BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam
melakukan olahraga fisik, harus dilakukan secara teratur yaitu sebuah
intensitas yang sesuai, durasi dan frekuensi yang teratur. Intensitas olahraga
harus semakin meningkat seiring seiring meningkatkan kinerja utuk mencapai
hasil yang optimal. Namun, beban kerja atau olahraganya harus tetap berhubungan
dengankebugaran dan kekuatan individu. Olahraga yang teratur akan membuat
penurunan terhadap resting heart rate, meningkatkan ukuran jantung dan diding
jantung.
Dalam sebuah
latihan olahraga professional maupun pemula sangat dibutuhkan dayatahan tubuh
dan kekuatan. Disamping dari beberapa unsure lainnya seperti kecepatan,
kelincahan kelentukan dan lain sebagainya sebagai penunjang kondisi fisik.
Daya tahan
(endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan intensitas tertentu
dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa kelelahan yng berlebihan. Daya tahan
tebagi atas, daya tahan umum dan daya tahan khusus. Kekuatan (strength)
diartikan sebagai kemampuan dalan menggunakan gaya dalam bentuk mengankat atau
menahan suatu beban. Jadi dayatahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk
mengatasai atau mempertahankan kelelahan yang disebabkan pembebanan kekuatan
dalam waktu yang relatif lama.
Olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam
kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya
semaksimal mungkin. Kosasih (1985:9) mengemukakan bahwa olahraga ialah suatu
usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan
jasmaniah maupun rokhaniah pada tiap manusia. Setiap cabang olahraga memerlukan
status kondisi fisik bervariasi perbedaanya satu sama lain. Kondisi fisik
adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dipisahkan begitu
saja,baik pemeliharaannya.
Komponen- komponen dalam kondisi fisik meliputi: kekutan,
daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi
keseimbangan ketepatan dan reaksi. Untuk mendapatkan kondisi disik yang baik
maka diperlukan latihan. Latihan-latihan kondisi fisik yang diberikan harus
dapat mengembangkan kemampuan kondisi fisik umum dan khusus sesuai dengan
kebutuhan olahraga yang diperlukan. Pembentukan kondisi fisik yang diperlukan
memerlukan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan dengan perencanaan latihan
yang terarah dan sistematis.
Prestasi
olahraga adalah tindakan sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor,
kondisi dan pengaruh-pengaruh lain. Menurut Martin (dalam Furqon, 1995: 5-6),
Faktor yang mempengaruhi latihan sebagai berikut:
1)
Keterampilan
dan teknik-teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai dan dimantapkan
(diotomatisasikan).
2)
Kemampuan –
kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan latihan penyehatan badan,
kemampuan gerak, kemampuan belajar dan koordinasi.
3)
Tingkah laku
yang memadai untuk situasi sportif
tertentu, misalnya perubahan kompetitif dan kondisi-kondisi latihan, stress,
kelelahan dan sebagainya.
4)
Pengembangan
strategi.
5)
Kualitas
tingkah laku afektif, kognitif dan sosial. Faktor –faktor di atas merupakan
berasal dari dalam (Inner faktor) yang kurang lebih bisa dipengaruhi dengan
latihan.
Dari berbagai komponen
kondisi fisik diatas permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya
mengenai salah satu komponen kondisi fisik yakni koordinasi khususnya mengenai
metode dan isi latihan koordinasi.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan makalah ini dapat di peroleh rumusan
masalah sebagai berikut
1. Apa Penertian Daya Tahan?
2. Apa Pengertian Koordinasi?
1.3 TUJUAN
Dari pembahasan makalah ini dapat di peroleh tujuan
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
Pengertian Daya Tahan.
2.
Dapat
menjelaskan Koordinasi.
I.4 MANFAAT
Dari
pembahasan makalah ini dapat di peroleh manfaat sebagai berikut:
1.
Pembaca dapat
menjelaskan Daya Tahan.
2.
Pembaca dapat menjelaskan
Jenis-jenis Koordinasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DAYA TAHAN
Pengertian
daya tahan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok
otot dalam jangka waktu tertentu, sedang pengertian dayatahan dari system
energy adalah kemampuan kerja organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu.
Istilah ketahanan atau daya tahan dalam dunia olahraga dikenal sebagai
kemampuan peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan selama
berlangsungnya aktivitas atau kerja.latihan daya tahan dipengaruhi dan berdampak
pada kualitas system kardiovaskuler, pernapasan dan system peredaran darah.
Oleh karana itu factor yang berpengaruh terhadap daya tahan adalah kemampuan
maksimal dalam memenuhi komsumsi oksigen yang ditandai dengan VO2max.
Komponen
biomotorik daya pada umumnya digunakan sebagai salah satu tolak ukur untuk
mengetahui tingkat kebugaran jasmani (physical fitness) olahragawan.
Kebugaran jasmani adalah suatu keadaaan kemampuan peralatan tubuh yang dapat
memelihara keseimbangan tersedianya energy sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas kerja berlangsung. Hubungan antara daya dan kinerja (penampilan)
fisik olahragawan diantaranya adalah:
1.
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja secara terus
menerus dengan intensitas yang tinggi dan dalam jangka waktu lama.
2.
Kemampuan untuk memperpendek waktu pemulihan
(recovery), terutama pada cabang olahraga pertandingan dan permainan.
3.
Kemampuan untuk menerima beban latihan yang lebih
berat, lebih lama, dan bervariasi.
Dengan
demikian olahragawan yang memiliki daya tahan baik akan mendapatkan keuntungan
selama bertanding, diantaranya, mampu:
1.
Menentukan irama dan pola permainan,
2.
Memelihara atau mengubah irama dan pola permainan
sesuai yang diinginkan, dan
3.
Berjuang secara ulet dan tidak mudah menyerah selama
bertanding.
Pengertian daya
tahan adalah seorang atlet yang mampu untuk mengatasi kelelahan pada organisme
tubuh selama melakukan kegiatan tersebut ( Josef Nossek. 1982.48) dan ini dapat diadaftasi melalui
kegiatan latihan, baik untuk daya tahan an-aerobik maupun aerobic. Terutama
pada an aerobic power yaitu kemampuan untuk menghasilkan energi dari ATP.PC
atau system atau lactic acid system (Davis Demien Davis, Tom Kimmet & Margaret auty, 1998:56)
Cara peningkatannya harus diakitkan dengan metode dan sistim suplai energi.,
menyatakan bahwa dalam melakukan kegiatan latihan harus berpedoman pada
intensitas latihan yaitu:
1.
Intensistas sub kritis, yaitu jika
kecepatan berkurang dengan pengeluaran energi yang rendah serta tuntutan 02 di
bawah dari kemampuan tenaga aerobik atlet. Suplai 02sesuai dengan
kebutuhan fisyiologi sehingga hasil kerja di bawah kondisi yang ada.
2.
Intensistas kritis, jika kecepatan
dinaikan dan tuntutan 02 mencapai kemampuan suplai 02 Bentuk
intensitas kritis berada pada zona an-aerobik threshold sehingga kecepatan
sesuai dengan kesanggupan respirasi atlet.
3.
Intensitas supra kritis jika kecepatan
berkenaan dengan macam aktivitas yang dilakukan di atas dari kecepatan yang
kritis. Hasil kerja sesuai dengan tuntutan 02yang selalu
cepat meningkat dari hasil kecepatan.
A. Parameter Latihan Daya Tahan Aerobik
Ambang batas
fisiologis dan sistim tubuh dalam aktivitas aerobik meningkat dan lebih efisien
dalam perkembangannya, Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan
latihan secara terus menerus selama 15 sampai dengan 60 menit dengan beban 75
sampai dengan 85 % maximum dan dilakukan 4 kali setiap minggunya (Davis Demien Davis, Tom Kimmet &
Margaret auty,1998.165). Tetapi jika latihan dengan itensistas
rendah harus dilakukan dengan dengan waktu yang lama. Jika aktivitas diteruskan
secara kontinu serta dapat menjaga suplai 02 biasanya
akan dapat melakukan kerja dengan waktu yang lama. Tetapi tidak lebih dari
waktu 10 sampai dengan 12 menit, kecuali bagi atlet yang terlatih tinggi,
dengan menjaga tingkat kritis selama 1 sampai 2 jam dan denyut nadi berkisar
150 sampai dengan 166/ menit.
Pengembangan
latihan dapat dilakukan dengan
(1) Intensitas sekitar 70 % dan kecepatan
maksimal intensitas dapat diukur dengan menggunakan jarak/ waktu yang
dihasilkan dalam kecepatan dan waktu, dalam meter/detik. Denyut nadi 140 sampai
dengan 164/menit. Jika rangsangan latihan tidak menyentuh di atas dnyut nadi
130 maka kapasitas aerobik tidak akan meningkat.
(2) duration,
lamanya waktu latihan sekitar 60 sampai dengan 90 detik untuk peningkatan daya
tahan an-aerobik. Hal tersebut sebagi komponen penting dalam permulaan
perlombbaan terutama pada nomor-nomor lari cabang olahraga atletik. Latihan
tersebut dapat dilakukan dengan ulangan 3 kali 10 menit untuk peningkatan daya
tahan aerobik, tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik dari cabang
olahraga dan tingkat kebutuhan atlet.
(3) interval,
waktu istirahat terganting dari rangsangan kerja, menurut (Reindel dkk, 1962)
antara 45 sampai dengan 90 detik untuk daya tahan aerobik dengan waktu tidak
melebihi 3 – 4 menit . sebab selama istirahat panjang pembuluh darah kapiler
akan menyusut, sedangkan pada kerja pertama aliran darah terbatas
(Hoillman-1959).
(4) aktivitas
selama waktu istirahat secara normal intensitas sangat rendah hal tersebut
dilakukan untuk merangsang penyembuhan/penguatan secar biologis bagi seorang
atlet yang terlatih dapat dilakukan melalui jogging.
(5) jumlah
pengulangan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis atlet dengan kesetabilan
konsumsi 02pada tingkat yang tinggi, dan jika
kebutuhan energi yang tidak sesuai dengan sisstim aerobik maka secara
konsekwensinya akan manjadi penggunaan an-aerobik yang cepat melelahkan. Untuk
itu denyut nandi dapat dijadikan sebagai patokan dalam faktor kelelahan, karena
dengan kelelahan denyut nadi akan meninggi, jika denyut nadi di atas 180/menit
maka akan tercapai kelelahan yang tinggi dimana kinerja jantung dalam kontraksi
menjadi berkurang dalam membagikan 02 ke otot yang bekerja.
Untuk itu kegiatan latihan harus dihentikan, bila diteruskan akan menimbulkan
gangguan dan masalah pada otot, bahkan akan menimbulkan cedra baik pada otot
itu sendiri maupun pada faal lainnya seperti pada jantung sebagai pemompa darah
untuk membawah keperluan tubuh, termasuk 02 sebagai
bahan oksidasi dalam pembentukan energi atau tenaga.
B. Parameter
Latihan untuk Daya Tahan An-aerobic
Kebanyakan
pengembangan daya tahan an-aerobok dapat dilakukan secara alami pada olahraga
siklik dalam kegiatan dengan intensitas tinggi (Jack H.Wilmore & David L.Costill, 1993: 153). Daya
tahan an aerobic kebanyakan khusus untuk olahraga tim (Bompa, 1999: 149)
Kegiatan latihan yang dapat dilakukan untuk pengembangan daya tahan an-aerobic
sebagai berikut:
1)
intensitas dapat dilakukan secara bervariasi antara
sub maksimal sampai batas maksimal. Untuk melakukan latihan daya tahan
an-aerobik digunakan itensitas 90-95 % dan maksimal.
2)
lamanya latihan dapat dilakukan selama 5-120 detik
tergantung dari intensitas yang digunakan.
3)
interval, waktu
istirahat setelah melakukan intensitas tinggi diperlukan waktu cukup lama,
untuk mengisi atau memulihkan utang 02 lamanya
waktu pemulihan antara 2-10 menit, dengan pengulangan 4-6 istirahat diperlukan
waktu antara 6-10 menit Hal ini penting agar jangan sampai terjadi penumpukan
asam laktat.
4)
Aktivitas selama waktu istirahat harus rileks dengan
istirahat total.
5)
Jumlah pengulangan harus pendek dalam pengembangan
kapasitas an-aerobic dan jangan terlalu banyak pengulangan karena akan terjadi
penimbunan asam laktat.
1. Daya
Tahan Otot
Daya
tahan dan kekuatan otot dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan beban. Pada
prinsipnya, yang membedakan di antara keduanya adalah banyaknya pengulangan
yang harus dilakukan dalam setiap set latihan. Latihan daya tahan otot
dilakukan dengan cara melakukan pengulangan maksimal sebanyak 20–25 kali.
Sementara itu, latihan untuk kekuatan otot dilakukan dengan cara melakukan
pengulangan sebanyak 8–12 repetisi maksimal (RM).
Latihan
yang dilakukan harus sesuai dengan bagian otot yang akan ditingkatkan daya
tahannya. Misalnya, otot lengan ditingkatkan daya tahannya dengan melakukan
push up, otot perut dengan sit up, otot punggung dengan back up, dan otot
tungkai dengan squat, semuanya dilakukan sebanyak 20–25 RM.
Untuk
latihan daya tahan otot dapat pula digunakan alat seperti barbel sebagai beban
latihan. Berikut ini merupakan contoh-contoh gerakan yang dapat melatih daya
tahan otot dengan menggunakan barbel.
a.
Press
Gerakan
ini dilakukan dengan beban di pundak, lalu didorong ke atas sehingga lengan
lurus. Kemudian, kembalikan beban ke pundak. Kaki lurus dan dibuka selebar
bahu. Variasi latihan dapat dilakukan dengan meletakkan beban di depan dada
atau sambil duduk
Gerakan bench
press dilakukan dengan cara berbaring di atas bangku, sementara beban berada di
atas dada. Dorong beban tegak lurus ke atas hingga lengan lurus.
c.
Curl
Latihan ini dilakukan
dengan sikap berdiri tegak. Lengan ke bawah sambil memegang beban dengan
telapak tangan menghadap ke depan. Angkat beban dengan cara membengkokkan siku
ke atas.
d.
Step
Up
Latihan step up
dilakukan dengan cara naik turun bangku sambil membawa beban di pundak.
2. Daya Tahan Jantung-Paru
Beberapa
bentuk latihan yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan jantung-paru,
antara lain fartlek, latihan interval, lari jarak jauh, berenang jarak jauh,
dan cross country.
·
Fartlek (speed play) adalah latihan yang
dilakukan di alam terbuka dengan suasana alam yang tidak membosankan. Kondisi
alam yang dipilih adalah kondisi alam yang berbukit-bukit, mempunyai semak
belukar, atau berpasir. Ketika melakukan fartlek, pelaku dapat melakukan
latihan sambil menikmati suasana alam.
·
Latihan interval (interval training)
adalah latihan yang dilakukan dengan diselingi interval istirahat untuk
menghadapi latihan berikutnya. Misalnya, untuk latihan dasar dengan cara
berlari sejauh 2.000 meter, dilakukan dengan membagi-bagi jarak tempuh berlari.
Pembagian jarak tempuh dapat dibuat sebanyak 10 × 200 meter dengan waktu
masing-masing 45 detik. Istirahat untuk setiap pengulangan adalah 3 menit.
·
Lari jarak jauh (long running) sebaiknya
dilakukan di tempat yang suasana alamnya masih alami sehingga polusi
udaranya masih sedikit. Walaupun demikian, lari jarak jauh dapat dilakukan di
jalan raya pada pagi hari ketika udara masih segar.
·
Renang jarak jauh (long swimming),
dilakukan dengan cara menetapkan target waktu atau jarak tempuh sesuai dengan
lebar atau panjang kolam renang yang digunakan. Selain itu, latihan ini dapat
juga dilakukan di sebuah sungai yang luas dan panjang atau bahkan di laut.
·
Cross country dilakukan di alam terbuka
yang masih alami, seperti melalui pegunungan, perbukitan, persawahan,
perkebunan, dan hutan.
2.2 KOORDINASI
Latihan
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan
jumlah beban yang diberikan semakin hari semakin meningkat dengan
program-program yang teratur untuk
mencapai tujuan tertentu. Singgih (1996:5) mengemukakan latihan latihan adalah usaha yang sistematik
dengan prinsip paedagogik untuk memunculkan bakat yang dimiliki sebagai atlet
atau melatih kemampuan secara bertahap dengan prinsip dasar peningkatan.
Koordinasi adalah suatu kemampuan
biomotorik yang sangat kompleks (Harsono, 1988). Menurut Bompa (1994)
koordinasi erat kaitannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan
kelentukan. Oleh karena itu, bentuk latihan koordinasi harus dirancang dan
disesuaikan dengan unsur-unsur kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan.
Koordinasi (coordination) merupakan
salah satu elemen kondisi fisik yang relatif sulit didefenisikan secara tepat
karena fungsinya sangat terkait dengan elemen–elemen kondisi fisik yang lain
dan sangat ditentukan oleh kemampuan
siswa( Syafruddin,2011:118-119). Koordinasi adalah kemampuan untuk
berulang kali mengeksekusi urutan gerakan lancar dan akurat. Ini mungkin
melibatkan indra, kontraksi otot dan gerakan sendi (MacKenzie, B.,2008)
Koordinasi (coordination), adalah kemampuan seseorang
mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan
tunggal secara efektif. Misalnya dalam bermain tenis; seorang pemain akan
kelihatan mempunyai koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak kearah bola
sambil mengayun raket, kemudian memukulnya dengan teknik yang benar (Sajoto,
1995: 9).
Jadi latihan koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa
sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan
keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu.
Menurut Aziz (2008:162) Komponen komponen dalam koodinasi
adalah: (1) struktur gerakan, (2) irama gerakan, (3) kelancaran gerakan, (4)
Hubungan gerakan, (5) ketepatan dan kekonstanan Gerakan, (6) Tempo gerakan, (7)
luasnya gerakan.
A. Metode Latihan Koordinasi
Kemampuan
koordinasi hanya bisa diperbaiki melalui latihan. Oleh karena itu, ketepatan
penggunaan metode latihan, pengaturan beban yang tepat dan pemilihan materi
latihan yang sesuai akan sangat menentukan peningkatan kualitas koordinasi.
Koordinasi merupakan kemampuan yang kompleks karena tidak hanya ditentukan oleh
sistem persarafan pusat, tetapi juga ditentukan oleh faktor kondisi fisik
seperti kekuatan, kecepatan,daya tahan dan kelentukan. Kemampuan koordinasi
yang baik akan dapat menghemat pemakaian tenaga Hasil penelitian para ahli
menunjukan bahwa koordinasi yang diperbaiki melalui latihan akan dapat
menghemat oksigen sampai 15%. Semakin baik kemampuan koordinasi maka semakin
mudah dan cepat dapat mempelajari bentuk-bentuk gerakan baru( Syarifuddin,
2011:123).
Koordinasi pelatihan melibatkan penggunaan beberapa sistem tubuh dan
pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang
diperlukan untuk tugas-tugas tertentu. Pengkondisian koordinasi sangat penting
untuk tingkat tertentu dalam setiap individu dan atlet. Koordinasi mengambil
tempat komponen lainnya telah tinggalkan. Penerapan kekuatan misalnya
membutuhkan koordinasi yang memadai dan efisien urutan kontraksi otot agar
efektif dalam memindahkan beban tertentu.
Dua bidang koordinasi yakni:
1)
Gerakan terkoordinasi: gerakan terkoordinasi yang
umumnya mata air ke pikiran ketika mengacu pada koordinasi dalam praktek. Hal
ini melibatkan kemampuan untuk menggabungkan beberapa pola gerakan yang berbeda
ke dalam satu gerakan. Sebuah contoh sempurna adalah koordinasi tangan-mata
seperti di juggling.
2)
Koordinasi otot
sinergis: ini melibatkan urutan efisien perekrutan otot seperti saat mengangkat
sebuah benda aneh. Olimpiade angkat adalah bentuk pelatihan yang membutuhkan
sejumlah besar koordinasi otot sinergis. Ketika Anda melakukan latihan seperti
merebut, Anda perlu merekrut otot dengan cara yang memungkinkan untuk gerakan
yang lengkap dan efisien tanpa menjatuhkannya di kepala Anda. Koordinasi lebih
berotot Anda memiliki lebih mampu Anda mengangkat beban lebih berat bahkan
sebelum dilakukan dalam usaha. Bobot mesin adalah kontra-contoh, yang berarti
mereka adalah latihan yang memerlukan koordinasi yang sangat sedikit otot untuk
mengangkat beban lebih karena kontrol mesin memberikan Anda atas gerakan. (Anonim,
2011)
B. Prinsip-prinsip Latihan Koordinasi
Untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas koordinasi gerakan yang diperlukan dalam
olahraga sangat perlu diperhatikan beberapa prinsip latihan yang dikemukan
Jonath/Krempel(1981) dalam Syafruddin (2011:123) berikut ini.
1)
Pelajari koordinasi gerakan yang baru dan beraneka ragam
dengan tujuan untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang kompleks.
2)
Pelajari keterampilan-keterampilan gerakan yang baru secara
bervariasi. Gerakan-gerakan yang terotomatisai sebaiknya dikonfrontasi karena
gerakan tersebut menghambat perkembangan koordinasi
3)
Latihan-latihan untuk mengembangkan koordinasi harus
menunjukan suatu tingkat kesulitan tertentu dalam arti koordinasi motorik
4)
Pengembangan
koordinasi yang lebih baik dalah pada usia anak-anak dan remaja, yang merupakan
dasar untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru dan kompleks
5)
Latihan-latihan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan
koordinasi sebaliknya diberikan pada awal suatu unit (sesi) latihan, yang
volume latihanya tidak begitu besar dan sebaiknya dilakukan dengan frekuensi
yang tinggi.
C. Bentuk-bentuk Latihan Koordinasi
Bentuk-bentuk latihan koordinasi (Syafruddin, 2011:123-124):
1)
Latihan dengan merubah kecepatan gerakan
2)
Latihan dengan merubah batas ruangan untuk bergerak
(misalnya memperkecil lapangan permainan)
3)
Merubah alat-alat
yang digunakan dalam latihan
4)
Mempersulit gerakan-gerakan yang dilakukan seperti
memperbanyak putaran pada lempar cakram, menambah putaran sebelum mendarat pada
senam alat.
5)
Latihan- latihan
keseimbangan
6)
Latihan – latihan senam gymnastik
7)
Mempersulit gerakan-gerakan yang dilakukan melalui perubahan
pelaksanaan gerakan ( misalnya gerakan maju,mundur, ke samping, gerakan
mengangkat satu kaki atau dua kaki)
8)
Latihan – latihan yang dikombinasikan, seperti lari-lari
ditempat, squat thruss,lompat dengan mengangkat kedua paha tinggi ke atas,
lompat-lompat dengan menyentuh kedua telapak kaki dengan tangan yang berlawanan
didepan dan dibelakang badan, dan masih banyak lagi latihan kombinasi yang lain
selain itu, juga dapat dilakukan dengan tanpa lat.
9)
Latihan-latihan kekuatan sederhana untuk
memperbaiki koordinasi otot intra
10) Bermacam-macam latihan senam lantai
seperti roll kedepan, ke belakang, salto kedepan dan kebelakang dan lain-lain.
Bentuk latihan koordinasi sebaiknya melibatkan berbagai
variasi gerak dan keterampilan, seperti atlet bulutangkis sebaiknya jangan
hanya latihan gerak dan keterampilan yang terdapat dalam aktivitas bulutangkis
saja, namun berikan latihan-latihan gerak dan keterampilan yang terkandung
dalam cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola voli, bola basket, atau
olahraga lainnya. Latihan-latihan koordinasi yang dianjurkan oleh Harre
(Harsono, 1988) antara lain
a.
Latihan-latihan dengan perubahan kecepatan dan irama.
b.
Latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan yang
berubah-ubah (memodifikasi perlengkapan
latihan).
c.
Kombinasi berbagai latihan senam.
d.
Kombinasi berbagai permainan
e.
Latihan-latihan untuk mengembangkan reaksi
f.
Lari halang rintang
dalam waktu tertentu.
g.
Latihan di depan
kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata tertutup.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dalam sebuah latihan olahraga
professional maupun pemula sangat dibutuhkan daya tahan tubuh dan kekuatan.
Disamping dari beberapa unsur lainnya seperti kecepatan, kelincahan kelentukan
dan lain sebagainya sebagai penunjang kondisi fisik.
Daya tahan
(endurance) diartikan sebagai kesanggupan bekerja dengan intensitas tertentu
dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa kelelahan yng berlebihan. Daya tahan
tebagi atas, daya tahan umum dan daya tahan khusus. Kekuatan (strength)
diartikan sebagai kemampuan dalan menggunakan gaya dalam bentuk mengankat atau
menahan suatu beban. Jadi dayatahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk
mengatasai atau mempertahankan kelelahan yang disebabkan pembebanan kekuatan
dalam waktu yang relatif lama.
Namun, beban
kerja atau olahraganya harus tetap berhubungan dengankebugaran dan kekuatan
individu.
Latihan
koordinasi merupakan
suatu aktivitas beberapa sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk
gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu.
Kemampuan koordinasi hanya bisa diperbaiki melalui latihan. Oleh karena itu,
ketepatan penggunaan metode latihan, pengaturan beban yang tepat dan pemilihan
materi latihan yang sesuai akan sangat menentukan peningkatan kualitas
koordinasi. Koordinasi merupakan kemampuan yang kompleks karena tidak hanya
ditentukan oleh sistem persarafan pusat, tetapi juga ditentukan oleh faktor
kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan,daya tahan dan kelentukan.
3.2 Saran
Dari
pembahasan makalah di atas, diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan pembelajaran daya tahan dan koordinasi dalam
olahraga sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada yang dapat di terima secara
keilmua
0 komentar:
Post a Comment