Wednesday, 20 May 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Peran orang tua terhadap perkembangan anak – anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia 5 tahun atau balita. Melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak, maka akan berkembang berbagai aspek perkembangan anak  termasuk aspek gerak kasar atau motorik kasar yang sangat berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot – otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya (IDAI , 2011 : 21).
Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak dilihat dari berbagai aspek, antara lain misalnya pada aspek fisik (motorik). Perkembangan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan spinal cord. Salah satu perkembangan yang penting adalah motorik kasar yaitu gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. (Feiby, 2004).
Kebanyakan orang tua mengharapkan anaknya bisa berjalan lebih cepat dibandingkan anak lainnya. Namun ternyata perkembangan motorik khususnya kemampuan berjalan usia normal anak bisa berjalan sebenarnya bervariasi mulai dari usia 9 bulan sampai 18 bulan. Orang tua harus mulai khawatir ketika anak tidak bisa berjalan ketika usianya sudah mencapai 18 bulan. Memang bisa berjalan saat usia 15 – 18 bulan adalah masih dalam batas normal tetapi biasanya anak seperti ini mempunyai gangguan motorik kasar dan gangguan keseimbangan yang ringan yang akan lebih baik diberikan intervensi dan stimulasi sejak dini. Perkembangan motorik yang lambat dapat menyebabkan kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler.Anak dengan Kelainan sumsum tulang seperti spina bifida dan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik yang dapat mengakibatkan spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.serta dapat juga menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi merupakan gangguan perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut. (Depkes RI : 2005)
Pada umumnya anak yang terlambat pertumbuhannya jarang disertai keterlambatan gerakan motorik kasar lainnya dan gangguan keseimbangan. Seringkali orang tua atau beberapa dokter menganggap anak tidak percaya diri atau trauma saat berjalan. Padahal sebagian dari anak dari anak tersebut mengalami keterlambatan motorik kasar dan gangguan keseimbangan baik dalam tingkat yang ringan atau yang tidak ringan.Sebaiknya orang tua memperhatikan perkembangan motorik kasar, gangguan vestibularis dan gangguan sensoris pada anak yang seringkali menjadi penyebab anak terlambat berjalan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa terjadi sekurangnya 30 – 60 persen kebanyakan orang tua tidak tahu bagaimana cara mengembangkan kemampuan motorik kasar yang di miliki  anak. Padahal kemempuan motorik kasar anak sangat penting untuk perkembangan selanjutnya karena masa anak adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap masa selanjutnya. Apa yang orang tua tanamkan pada masa anak-anak akan mudah diingat dan dibawa sampai ia beranjak dewasa.
Dari Studi Pendahuluan yang di lakukan pada anak usia 1 – 2 tahun terdapat 7 orang tua dari 25 orang tua yang tidak tahu cara mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak sehingga anak mengalami penyimpangan tumbuh kembang atau keterlambatan kemampuan motorik kasar seperti belum bisa merangkak, belum bisa duduk sendiri, belum bisa mengangkat badannya ke posisi berdiri, belum bisa berjalan dengan dituntun.
Pada pengamatan sesaat yang dilakukan peneliti tanggal 02 oktober 2012 dengan menggunakan lembar DDST pada 25 anak usia toddler 1 – 2 tahun di Desa Jenggrong, Kecamatan Ranuyoso di dapatkan 10 anak dengan hasil meragukan, 2 anak dengan hasil abnormal atau belum bisa merangkak, 2 anak belum bisa mengangkat badannya sendiri, dan 6 anak yang belum bisa berjalan dengan dituntun. Dari 10 anak tersebut 6 anak ( 60 %) berasal dari orang tua yang tidak berkecukupan, 2 anak (20 %) yang bersikap terlalu memajakan anak dan tidak memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasikan perkembangan motorik kasarnya, dan sisanya 2 anak ( 20 %) berasal dari anak yang mempunyai orang tua single parent.
Perekembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah norma umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai contoh, anak yang dibawah norma untuk dapat berjalan dan makan sendir, akan di pandang sebagai anak yang “terbelakang”.
Jika orang tua mengabaikan, hal – hal kecil ini seperti ini begitu saja. Akibatnya, pada saat beberapa aspek itu menyatu menjadi hambatan, sulit bagi professional ( dokter atau psikolog) untuk memberikan intervensi, karena sudah terlambat. Intervensi dini terhadap keterlambatan anak akan memberikan hasil yang lebih optimal dibandingkan jika penanganan tidak segera di lakukan maka akan mengganggu tumbuh kembangnya anak di masa depan.
Melihat hal di atas maka peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak menjadi sangat penting dan mendasar.Sehingga setidaknya para orang tua tahu bagaimana mereka mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak-anaknya. Jika orang tua salah sedikit saja dalam menanamkan konsepnya kepada anak-anaknya dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar, maka itu akan berakibat fatal ke depannya
Untuk mencegah atau mengatasi terjadinya hambatan – hambatan atau  keterlambatan kemampuan motorik kasar pada anak, kita sebagai perawat harus memberikan beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua yang sangat berperan penting dalam menunjang tumbuh kembang anak, di sarankan: 1) kepada orang tua agar memberikan suasana yang lebih menarik setiap hari, 2) Kepada orang tua agar tidak selalu menuruti kemauan anak, jangan biarkan anak selalu digendong, 3) Kepada orangtua agar lebih memotivasi, membantu dan menyediakan alat permainan anak yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak, agar dapat menambah kreatifitas anak, sehingga perkembangan anak dapat dicapai secara optimal.
Orang tua harus bisa mengembangkan kemampuan motorik kasar  anaknya. Selain akan membuat anak menjadi aktif, mengembangkan kemampuan motorik kasar anak akan merangsang proses berpikirnya sehingga secara tidak langsung anak sudah mulai belajar sesuatu.  Pengembangan  kemampuan motorik kasar pada anak secara benar dan  terarah yang bisa dilakukan oleh orang tua pada rentang usia anak memasuki pendidikan formal atau pada rentang usia dini merupakan saat yang tepat untuk mengembangkan kemapuan motorik kasar  anak tersebut akan berdampak pada kehidupannya di masa depan.
Hal ini juga tidak lepas dari tanggung jawab dan peran serta orang tua dalam mengembangkan dan mengarahkan pribadi anak. Oleh karenanya, penulis merasa sangat tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui adakah hubungannya peran orang tua terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 ahun.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

2.1   Konsep Dasar Peran Orang Tua
2.1.1 definisi peran orang tua
Peran Orang Tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah – ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh anak semenjak terbentuknya pembuahan zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional anak yang mandiri.
Orang tua adalah tokoh utama panutan anak, maka di harapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bersekolah pun sudah mau dan mampu menyikat gigi dengan baik dan meniru model yang ditiru dari orang tua dalam mengajarkan perkembangan fisik dan motorik kepada anak-anak  pada segala usia dan mulai anak sudah bisa mencontoh gerakan-gerakan orang dewasa disekitarnya. Perubahan terjadi secara teratur dalam arah yang relatif dapat diprediksi. Misalnya sebelum seorang anak dapat berjalan, pertama-tama anak belajar mengangkat kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak, berdiri dengan bantuan dan kemudian berdiri tanpa bantuan (maulani, dkk ,2005:17)
Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut.(1). Melahirkan, (2).Mengasuh, (3).Membesarkan, (4).Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang.
 Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya (Kartono, 2004 : 27).
Pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution adalah “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.” Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus danan dibina  oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa (Nasution:2002 : 1).
Berdasarkan Pendapat-pendapat para ahli yang telah diurarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina ank-anaknya baik dari segi psikologis maupun pisiologis.Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.
Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:
  1. Respek dan kebebasan pribadi.
  2. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik.
  3. Hargai kemandiriannya.
  4. Diskusikan tentang berbagai masalah.
  5. Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian.
  6. Anak-anak lain perlu di mengerti.
  7. Beri contoh perkawinan yang bahagia. 
Dari beberapa hal yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat dipahami bahwa banyak hal yang harus dilakukan oleh orang tua dalam melakukan tugas serta peran mereka sebagai orang tua, yaitu harus respek terhadap gerak-gerik anaknya serta memberikan kebebasan pribadi dalam mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ia miliki, orang tua dalam menjalani rumah tangga juga harus dapat menciptakan rumah tangga yang nyaman, sakinah serta mawaddah sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada anak-anaknya, orang tua harus memiliki sikap demokratis. Ia tidak boleh memaksakan kehendak sehingga anak akan menjadi korban, ia harus betul-betul mengerti, memahami, serta memberikan kasih sayang dan perhatian yang penuh. Orang tua yang tidak memenuhi peran dan tidak menjalankan tugas tugasnya seperti apa yang di jelaskan di atas, maka anak-anak hidupnya menjadi terlantar, ia akan mengalami kesulitan dalam menggali potensi  dan bakat yang ia miliki
Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan bahwa, “Orang tua perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal, karena kalau tidak berarti suatu penyia-nyiaan terhadap bakat-bakatnya.Pembinaan dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuannya.Ada pula orang tua, karena tingkat pendidikan mereka sendiri terbatas, karena acuh tak acuh atau karena kurang memperhatikan anak, pendidikan anak, tidak peka dalam pengamatan ciri-ciri kemampuan anaknya”.Seorang anak sangat memerlukan bimbingan kedua orang tuanya dalam mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ada pada diri anak tersebut.Dalam rangka menggali potensi dan mengembangkan bakat dalam diri anak maka seorang anak memerlukan pendidikan sejak dini.
            Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah  mudah, salah satu tugas dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka.

2.1.2 Faktor Yang mempengaruhi Peran
1.         Faktor kelas social
Menurut Notoatmojo, 2003 mengemukakan bahwa kelas social ditentukan oleh unsure-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi financial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi pula kelas sosialnya.
Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua merupakan hal penting dari sang ibu, di mana Ibu lebih jauh bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan,kepatuhan, kebersihan, dan disiplin bila dibandingkan dengan keluarga menengah ke atas yang lebih menitik beratkan pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian prinsip perkembangan dan psikologi dengna orng tua dan anak.
2)    Faktor bentuk keluarga
      Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan ibu akan mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan Ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan social dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri.
3)  Faktor Tahap perkembangan keluarga
      Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernihan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapn menjadi orang tua. Tahap selanjuutnya adalah menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali dimana dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan.
4)   Faktor model peran
            Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada diri individu tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran
5)  Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit.
            Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan pengaruh sehat – sakit terhadap peran keluarga. Peran sentral Ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga

           
2.1.3  Bentuk-Bentuk Peran Orang Tua
1)      Memberikan teladan yang baik terhadap anak dalam keluarga. Misalnya, soal sifat dan sikap orang tua, soal berekasi dengan anggota keluarga dan masyarakat, soal pengguna waktu, soal penghargaan terhadap orang lain, soal pemakaian uang dan lain sebagainya.
Dalam semua hal tersebut keteladanan orang tua harus berdasarkan dengan nilai-nilai agamis, nilai-nilai kerohanian sesuai dengan kepercayaannya. Karena kita percaya sebagai orang beriman, nilai-nilai agama dan keimanan kita mempunyai dampak besar bagi pengajaran diri ke arah yang benar.

2)      Memberikan waktu untuk selalu hadir dalam kebersamaan anak.
Orang tua harus mempunyai banyak waktu bagi anaknya dalam kebersamaan. Misalnya,  tentang pendidikan anak, orang tua harus hadir ketika anaknya belajar, mungkin sebagai pembimbing, pendamping, atau sebagai pengajar. Dalam hal ini anak dapat belajar tentang pentingnya arti belajar bagi dirinya.
3)      Memberikan kasih sayang pada anak
Orang tua harus mengahadirkan kasih sayang terhadap anak-anaknya dalam proporsi yang tepat. Misalnya, Jika anak benar, orang harus memberikan penghargaan seperti memberikan pujian. Jika anak salah, orang tua harus berani memberikan hukuman atau disiplin kepada anak. Agar si anak dapat belajar, jika ada sesuatu yang salah, maka ia haruslah menghindar. Dan jika benar, si anak akan punya tekad untuk mempertahankan kelakuan yang benar tersebut. Kasih sayang orang tua jangan selalu ditujukkan dalam bentuk barang yang dihadiahkan kepada si anak. Tetapi penting bagi orang tua  untuk memberikan kasih sayangnya dalam kebersamaannya. Walaupun tanpa hadiah barang, kasih sayang orang tua dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Misalnya, orang tua tampil sebagai pendamping, sebagai pendengar, ketika si anak hendak mengatakan sesuatu yang telah dialaminya sepanjang hari.
2.1.4 Fungsi Peran Orang Tua
Adapun fungsi keluarga secara ilmu menurut ST. Vembrianto sebagaimana dikutip oleh M. Alisuf Sabri mempunyai 7 (tujuh) yang ada hubungannya denagan si anak yaitu.
  1. Fungsi biologis: keluaraga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
  2. Fungsi Afeksi: kerluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).
  3. Fungsi sosial: fungsi keluaraga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam keluarga anak, masyarakat, dan rangka pengembangan kepribadiannnya.
  4. Fungsi Pendidikan: keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikan dalam keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat, sekarang pun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.
  5. Fungsi Rekreasi: kelurga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan.
  6. Fungsi Keagamaan : merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama, fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak.
  7. Fungsi perlindungan: keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya. (Sabri, 1999 : 16).

2.2 Perkembangan Keterampilan Motorik Kasar
2.2.1 Definisi Perkembangan
            Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ – organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (soetjiningsih,2004)

2.2.1 Definisi Motorik Kasar
Motorik Kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia balita, diawali dengan kemampuan berjalan, lari, lompat, dan lempar. Motorik Kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak (Parentingislami,2008)
Perkembangan Motorik Kasar berarti pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang  berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Bahayanya penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Kurangnya stimulasi terjadi terlambatnya motorik kasar yang disebabkan gangguan organis di otak yang berupa dispraxia adalah gangguan di pusat-pusat tertentu yang mengalami kesulitan meski sudah terlatih (Tedjasaputra, 2003).
Keterlambatan tersebut juga sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak  ntuk mempelajari ketrampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya dan kurangnya stimulasi (Hurlock, 2000).
            Memasuki tahun keduanya sekitar umur 1 – 2 tahun, secara fisik anak lebih aktif dan organ tubuhnya semakin matang.Kemampuannya mengatasi masalah semakin baik dan pengamatannya pun semakin tajam. Meskipun demikan, panduan dan peran orang tua masih dibutuhkan saat ia menghadapi pengalaman baru sehubungan dengan begitu besar rasa ingin tahunya, begitu pula saat ia merasa frustasi dan kecewa serta ketika ia ingin mengartikulasikan keinginan, kebutuhan dan persaannya. Padahal kemampuannya, dalam berbagai aspek: motorik, kognitif, dan bahasa serta emosi-sosial masih terbatas.
              Periode Tumbuh kembang anak pada masa Balita (umur 12 – 59 bulan):
Pada masa ini , kecepatan pertumbuhan mulai melambat namun sebaliknyaterdapat kenajuan dalam Aspek perkembangan motorik(gerak kasar) serta fungsi ekskresi.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhu dan menentukan perkembangan anak selanjutnya, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut syaraf dan cabang-cabangny, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan kualitas hubungan antar sel syaraf ini sangat mempengaruhi kualitas otak. Mulai dari kemampuan belajar berjalan , mengenal huruf  hingga bersosialisasi (IDAI: 20)
Dalam belajar keterampilan motorik, anak-nak memerlukan pengalaman keterampilan dasar ( gerak lokomotor, nonlokomootor dan manipulatif). Mereka harus belajar gerakan-gerakan sederhana sebelum menghubungkannya ke dalam gerakan-gerakan yang lebih sulit, sebelum menguasai sebuah keterampilan gerak, anak-anak harus diberi kesempatan untuk malkukan latihan-latihan. Anak-anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba, membetulkan dan mencoba lagi. Anak-anak akan memperbaiki keterampilan motoriknya berdasarkan pengalaman bermain yang dilakukan sebelumnya.
Ingatan berperan penting bagi anak dalam mempelajari keterampilan motorik. Anak perlu mengingat kembali hal yang baru dilakukannya agar dapat mengoreksi dan memperbaikinya. Contohnya, bola yang dilemparkan anak dari jarak tertentu ke dalam kotak dan tidak berhasil memasukkan bola ke dalam kotak tersebut, maka pada kesempatan berikutnya anak akan mencoba melempar bola lebih kencang atau dengan jarak yang lebih dekat agar tidak meleset.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pada usia sekitar 18 bulan, anak berada pada puncak kemajuan tahapan tumbuh kembang. Pencapaian tumbuh kembang anak di tahun kedua hidupnya ini memang sangat cepat namun tak selalu mulus. Proses tumbuh kembang yang harus dijalani anak usia ini masih panjang, sehingga masih banyak kemugkinan terjadinya gangguan tumbuh kembang anak yang terjadi pada anak usia ini .
1)            Faktor genetic
Individu yang mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang perkembangan motorik misalnya otot kuat, syaraf baik, cerdas, menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik da cepat.
2)            Faktor kesehatan pada periode pranatal                       
Janin yang selama dalam kandugan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin, dapat membantu memperlancar perkembangan motorik anak.

3)            Faktor kesulitan dalam klahiran
Bayi yang mengalami kesulitan dalam kelahiran, misalnya dalam perjalanan kelahiran, kelahiran dengan bantuan alat (vacuum, tang) sehingga bayi mengalami kerusakan otak, akan memperlambat perkembangan motorik bayi.
4)            Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik bayi.
5)            Rangsangan
Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan motorik.
6)            Perlindungan
Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk bergerak, misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak boleh, akan menghambat perkembangan motorik anak.
7)            Premature
Kelahiran sebelum masanya disebut premature, biasanya memperlambat perkembangan motorik.
8)            Kelainan
Individu yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, sosial, mental, biasanya mengalami hambatan perkembangan motorik/
9)            Kebudayaan
Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak. Misalnya ada daerah yang tidak mengijinkan anak putrid naik sepeda, maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga. (Dian Andriani.2004:13)

2.2.3  Tahap-tahap perkembangan motorik kasar pada anak sesuai usia
1) Umur 9 – 12 bulan:
1.      Mengangkat badannya keposisi berdiri
2.      Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan dikursi
3.      Dapat berjalan dengan dituntun
4.      Mengulurkan lengan / badan untuk meraih mainan yang diinginkan
5.      Menggenggam erat pensil
6.      Memasukkan benda kemulut
2) Pada anak umur 12 – 18 bulan:
(1) Anak sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan
(2) Membungkuk saat memungut mainan kemudian berdiri lagi
(3) Berjalan mundur lima langkah
(4) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
(5) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
(6) Berjalan mundur lima langkah
3) Pada anak umur 18 – 24 bulan:
(1) Merangkak, anak dapat merangkak kira-kira setengah bulan kemudian anak dapat bergerak maju dengan menarik badannya di atas lantai dengan bantuan gerakan tangan dan kakinya, anak mulau merangkak dengan tangan dan lututnya, selanjutnya lima hari kemudian anak merangkak dengan tangan dan kakinya.
(2) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
Pada waktu anak pertama kali berjalan, dengan bantuan (titah jiwa), tumit belum menyentuh lantai, Berjalan tanpa terhuyung-huyung, langkah pendek dan tidak teratur, panjang langkah meningkat sampai kurang lebih anak berumur 15 bulan, dan setelah itu baru langkahnya teratur. Pada saat ini anak berjalan tanpa bantuan, sampai dengan akhir tahun kedua, lebar langkah meningkat tajam.
(3) Menggelindingkan bola dengan kearah sasaran.

2.2.4  Upaya Untuk Meningkatkan Motorik Kasar
2.2.4.1 Adapun stimulasi yang perlu dikembangkan pada masa perkembangan anak
1) Usia 9-12 bulan
(1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan
-          Bermain bola
-          Berjalan sendiri
(2) Menarik mainan
Bila anak sudah berjalan tanpa berpegangan, berikan mainan yang bisa ditarik ketika anak berjalan.Umumnya anak senang mainan yang bersuara.
(3) Berjalan mundur
Bila anak sudah jaln tanpa berpegangan, ajari anak cara melangkah mundur. Berikan mainan yang bisa ditarik karena anak akan mengambil langkah mundur untuk dapat memperhatikan mainan itu.
(4)  Berjalan naik turun tangga
Bila anak sudah bisa merangkak naik dan melangkah turun tangga, ajari anak cara jalan naik tangga sambil berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Tetap bersama anak ketika ia melakukan hal ini untuk pertama kalinya. Anak sebelum dapat berjalan sudah dapat naik tangga dengan merangkak dan merayap.Waktu menuruni tangga anak merangkak mundur.Setelah dapat berjalan, mereka naik turun tangga dengan memegang anak tangga di atasnya, diikuti kaki yang satunya lagi, diletakkan disamping kaki yang sudah melangkah sebelumnya. Cara yang sama digunakan untuk turun tangga.
(5) Berjalan sambil berjinjit
Tunjukkan kepada anak cara berjalan sambil berjinjit. Buat agar anak mau mengikuti anda berjinjit di sekeliling ruangan.
(6) Menangkap dan melempar bola
Tunjukkan kepada anak cara melempar sebuah bola, kemudian cara menangkap bola tersebut. Bila anak bisa melempar bola ukuran besar, ajari anak cara melempar bola yang ukurannya lebih kecil.
Usia 15-18 bulan
a.       Stimulasi yang perlu dilanjutkan
-          Berjalan mundur
-          Berjalan naik dan turun tangga
-          Berjalan sambil berjinjit
-          Menangkap dan melempar bola
            Dalam bermain – main bola, sebagai dari anak yang berumur dua tahun sudah dapat menggulingkan bola, melempar bola, dan menendang bola.Bahkan ada anak yang berumur 14 bulan sudah dapat menendang bola.
            Bermain diluar rumah
Ajak anak bermain diluar rumah seperti bermain ayunan, memanjat tangga, berlari – lari, di halaman atau di taman bermain untuk umum. Jangan biarkan anak seorang diri ketika ia bermain di luar rumah.
Bermain air
Biarkan anak bermain di pancuran, kolam renang, dan lain – lain. Beri anak cangkir plastic untuk menuang air dan ember plastic kecil untuk menampung air. Jangan biarkan ia seorang diri, walaupun ditempat air yang sangat dangkal.
Menendang bola
Tunjukkan kepada anak bagaimana menendang sebuah bola kea rah tonggak – tonggak agar roboh. Bola dapat dibuat dari potongan Koran atau kain, tonggak dapat dibuat dari kotak atau kaleng susu dan lain – lain.
Usia 18-24 bulan
a.       Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Dorong agar anak mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain di air, menendang, melempar, dan menangkap bola besar serta berjalan naik turun tangga.
b.      Melompat
Tunjukkan anak cara melompat dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan. Bukan dengan langkah lompat (satu kaki diangkat).Bila anak memerlukan bantuan, pegangi tangannya ketika melompat untuk pertama kalinya. Usahakan agar ia melompat diatas keset atau handuk, dan lain – lain. anak belajar melompat dari tempat tinggi dengan gerakan menyerupai gerakan berjalan. Sebelum anak berumur 2 tahun, banyak yang sudah dapat berjalan menyamping dan mundur. Dengan bantuan, mereka dapat berdiri dengan satu kaki, dan dapat berjalan dengan berjingkat
c.       Melatih keseimbangan tubuh
                        Ajari anak cara berdiri satu kaki secara bergantian. Ia mungkin perlu berpegangan kepada anda atau kursi ketika ia melakukan untuk pertama kalinya. Usahakan agar anak menjadi terbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam waktu yang lebih lama setiap kali ia mengulangi permainan ini. Mendorong mainan dengan kaki.mengendarai sepeda roda tiga. Anak yang berusia 2 tahun sudah banyak yang dapat mengendarai sepeda roda tiga.Ada yang baru mengendarai, kalau ada orang yang memegang sadelnya.Biarkan anak mencoba mainan yang perlu di ddorong dengan kakinya agar mainan itu dapat bergerak maju.pada jaman sekarang sudah banyak bayi yang belum dapat berjalan tetapi sudah dapat berenang dengan gayanya sendiri, tentu saja dengan penjagaan orang tuanya. (Depkes RI : 2005)
2.2.5        Karakteristik keterampilan koordinasi gerakan motorik anak usia dini
2.2.5.1  Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan koordinasi motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan. Keterampilan koordinasi motorik kasar dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu: 
1.       Keterampilan lokomotor
2.       Keterampilan non lokomotor
3.       Keterampilan manipulatif / memproyeksi
1.       Keterampilan lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya  dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan ruang ( spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
2.       keterampilan non lokomotor, yaitu menggerakkan anggata tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat seperti :  berayun, mengangkat, bergoyang, merentang, memeluk, melengkung, memutar, membungkuk, mendorong. Keterampilan ini sering dikaitkan dengan keseimbangan atau kestabilan tubuh, yaitu gerakan yang membutuhkan keseimbangan pada taraf tertentu.
3.       keterampilan manipulatif,meliputi penggunaan serta pengontrolan  gerakan otot-otot kecil yang terbatas,terutama yang berada di tangan dan kaki. Keterampilan  gerakan manipulatif,antara lain meregang , memeras, menarik, menggegam, memotong, meronce, membentuk, menggunting dan menulis. Keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima. Keterampilan ini  dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola , menendang bola, melambungkan bola, memukul dan menarik.
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, maka yang dilakukan adalah mengembangkan jasmani anak dan bukan mengajarkan olahraga. Pengembangan jasmani pada anak menitik beratkan pada latihan gerak yang sifatnya informal dan bebas sehingga anak dapat menguasai gerakan-gerakan dasar yang sifatnya informal dan bebas sehingga anak dapat menguasai gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan diri  selanjutnya. Mereka dilatih agar mampu menggunakan otot-ototnya dengan baik agar mereka lebih tangkas di dalam gerakan-gerakannya.
       Rudolf Laban (1930) seorang ahli mengemukakan bahwa gerakan yang diajarkan pada anak selalu berkaitan dengan hal-hal berikut :
a.        Waktu
Yang dimaksud dengan waktu berkaitan dengan cepat / lambat. Misalnya, gerakan yang dilakukaan oleh seluruh atau sebagian tubuh dengan kecepatan yang berbeda. Mulai dari yang cepat sampai yang lambat atau dari yang lambat sampai yang cepat. Gerakan dapat dipercepat atau diperlambat dan gerakan dapat berirama.
b.       Beban.
Gerakan dapat diberikan dalam bentuk gerakan yang berat, ringan, atau sedang.
c.        Ruang.
Gerakan juga berkaitan dengan ruang, yaitu sejauh mana gerakan tubuh itu menggunakan ruang dalam pelaksanaanya. Tubuh atau sebagian tubuh dapat digerakkan ke berbagai arah. Misalnya maju kedepan, mundur kebelakang, melangkah kesamping dan seterusnya. Bisa juga bergerak melalui jalur tertentu, seperti lurus langsung atau memutar. Anak juga bergerak dalam level yang berbeda, misalnya dari ketinggian tertentu.
d.       Alur.
Gerakan adalah sesuatu yang berkesinammbungan yang mengalir dari suatu gerak tertentu ke gerak lainnya. Gerakan juga merupakan suatu kesatuan yang mempunyai alur yang indah yang m,eliputi gerakan seluruh tubuh, gerakan beberapa bagian tubuh atau yang berkaitan dengan orang ataupun obyek lainnya.



2.2.6  Alat Ukur Perkembangan Motorik Kasar
2.2.6.1 Pengukuran Perkembangan Denver II
2.2.6.1.1. Pengertian
            Denver II adalah  salah satu tes untuk mengetahui keterlambatan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995) tes ini desebut oleh Frankenburg dan Borowitz unuk mengetahui perkembangan anak pada saat pemeriksaan saja dan tidak dapat memperkirakan perkembangan anak di masa yang akan datang.
2.2.6.1.2        Aspek – Aspek pada Denver II
Frankenburg dkk (2000) melalui DDST (Denver Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkmbangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak yaitu:
1)      Personal social (kepribadian / tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan .
2)      Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot – otot kecil serta melakukan koordinasi.
3)      Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4)      Grass motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

2.2.6.1.3        Alat yang digunakan
1)      Alat peraga kubus berwarna merah, kuning, hijau, biru, kertas, dan pensil.
2)      Lembar formulir DDST
3)      Buku petunjuk referensi, yang menjelaskan tata cara melakukan tes Denver II dan cara penilaiannya.
2.2.6.1.4        Cara penggunaan DDST
1)      Tentukan umur anak sat pemeriksan
2)      Tarik garis lurus dengan menggunakan pensil dan penggaris yang ada pada lembar DDST sesuai umur anak
3)      Periksa satu-persatu tiap item 4 sekor DDST, jika ada kode L boleh tanya pada orang tua tidak harus diperiksa, jika ada angka lihat pada petunjuk pelaksanaan pada lembar DDST, jika tidak ada angka dan kode L langsung dites pada anak.
2.2.6.1.5        Penilaian
Penilaiannya meliputi: Apakah lulus (passed = P), gagal (fail = F). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur, kronologis yang memotong garis lurus horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing – masing sektor, beberapa yang P dan beberapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifiksaikan ke dalam: normal dan abnormal.
1)      Abnormal
Bila didapat dua atau lebih keterlambatan pada sektor atau lebih dan bila dalam satu sektor atau lebih didapat dua atau lebih keterlambatan.
2)      Normal
Dikatakan normal bila minimal hanya satu keterlambatan dalam satu sektor dari empat sektor yang ada.
            Dalam pelaksanaannya Skreening dengan DDST ini, umur anak ditetapkan terlebih dahulu, dengn menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan, 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke atas perhitungan umur sebagai berikut:
Misal: Muhammad lahir pada tanggal 20 desember 2010, berapa umur muhammad ketika penguji datang pada tanggal 27 november 2012?


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah informasi sesuai dengan yang terumuskan dalam permasalahan atau tujuan penilitian perlu sesuatu desain atau rencana menyeluruh tentang urutan kerja penelitian dalam bentuk suatu rumusan operasional sesuatu metode ilmiah rincian garis-garis besar keputusan sebagai suatu pilihan beserta dasar atau alasan-alasan ilmiahnya (Hamidi, 2004:68 ).
Pada bab ini akan diuraikan tentang desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional, sampling desain, etika penelitian.
3.1    Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau peneliti pada proses penelitian (Nursalam, 2003 : 81).
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007 : 127).
 Hal ini dibutuhkan untuk keperluan hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini akan menggunakan desain studi komparatif untuk mengetahui hubungan peran orang tua terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 tahu didesa jenggrong Kec. Ranuyoso Kab. Lumajang


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di desa jenggrong kec. Ranuyoso Kab. Lumajang
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013
3.4  Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek yang lain (Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismael, 2002:220)
Adapun dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu : variabel independent dan variabel dependent.

3.4.1        Variabel Independent (bebas)
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel yang lain (Nursalam, 2003)
Variabel independent dalam penelitian ini adalah Peran Orang Tua
3.4.2        Variabel Dependent (tergantung)
Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel yang lain (Nursalam, 2003)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Perkembangan Motorik Kasar
3.5    Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup dan pengertian variabel-variabel yang diamati, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional (Notoatmojo, 2002)

Tabel definisi operasional
No
Variabel
Data Operasional
Parameter
Alat Ukur
Skala
Skor
1
Peran Orang Tua
Seorang ayah dan ibu yang dan ibu yang bertanggung jawab dalam satu keluarga dan mempunyai kewajiban untuk mengurus dan membina anaknya hingga beranjak dewasa.

Check List
Nominal

2
Perkembangan Motorik Kasar
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.

Check List
Nominal




3.6    Sampling Desain
3.6.1   Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2002).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 1-2 tahun di desa jenggrong kec. ranuyoso lumajang tahun 2012, dengan jumlah seluruhnya mencapai 25 orang.
3.6.2   Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tertentu (Notoatmojo, 2002).
Dalam peneltian ini sampelnya adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 1-2 tahun dan seluruh anak yang berusia 1-2 tahun di desa jenggrong kec. Ranuyoso Lumajang tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2002 : 96).
kriteria inklusi dari penelitian ini meliputi :
1)      Orang tua dari anak usia 1-2 tahun di desa jenggrong kec. Ranuyoso lumajang
2)      Orang tua dari anak usia 1-2 tahun bersedia dan kooperatif menjadi responden
3)      Berpartisipasi dalam penelitian dan mengembalikan kuesioner
4)       Anak usia 1-2  tahun hadir saat penelitian

3.6.3             Sampling
                Sampling merupakan suatu cara atau tehknik tertentu dalam pengambilan sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Soekitjo Notoatmojo, 2002)
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001 ).
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan cara mengambil semua populasi menjadi sampel.
3.7 Pengumpulan Data Dan Analisis Data
3.7.1 Instrumen Atau Alat Ukur
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup dengan jenis pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Sebelum responden mengisi kuesioner terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang hal- hal yang akan ditanyakan kepada responden sehingga nantinya tidak ada kesalah pahaman antara responden dan peneliti.
3.7.2   Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket atau kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128)
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik kuesioner untuk mengetahui hubungan peran orang tua terhadap perkembangan motorik kasar di desa jenggrong kec. Ranuyoso Lumajang. Kuesioner dalam penelitian ini di berikan pada orang tua dari anak - anak, kemudian diambil kembali untuk dilkakukan tabulasi data.
3.7.3   Analisis Data
Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2003: 169). Penilaian pada jawaban responden yang terkumpul dilakukan dengan cara pemberian lembar observasi  dengan skor pada masing-masing parameter atau dengan definisi operasional.Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus ;
Rumus yang digunakan:
N =             X 100 %
Keterangan:
N :           prosentase responden yang termasuk dalam kriteria
SP:           jumlah responden yang sesuai dengan kriteria
SM          : jumlah keseluruhan responden
    Hasil pengolahan data dalam bentuk prosentase kemudian diinteprestasikan dengan menggunakan skala kuantitatif yaitu :
76% - 100%        = Seluruhnya
(Sugianto, 2003)
3.7.4 Etika Penelitian
Dalam penelitian melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala Desa jenggrong kec. Ranuyoso Lumajang untuk melakukan penelitian dengan masalah etika yang menekankan peneliti melakukan penelitian pada responden.
3.7.5  Informed Consent
Informed Consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan (A. Aziz Alimul H, 2003 : 42)
3.7.6  Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden, hanya menuliskan kode tertentu pada lembar pengumpulan data.
3.7.7  Confidentialy (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya, hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.





0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget