan menentukan permainan yang tepat bagi anaknya dan kemudian memberikan kertas dan alat tulis pada anaknya  

O : Klien tampak hanya mencorat-coret kertas dengan alat gambar




A   : Masalah teratasi sebagian 
P   : Lanjutkan intervensi
S : Ibu klien mengatakan bahwa ia kurang sabar untuk menemani klien untuk bermain di atas tempat tidur, ia lebih menyukai menggendong anaknya
O: Klien tampak tidak suka digendong, ia lebih suka bermain
Klien tampak suka ketika dijak bermain permainan yang baru yaitu menyusun kubus dan rumah-rumahan
A   : Masalah teratasi sebagian 
P   : Lanjutkan intervensi







2. Sumatif
Nama Pasien : An. Hr.
Usia               : 2 Tahun 10 Bulan 9 Hari
No. Register  : 0411669

Klien MRS pada tanggal 28 Mei 2004, dan pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Juni 2004 dengan diagnosa yang muncul terdiri dari :
a. Dua buah diagnosa aktual yang terdiri dari :
 1.) Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan Pre-ops
2.) Kurang  pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan terapi berhubungan dengan Inadekuatnya informasi mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan terapi oleh petugas kesehatan
b. Sebuah diagnosa potensial yaitu :
Potensial terjadi cedera berhubungan dengan Sikap Hiperaktif Pre-Ops
Dengan analisa data pada diagnosa aktual masalah belum teratasi dan pada diagnosa potensial masalah telah teratasi sebagian.
Pada hari kedua pengkajian, diagnosa yang muncul tetap dan tidak ada perubahan. Analisa data didapatkan diagnosa aktual pertama dan diagnosa potensial adalah masalah yang ada hanya teratasi sebagian. Untuk analisa data pada diagnosa aktual kedua, didapatkan masalah masih belum teratasi.
Pada hari ketiga pengkajian, diagnosa yang ada tidak berubah dan tidak muncul diagnosa baru. Analisa data akhir untuk semua jenis diagnosa adalah masalah telah teratasi sebagian. Tindakan perawatan selanjutnya diserahkan kepada perawat ruangan.  







BAB IV
PEMBAHASAN

            Asuhan keperawatan pada An. H dengan pre operasi hidrokel testis yang telah dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2004, dalam kenyataannya ditemukan beberapa kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Adapun kesenjangan tersebut antara lain:

A.   PENGKAJIAN
Pada tinjauan teori, pengkajian klien dengan hidrokel ditekankan pada pengkajian genetalia. Pada tinjauan kasus, pengkajian genetalia klien dengan hidrokel testis ditemui beberapa tanda yang sesuai dengan teori misalnya adanya pembesaran skrotum, transiluminasi positif, konsistensi hidrokel kenyal atau lunak. Adanya nyeri tekan pada tinjauan teori tetapi pada tinjauan kasus klien tidak merasakan nyeri tekan. Sedangkan pada pengkajian psikososial , tinjauan kasus menjelaskan adanya tambahan pengkajian psikososial keluarga karena klien masih berumur di bawah lima tahun dan masih berada pada perlindungan keluarga.

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori, tidak semuanya muncul pada An. H Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian An. Hr. tidak menunjukkan respon yang dapat memunculkan diagnosa seperti pada tinjauan teori.
Berikut adalah diagnosa pada tinjauan teori yang tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu :
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perangsangan syaraf atau reseptor nyeri dampak dari proses desak ruang oleh hidrokel .
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat pengkajian, klien An. H tidak menunjukkan respon nyeri saat beraktivitas maupun saat berkemih yang diucapkan secara verbal oleh klien, dilihat dari raut wajah ketika berkemih dan data sekunder dari keluarga ( ibu ) klien yang mengatakan bahwa An. H tidak mengeluh apa-apa tentang kondisinya terutama ketika berkemih.
2.      Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan pembesaran skrotum
Diagnosa ini tidak diangkat karena An. H sebagai klien tidak terganggu untuk beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena kondisinya tersebut. Ia sangat lincah dan sering mengajak bermain perawat yang ada. Data sekunder menunjukkan bahwa ibunya mengatakan beliau membawa An. H untuk berobat sebagai langkah antisipasi jika nantinya An. H sudah besar maka ia tidak akan minder karena memiliki kelainan.
3.      Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan akumulasi hidrokel sebagai media perkembangan kuman atau bakteri.
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat pengkajian tidak ditemukan beberapa tanda dan gejala yang mengarah pada suatu keadaan infeksi seperti : kenaikan suhu tubuh, kenaikan tekanan darah, nadi, respirasi maupun respon kejang.
4.       Resiko terjadi perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan disfungsi organ yang mengalami penekanan oleh hidrokel.
Diagnosa ini tidak muncul saat pengkajian karena tidak didapatkan data-data yang menunjang terjadinya hambatan dalam proses berkemih seperti rasa nyeri, konsistensi urine abnormal, jumlah urine dan pancaran aliran urine.
5.      Resiko terjadinya gangguan reproduksi berhubungan dengan disfungsi organ genetalia.
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat ini An. H masih berusia di bawah lima tahun yang dimana fase kepuasaan seksual tidak diperoleh dari organ genetalia.

Sedangkan beberapa diagnosa yang muncul pada An. H adalah sebagai berikut:
1.        Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan pre operasi.
Diagnosa ini muncul karena respon keluarga terhadap proses perawatan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa respon verbal keluarga klien yang menunjukkan maksud bahwa keluarga khawatir akan proses terapi atau operasi pada anaknya.
2.        Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang adequatnya informasi dari petugas kesehatan.
Diagnosa ini muncul karena reson keluarga terhadap An. H ketika diberikan Health Education oleh perawat keluarga tampak sudah mengerti walaupun hanya sedikit dan beberapa di dalamnya masih terdapat salah pengertian mengenai patologis penyakit klien.
3.        Potensial terjadi cidera berhubungan dengan sikap hiperaktif pre operasi.
Diagnosa ini muncul karena saat ini kondisi klien terutama skrotum yang berhidrokel menunjukkan ciri kulit tipis, mengkilat dan lebih besar dari skrotum yang normal. Selain itu, klien juga sangat gemar bermain dan beraktivitas, misal dengan berlari-larian dan melompat-lompat.

C.   INTERVENSI
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada tinjauan keperawatan, namun pada beberapa diagnosa mengalami perubahan dan pengurangan intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang muncul pada klien.

D.   IMPLEMENTASI
Semua tindakan yang direncanakan sudah dapat  dilaksanakan, akan tetapi tindakan lanjutan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang belum teratasi maupun yang teratasi sebagian belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu.
E.   EVALUASI
Pada tahap evaluasi didapatkan keberhasilan asuhan keperawatan yang mengacu pada kriteria standart. Pada kasus nyata, hasil yang diharapkan ada yang sesuai dengan evaluasi pada tinjauan teori dan ada beberapa tambahan yang disesuaikan dengan kriteria standart pada intervensi. Sementara itu untuk hasil terapi belum dapat di evaluasi karena klien belum menjalani operasi.




BAB V
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Setelah dilakukan studi kasus pada klien An. H dengan hidrokel testis di ruang 15 RSSA Malang, pada tanggal 3-5 Juni 2004 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Hidrokel yaitu terkumpulnya cairan diantara lapisan visceral dan parietal tunika vaginalis.
2.    Pengkajian fisik pada klien dengan hidrokel testis difokuskan pada organ yang mengalami kelainan yaitu pada daerah genetalia.
3.    Diagnosa keperawatan yang muncul ditentukan dari kondisi klien saat pengkajian.
4.    Pada rencana tindakan tidak semuanya dapat diimplementasikan karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien.
5.    Evaluasi secara umum terhadap klien dilakukan setelah tindakan keperawatan.

  1. SARAN
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis dapat menyarankan:
1.    Perawat hendaknya melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan .
2.    Pendidikan kesehatan pada keluarga klien sangat dianjurkan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

3.    Dalam melaksanakan tindakan keperawatan agar dapat dilakukan dengan baik, selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi, diperlukan juga kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.

1 comment:

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget