Thursday, 21 May 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Dalam melakukan olahraga fisik, harus dilakukan secara teratur yaitu sebuah intensitas yang sesuai, durasi dan frekuensi yang teratur. Intensitas olahraga harus semakin meningkat seiring seiring meningkatkan kinerja utuk mencapai hasil yang optimal. Namun, beban kerja atau olahraganya harus tetap berhubungan dengankebugaran dan kekuatan individu. Olahraga yang teratur akan membuat penurunan terhadap resting heart rate, meningkatkan ukuran jantung dan diding jantung.
Dalam sebuah latihan olahraga professional maupun pemula sangat dibutuhkan dayatahan tubuh dan kekuatan. Disamping dari beberapa unsure lainnya seperti kecepatan, kelincahan kelentukan dan lain sebagainya sebagai penunjang kondisi fisik.
Daya tahan (endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan intensitas tertentu dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa kelelahan yng berlebihan. Daya tahan tebagi atas, daya tahan umum dan daya tahan khusus. Kekuatan (strength) diartikan sebagai kemampuan dalan menggunakan gaya dalam bentuk mengankat atau menahan suatu beban. Jadi dayatahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengatasai atau mempertahankan kelelahan yang disebabkan pembebanan kekuatan dalam waktu yang relatif lama.
Olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin. Kosasih (1985:9) mengemukakan bahwa olahraga ialah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada tiap manusia. Setiap cabang olahraga memerlukan status kondisi fisik bervariasi perbedaanya satu sama lain. Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dipisahkan begitu saja,baik pemeliharaannya.
Komponen- komponen dalam kondisi fisik meliputi: kekutan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi keseimbangan ketepatan dan reaksi. Untuk mendapatkan kondisi disik yang baik maka diperlukan latihan. Latihan-latihan kondisi fisik yang diberikan harus dapat mengembangkan kemampuan kondisi fisik umum dan khusus sesuai dengan kebutuhan olahraga yang diperlukan. Pembentukan kondisi fisik yang diperlukan memerlukan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan dengan perencanaan latihan yang terarah dan sistematis.
Prestasi olahraga adalah tindakan sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor, kondisi dan pengaruh-pengaruh lain. Menurut Martin (dalam Furqon, 1995: 5-6), Faktor yang mempengaruhi latihan sebagai berikut:
1)      Keterampilan dan teknik-teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai dan dimantapkan (diotomatisasikan).
2)      Kemampuan – kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan latihan penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan koordinasi.
3)      Tingkah laku yang memadai untuk  situasi sportif tertentu, misalnya perubahan kompetitif dan kondisi-kondisi latihan, stress, kelelahan dan sebagainya.
4)      Pengembangan strategi.
5)      Kualitas tingkah laku afektif, kognitif dan sosial. Faktor –faktor di atas merupakan berasal dari dalam (Inner faktor) yang kurang lebih bisa dipengaruhi dengan latihan.
Dari berbagai komponen  kondisi fisik diatas permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya mengenai salah satu komponen kondisi fisik yakni koordinasi khususnya mengenai metode dan isi latihan koordinasi.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan makalah ini dapat di peroleh rumusan masalah sebagai berikut
1.      Apa Penertian Daya Tahan?
2.      Apa Pengertian Koordinasi?
1.3 TUJUAN 
Dari pembahasan makalah ini dapat di peroleh tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Pengertian Daya Tahan.
2.      Dapat menjelaskan Koordinasi.
I.4  MANFAAT
   Dari pembahasan makalah ini dapat di peroleh manfaat sebagai berikut:
1.      Pembaca dapat menjelaskan Daya Tahan.
2.      Pembaca dapat menjelaskan Jenis-jenis Koordinasi.



                                                                BAB II
                                                       PEMBAHASAN

2.1  DAYA TAHAN
Pengertian daya tahan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu tertentu, sedang pengertian dayatahan dari system energy adalah kemampuan kerja organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. Istilah ketahanan atau daya tahan dalam dunia olahraga dikenal sebagai kemampuan peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan selama berlangsungnya aktivitas atau kerja.latihan daya tahan dipengaruhi dan berdampak pada kualitas system kardiovaskuler, pernapasan dan system peredaran darah. Oleh karana itu factor yang berpengaruh terhadap daya tahan adalah kemampuan maksimal dalam memenuhi komsumsi oksigen yang ditandai dengan VO2max. 
Komponen biomotorik daya pada umumnya digunakan sebagai salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani (physical fitness) olahragawan. Kebugaran jasmani adalah suatu keadaaan kemampuan peralatan tubuh yang dapat memelihara keseimbangan tersedianya energy sebelum, selama, dan sesudah aktivitas kerja berlangsung. Hubungan antara daya dan kinerja (penampilan) fisik olahragawan diantaranya adalah:
1.      Kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja secara terus menerus dengan intensitas yang tinggi dan dalam jangka waktu lama.
2.      Kemampuan untuk memperpendek waktu pemulihan (recovery), terutama pada cabang olahraga pertandingan dan permainan.
3.      Kemampuan untuk menerima beban latihan yang lebih berat, lebih lama, dan bervariasi.
Dengan demikian olahragawan yang memiliki daya tahan baik akan mendapatkan keuntungan selama bertanding, diantaranya, mampu:
1.      Menentukan irama dan pola permainan,
2.      Memelihara atau mengubah irama dan pola permainan sesuai yang diinginkan, dan
3.      Berjuang secara ulet dan tidak mudah menyerah selama bertanding.
Pengertian daya tahan adalah seorang atlet yang mampu untuk mengatasi kelelahan pada organisme tubuh selama melakukan kegiatan tersebut ( Josef Nossek. 1982.48) dan ini dapat diadaftasi melalui kegiatan latihan, baik untuk daya tahan an-aerobik maupun aerobic. Terutama pada an aerobic power yaitu kemampuan untuk menghasilkan energi dari ATP.PC atau system atau lactic acid system (Davis Demien Davis, Tom Kimmet & Margaret auty, 1998:56)  Cara peningkatannya harus diakitkan dengan metode dan sistim suplai energi., menyatakan bahwa dalam melakukan kegiatan latihan harus berpedoman pada intensitas latihan yaitu:
1.      Intensistas sub kritis, yaitu jika kecepatan berkurang dengan pengeluaran energi yang rendah serta tuntutan 02 di bawah dari kemampuan tenaga aerobik atlet. Suplai 02sesuai dengan kebutuhan fisyiologi sehingga hasil kerja di bawah kondisi yang ada.
2.      Intensistas kritis, jika kecepatan dinaikan dan tuntutan 02 mencapai kemampuan suplai 02 Bentuk intensitas kritis berada pada zona an-aerobik threshold sehingga kecepatan sesuai dengan kesanggupan respirasi atlet.
3.      Intensitas supra kritis jika kecepatan berkenaan dengan macam aktivitas yang dilakukan di atas dari kecepatan yang kritis. Hasil kerja sesuai dengan tuntutan 02yang selalu cepat meningkat dari hasil kecepatan.

A.     Parameter Latihan Daya Tahan Aerobik
Ambang batas fisiologis dan sistim tubuh dalam aktivitas aerobik meningkat dan lebih efisien dalam perkembangannya, Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan latihan secara terus menerus selama 15 sampai dengan 60 menit dengan beban 75 sampai dengan 85 % maximum dan dilakukan 4 kali setiap minggunya (Davis Demien Davis, Tom Kimmet & Margaret auty,1998.165). Tetapi jika latihan dengan itensistas rendah harus dilakukan dengan dengan waktu yang lama. Jika aktivitas diteruskan secara kontinu serta dapat menjaga suplai 02 biasanya akan dapat melakukan kerja dengan waktu yang lama. Tetapi tidak lebih dari waktu 10 sampai dengan 12 menit, kecuali bagi atlet yang terlatih tinggi, dengan menjaga tingkat kritis selama 1 sampai 2 jam dan denyut nadi berkisar 150 sampai dengan 166/ menit.
Pengembangan latihan dapat dilakukan dengan
 (1) Intensitas sekitar 70 % dan kecepatan maksimal intensitas dapat diukur dengan menggunakan jarak/ waktu yang dihasilkan dalam kecepatan dan waktu, dalam meter/detik. Denyut nadi 140 sampai dengan 164/menit. Jika rangsangan latihan tidak menyentuh di atas dnyut nadi 130 maka kapasitas aerobik tidak akan meningkat.
(2) duration, lamanya waktu latihan sekitar 60 sampai dengan 90 detik untuk peningkatan daya tahan an-aerobik. Hal tersebut sebagi komponen penting dalam permulaan perlombbaan terutama pada nomor-nomor lari cabang olahraga atletik. Latihan tersebut dapat dilakukan dengan ulangan 3 kali 10 menit untuk peningkatan daya tahan aerobik, tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik dari cabang olahraga dan tingkat kebutuhan atlet.
(3) interval, waktu istirahat terganting dari rangsangan kerja, menurut (Reindel dkk, 1962) antara 45 sampai dengan 90 detik untuk daya tahan aerobik dengan waktu tidak melebihi 3 – 4 menit . sebab selama istirahat panjang pembuluh darah kapiler akan menyusut, sedangkan pada kerja pertama aliran darah terbatas (Hoillman-1959).
(4) aktivitas selama waktu istirahat secara normal intensitas sangat rendah hal tersebut dilakukan untuk merangsang penyembuhan/penguatan secar biologis bagi seorang atlet yang terlatih dapat dilakukan melalui jogging.
(5) jumlah pengulangan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis atlet dengan kesetabilan konsumsi 02pada tingkat yang tinggi, dan jika kebutuhan energi yang tidak sesuai dengan sisstim aerobik maka secara konsekwensinya akan manjadi penggunaan an-aerobik yang cepat melelahkan. Untuk itu denyut nandi dapat dijadikan sebagai patokan dalam faktor kelelahan, karena dengan kelelahan denyut nadi akan meninggi, jika denyut nadi di atas 180/menit maka akan tercapai kelelahan yang tinggi dimana kinerja jantung dalam kontraksi menjadi berkurang dalam membagikan 02 ke otot yang bekerja. Untuk itu kegiatan latihan harus dihentikan, bila diteruskan akan menimbulkan gangguan dan masalah pada otot, bahkan akan menimbulkan cedra baik pada otot itu sendiri maupun pada faal lainnya seperti pada jantung sebagai pemompa darah untuk membawah keperluan tubuh, termasuk 02 sebagai bahan oksidasi dalam pembentukan energi atau tenaga.

B.     Parameter Latihan untuk Daya Tahan An-aerobic
Kebanyakan pengembangan daya tahan an-aerobok dapat dilakukan secara alami pada olahraga siklik dalam kegiatan dengan intensitas tinggi (Jack H.Wilmore & David L.Costill, 1993: 153). Daya tahan an aerobic kebanyakan khusus untuk olahraga tim (Bompa, 1999: 149) Kegiatan latihan yang dapat dilakukan untuk pengembangan daya tahan an-aerobic sebagai berikut: 
1)      intensitas dapat dilakukan secara bervariasi antara sub maksimal sampai batas maksimal. Untuk melakukan latihan daya tahan an-aerobik digunakan itensitas 90-95 % dan maksimal.
2)      lamanya latihan dapat dilakukan selama 5-120 detik tergantung dari intensitas yang digunakan.
3)       interval, waktu istirahat setelah melakukan intensitas tinggi diperlukan waktu cukup lama, untuk  mengisi atau memulihkan utang 02 lamanya waktu pemulihan antara 2-10 menit, dengan pengulangan 4-6 istirahat diperlukan waktu antara 6-10 menit Hal ini penting agar jangan sampai terjadi penumpukan asam laktat. 
4)      Aktivitas selama waktu istirahat harus rileks dengan istirahat total. 
5)      Jumlah pengulangan harus pendek dalam pengembangan kapasitas an-aerobic dan jangan terlalu banyak pengulangan karena akan terjadi penimbunan asam laktat.
1.      Daya Tahan Otot
Daya tahan dan kekuatan otot dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan beban. Pada prinsipnya, yang membedakan di antara keduanya adalah banyaknya pengulangan yang harus dilakukan dalam setiap set latihan. Latihan daya tahan otot dilakukan dengan cara melakukan pengulangan maksimal sebanyak 20–25 kali. Sementara itu, latihan untuk kekuatan otot dilakukan dengan cara melakukan pengulangan sebanyak 8–12 repetisi maksimal (RM).
Latihan yang dilakukan harus sesuai dengan bagian  otot yang akan ditingkatkan daya tahannya. Misalnya, otot lengan ditingkatkan daya tahannya dengan melakukan push up, otot perut dengan sit up, otot punggung dengan back up, dan otot tungkai dengan squat, semuanya dilakukan sebanyak 20–25 RM.
Untuk latihan daya tahan otot dapat pula digunakan alat seperti barbel sebagai beban latihan. Berikut ini merupakan contoh-contoh gerakan yang dapat melatih daya tahan otot dengan menggunakan barbel.

a.        Press
Gerakan ini dilakukan dengan beban di pundak, lalu didorong ke atas sehingga lengan lurus. Kemudian, kembalikan beban ke pundak. Kaki lurus dan dibuka selebar bahu. Variasi latihan dapat dilakukan dengan meletakkan beban di depan dada atau sambil duduk

Gerakan  bench press dilakukan dengan cara berbaring di atas bangku, sementara beban berada di atas dada. Dorong beban tegak lurus ke atas hingga lengan lurus. 

c.       Curl
Latihan ini dilakukan dengan sikap berdiri tegak. Lengan ke bawah sambil memegang beban dengan telapak tangan menghadap ke depan. Angkat beban dengan cara membengkokkan siku ke atas.

d.       Step Up
Latihan step up dilakukan dengan cara naik turun bangku sambil membawa beban di pundak.

2.        Daya Tahan Jantung-Paru
Beberapa bentuk latihan yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan jantung-paru, antara lain fartlek, latihan interval, lari jarak jauh, berenang jarak jauh, dan cross country.
·         Fartlek (speed play) adalah latihan yang dilakukan di alam terbuka dengan suasana alam yang tidak membosankan. Kondisi alam yang dipilih adalah kondisi alam yang berbukit-bukit, mempunyai semak belukar, atau berpasir. Ketika melakukan fartlek, pelaku dapat melakukan latihan sambil menikmati suasana alam.
·         Latihan interval (interval training) adalah latihan yang dilakukan dengan diselingi   interval istirahat untuk menghadapi latihan berikutnya. Misalnya, untuk latihan dasar dengan cara berlari sejauh 2.000 meter, dilakukan dengan membagi-bagi jarak tempuh berlari. Pembagian jarak tempuh dapat dibuat sebanyak 10 × 200 meter dengan waktu masing-masing 45 detik. Istirahat untuk setiap pengulangan adalah 3 menit.
·         Lari jarak jauh (long running) sebaiknya dilakukan di tempat yang suasana  alamnya masih alami sehingga polusi udaranya masih sedikit. Walaupun demikian, lari jarak jauh dapat dilakukan di jalan raya pada pagi hari ketika udara masih segar.
·         Renang jarak jauh (long swimming), dilakukan dengan cara menetapkan target waktu atau jarak tempuh sesuai dengan lebar atau panjang kolam renang yang digunakan. Selain itu, latihan ini dapat juga dilakukan di sebuah sungai yang luas dan panjang atau bahkan di laut.
·         Cross country dilakukan di alam terbuka yang masih alami, seperti melalui pegunungan, perbukitan, persawahan, perkebunan, dan hutan.

2.2  KOORDINASI
Latihan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan semakin hari semakin meningkat dengan program-program  yang teratur untuk mencapai tujuan tertentu. Singgih  (1996:5) mengemukakan latihan  latihan adalah usaha yang sistematik dengan prinsip paedagogik untuk memunculkan bakat yang dimiliki sebagai atlet atau melatih kemampuan secara bertahap dengan prinsip dasar peningkatan.
Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks (Harsono, 1988). Menurut Bompa (1994) koordinasi erat kaitannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan. Oleh karena itu, bentuk latihan koordinasi harus dirancang dan disesuaikan dengan unsur-unsur kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan.
Koordinasi (coordination) merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang relatif sulit didefenisikan secara tepat karena fungsinya sangat terkait dengan elemen–elemen kondisi fisik yang lain dan sangat ditentukan  oleh kemampuan siswa( Syafruddin,2011:118-119). Koordinasi adalah kemampuan untuk berulang kali mengeksekusi urutan gerakan lancar dan akurat. Ini mungkin melibatkan indra, kontraksi otot dan gerakan sendi (MacKenzie, B.,2008)
Koordinasi (coordination), adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam bermain tenis; seorang pemain akan kelihatan mempunyai koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak kearah bola sambil mengayun raket, kemudian memukulnya dengan teknik yang benar (Sajoto, 1995: 9).
Jadi latihan koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu.
Menurut Aziz (2008:162) Komponen komponen dalam koodinasi adalah: (1) struktur gerakan, (2) irama gerakan, (3) kelancaran gerakan, (4) Hubungan gerakan, (5) ketepatan dan kekonstanan Gerakan, (6) Tempo gerakan, (7) luasnya gerakan.

A.    Metode Latihan Koordinasi
Kemampuan koordinasi hanya bisa diperbaiki melalui latihan. Oleh karena itu, ketepatan penggunaan metode latihan, pengaturan beban yang tepat dan pemilihan materi latihan yang sesuai akan sangat menentukan peningkatan kualitas koordinasi. Koordinasi merupakan kemampuan yang kompleks karena tidak hanya ditentukan oleh sistem persarafan pusat, tetapi juga ditentukan oleh faktor kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan,daya tahan dan kelentukan. Kemampuan koordinasi yang baik akan dapat menghemat pemakaian tenaga Hasil penelitian para ahli menunjukan bahwa koordinasi yang diperbaiki melalui latihan akan dapat menghemat oksigen sampai 15%. Semakin baik kemampuan koordinasi maka semakin mudah dan cepat dapat mempelajari bentuk-bentuk gerakan baru( Syarifuddin, 2011:123).
Koordinasi pelatihan melibatkan penggunaan beberapa sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan untuk tugas-tugas tertentu. Pengkondisian koordinasi sangat penting untuk tingkat tertentu dalam setiap individu dan atlet. Koordinasi mengambil tempat komponen lainnya telah tinggalkan. Penerapan kekuatan misalnya membutuhkan koordinasi yang memadai dan efisien urutan kontraksi otot agar efektif dalam memindahkan beban tertentu.
Dua bidang koordinasi yakni:
1)      Gerakan terkoordinasi: gerakan terkoordinasi yang umumnya mata air ke pikiran ketika mengacu pada koordinasi dalam praktek. Hal ini melibatkan kemampuan untuk menggabungkan beberapa pola gerakan yang berbeda ke dalam satu gerakan. Sebuah contoh sempurna adalah koordinasi tangan-mata seperti di juggling.
2)       Koordinasi otot sinergis: ini melibatkan urutan efisien perekrutan otot seperti saat mengangkat sebuah benda aneh. Olimpiade angkat adalah bentuk pelatihan yang membutuhkan sejumlah besar koordinasi otot sinergis. Ketika Anda melakukan latihan seperti merebut, Anda perlu merekrut otot dengan cara yang memungkinkan untuk gerakan yang lengkap dan efisien tanpa menjatuhkannya di kepala Anda. Koordinasi lebih berotot Anda memiliki lebih mampu Anda mengangkat beban lebih berat bahkan sebelum dilakukan dalam usaha. Bobot mesin adalah kontra-contoh, yang berarti mereka adalah latihan yang memerlukan koordinasi yang sangat sedikit otot untuk mengangkat beban lebih karena kontrol mesin memberikan Anda atas gerakan. (Anonim, 2011)

B.         Prinsip-prinsip Latihan Koordinasi
Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas koordinasi gerakan yang diperlukan dalam olahraga sangat perlu diperhatikan beberapa prinsip latihan yang dikemukan Jonath/Krempel(1981) dalam Syafruddin (2011:123) berikut ini.
1)      Pelajari koordinasi gerakan yang baru dan beraneka ragam dengan tujuan untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang kompleks.
2)      Pelajari keterampilan-keterampilan gerakan yang baru secara bervariasi. Gerakan-gerakan yang terotomatisai sebaiknya dikonfrontasi karena gerakan tersebut menghambat perkembangan koordinasi
3)      Latihan-latihan untuk mengembangkan koordinasi harus menunjukan suatu tingkat kesulitan tertentu dalam arti koordinasi motorik
4)       Pengembangan koordinasi yang lebih baik dalah pada usia anak-anak dan remaja, yang merupakan dasar untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru dan kompleks
5)      Latihan-latihan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan koordinasi sebaliknya diberikan pada awal suatu unit (sesi) latihan, yang volume latihanya tidak begitu besar dan sebaiknya dilakukan dengan frekuensi yang tinggi.

C.        Bentuk-bentuk Latihan Koordinasi
Bentuk-bentuk latihan koordinasi (Syafruddin, 2011:123-124):
1)      Latihan dengan merubah kecepatan gerakan
2)      Latihan dengan merubah batas ruangan untuk bergerak (misalnya memperkecil lapangan permainan)
3)       Merubah alat-alat yang digunakan dalam latihan
4)      Mempersulit gerakan-gerakan yang dilakukan seperti memperbanyak putaran pada lempar cakram, menambah putaran sebelum mendarat pada senam alat.
5)       Latihan- latihan keseimbangan
6)      Latihan – latihan senam gymnastik
7)      Mempersulit gerakan-gerakan yang dilakukan melalui perubahan pelaksanaan gerakan ( misalnya gerakan maju,mundur, ke samping, gerakan mengangkat satu kaki atau dua kaki)
8)      Latihan – latihan yang dikombinasikan, seperti lari-lari ditempat, squat thruss,lompat dengan mengangkat kedua paha tinggi ke atas, lompat-lompat dengan menyentuh kedua telapak kaki dengan tangan yang berlawanan didepan dan dibelakang badan, dan masih banyak lagi latihan kombinasi yang lain selain itu, juga dapat dilakukan dengan tanpa lat.
9)         Latihan-latihan kekuatan sederhana untuk memperbaiki koordinasi otot intra
10)  Bermacam-macam latihan senam lantai seperti roll kedepan, ke belakang, salto kedepan dan kebelakang dan lain-lain.

Bentuk latihan koordinasi sebaiknya melibatkan berbagai variasi gerak dan keterampilan, seperti atlet bulutangkis sebaiknya jangan hanya latihan gerak dan keterampilan yang terdapat dalam aktivitas bulutangkis saja, namun berikan latihan-latihan gerak dan keterampilan yang terkandung dalam cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola voli, bola basket, atau olahraga lainnya. Latihan-latihan koordinasi yang dianjurkan oleh Harre (Harsono, 1988) antara lain
a.       Latihan-latihan dengan perubahan kecepatan dan irama.
b.      Latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan yang berubah-ubah (memodifikasi perlengkapan latihan).
c.       Kombinasi berbagai latihan senam.
d.      Kombinasi berbagai permainan
e.       Latihan-latihan untuk mengembangkan reaksi
f.        Lari halang rintang dalam waktu tertentu.
g.       Latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata tertutup.
BAB III
PENUTUP
3.1  SIMPULAN
Dalam sebuah latihan olahraga professional maupun pemula sangat dibutuhkan daya tahan tubuh dan kekuatan. Disamping dari beberapa unsur lainnya seperti kecepatan, kelincahan kelentukan dan lain sebagainya sebagai penunjang kondisi fisik.
Daya tahan (endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan intensitas tertentu dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa kelelahan yng berlebihan. Daya tahan tebagi atas, daya tahan umum dan daya tahan khusus. Kekuatan (strength) diartikan sebagai kemampuan dalan menggunakan gaya dalam bentuk mengankat atau menahan suatu beban. Jadi dayatahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengatasai atau mempertahankan kelelahan yang disebabkan pembebanan kekuatan dalam waktu yang relatif lama.
Namun, beban kerja atau olahraganya harus tetap berhubungan dengankebugaran dan kekuatan individu.
Latihan  koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Kemampuan koordinasi hanya bisa diperbaiki melalui latihan. Oleh karena itu, ketepatan penggunaan metode latihan, pengaturan beban yang tepat dan pemilihan materi latihan yang sesuai akan sangat menentukan peningkatan kualitas koordinasi. Koordinasi merupakan kemampuan yang kompleks karena tidak hanya ditentukan oleh sistem persarafan pusat, tetapi juga ditentukan oleh faktor kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan,daya tahan dan kelentukan.
3.2   Saran
Dari pembahasan makalah di atas, diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan pembelajaran daya tahan dan koordinasi dalam olahraga sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada yang dapat di terima secara keilmua

0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget