BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Peran orang tua terhadap perkembangan
anak – anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah
usia 5 tahun atau balita. Melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua dan
anak, maka akan berkembang berbagai aspek perkembangan anak termasuk aspek gerak kasar atau motorik kasar
yang sangat berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap
tubuh yang melibatkan otot – otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya
(IDAI , 2011 : 21).
Perkembangan anak
adalah segala perubahan yang terjadi pada anak dilihat dari berbagai aspek,
antara lain misalnya pada aspek fisik (motorik). Perkembangan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan spinal cord. Salah
satu perkembangan yang penting adalah motorik kasar yaitu gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri. (Feiby, 2004).
Kebanyakan
orang tua mengharapkan anaknya bisa berjalan lebih cepat dibandingkan anak
lainnya. Namun ternyata perkembangan motorik khususnya kemampuan berjalan usia
normal anak bisa berjalan sebenarnya bervariasi mulai dari usia 9 bulan sampai
18 bulan. Orang tua harus mulai khawatir ketika anak tidak bisa berjalan ketika
usianya sudah mencapai 18 bulan. Memang bisa berjalan saat usia 15 – 18 bulan
adalah masih dalam batas normal tetapi biasanya anak seperti ini mempunyai
gangguan motorik kasar dan gangguan keseimbangan yang ringan yang akan lebih
baik diberikan intervensi dan stimulasi sejak dini. Perkembangan motorik yang lambat dapat
menyebabkan kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler.Anak dengan
Kelainan sumsum tulang seperti spina bifida dan serebral palsi dapat mengalami
keterbatasan perkembangan motorik yang dapat mengakibatkan spastisitas,
athetosis, ataksia, atau hipotonia.serta dapat juga menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik. Penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi
merupakan gangguan perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit
tersebut. (Depkes RI : 2005)
Pada umumnya anak yang terlambat
pertumbuhannya jarang disertai keterlambatan gerakan motorik kasar lainnya dan
gangguan keseimbangan. Seringkali orang tua atau beberapa dokter menganggap
anak tidak percaya diri atau trauma saat berjalan. Padahal sebagian dari anak
dari anak tersebut mengalami keterlambatan motorik kasar dan gangguan
keseimbangan baik dalam tingkat yang ringan atau yang tidak ringan.Sebaiknya
orang tua memperhatikan perkembangan motorik kasar, gangguan vestibularis dan
gangguan sensoris pada anak yang seringkali menjadi penyebab anak terlambat
berjalan.
Beberapa
peneliti menunjukkan bahwa terjadi sekurangnya 30 – 60 persen kebanyakan orang
tua tidak tahu bagaimana cara mengembangkan kemampuan motorik kasar yang di
miliki anak. Padahal kemempuan motorik
kasar anak sangat penting untuk perkembangan selanjutnya karena masa anak
adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap masa selanjutnya. Apa yang orang
tua tanamkan pada masa anak-anak akan mudah diingat dan dibawa sampai ia
beranjak dewasa.
Dari
Studi Pendahuluan yang di lakukan pada anak usia 1 – 2 tahun terdapat 7 orang
tua dari 25 orang tua yang tidak tahu cara mengembangkan kemampuan motorik
kasar pada anak sehingga anak mengalami penyimpangan tumbuh kembang atau
keterlambatan kemampuan motorik kasar seperti belum bisa merangkak, belum bisa
duduk sendiri, belum bisa mengangkat badannya ke posisi berdiri, belum bisa
berjalan dengan dituntun.
Pada
pengamatan sesaat yang dilakukan peneliti tanggal 02 oktober 2012 dengan
menggunakan lembar DDST pada 25 anak usia toddler 1 – 2 tahun di Desa
Jenggrong, Kecamatan Ranuyoso di dapatkan 10 anak dengan hasil meragukan, 2
anak dengan hasil abnormal atau belum bisa merangkak, 2 anak belum bisa
mengangkat badannya sendiri, dan 6 anak yang belum bisa berjalan dengan
dituntun. Dari 10 anak tersebut 6 anak ( 60 %) berasal dari orang tua yang
tidak berkecukupan, 2 anak (20 %) yang bersikap terlalu memajakan anak dan
tidak memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasikan perkembangan
motorik kasarnya, dan sisanya 2 anak ( 20 %) berasal dari anak yang mempunyai
orang tua single parent.
Perekembangan
motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah norma
umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas
perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai contoh, anak yang
dibawah norma untuk dapat berjalan dan makan sendir, akan di pandang sebagai
anak yang “terbelakang”.
Jika
orang tua mengabaikan, hal – hal kecil ini seperti ini begitu saja. Akibatnya,
pada saat beberapa aspek itu menyatu menjadi hambatan, sulit bagi professional
( dokter atau psikolog) untuk memberikan intervensi, karena sudah terlambat.
Intervensi dini terhadap keterlambatan anak akan memberikan hasil yang lebih
optimal dibandingkan jika penanganan tidak segera di lakukan maka akan
mengganggu tumbuh kembangnya anak di masa depan.
Melihat
hal di atas maka peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar
anak menjadi sangat penting dan mendasar.Sehingga setidaknya para orang tua
tahu bagaimana mereka mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak-anaknya.
Jika orang tua salah sedikit saja dalam menanamkan konsepnya kepada
anak-anaknya dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar, maka itu akan
berakibat fatal ke depannya
Untuk mencegah atau mengatasi
terjadinya hambatan – hambatan atau keterlambatan
kemampuan motorik kasar pada anak, kita sebagai perawat harus memberikan beberapa
hal yang bisa dilakukan orang tua yang sangat berperan penting dalam menunjang
tumbuh kembang anak, di sarankan: 1) kepada orang tua agar memberikan
suasana yang lebih menarik setiap hari, 2) Kepada orang tua agar tidak selalu
menuruti kemauan anak, jangan biarkan anak selalu digendong, 3) Kepada orangtua
agar lebih memotivasi, membantu dan menyediakan alat permainan anak yang sesuai
dengan tingkat kemampuan anak, agar dapat menambah kreatifitas anak, sehingga
perkembangan anak dapat dicapai secara optimal.
Orang
tua harus bisa mengembangkan kemampuan motorik kasar anaknya. Selain akan membuat anak menjadi
aktif, mengembangkan kemampuan motorik kasar anak akan merangsang proses
berpikirnya sehingga secara tidak langsung anak sudah mulai belajar
sesuatu. Pengembangan kemampuan motorik kasar pada anak secara
benar dan terarah yang bisa dilakukan
oleh orang tua pada rentang usia anak memasuki pendidikan formal atau pada
rentang usia dini merupakan saat yang tepat untuk mengembangkan kemapuan
motorik kasar anak tersebut akan
berdampak pada kehidupannya di masa depan.
Hal
ini juga tidak lepas dari tanggung jawab dan peran serta orang tua dalam
mengembangkan dan mengarahkan pribadi anak. Oleh karenanya, penulis merasa
sangat tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui adakah hubungannya
peran orang tua terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 ahun.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1
Konsep Dasar Peran Orang Tua
2.1.1
definisi peran orang tua
Peran
Orang Tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah – ibu dalam bekerja
sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh anak semenjak
terbentuknya pembuahan zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu baik
berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional anak yang
mandiri.
Orang
tua adalah tokoh utama panutan anak, maka di harapkan orang tua dapat ditiru,
sehingga anak yang bersekolah pun sudah mau dan mampu menyikat gigi dengan baik
dan meniru model yang ditiru dari orang tua dalam mengajarkan perkembangan fisik dan motorik kepada
anak-anak pada segala usia dan mulai
anak sudah bisa mencontoh gerakan-gerakan orang dewasa disekitarnya. Perubahan
terjadi secara teratur dalam arah yang relatif dapat diprediksi. Misalnya
sebelum seorang anak dapat berjalan, pertama-tama anak belajar mengangkat
kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak, berdiri dengan bantuan dan kemudian
berdiri tanpa bantuan (maulani, dkk ,2005:17)
Setiap orang tua dalam menjalani
kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting,
ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai
berikut.(1). Melahirkan, (2).Mengasuh, (3).Membesarkan, (4).Mengarahkan menuju
kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku.Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri
anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh
tanggung jawab dan penuh kasih sayang.
Banyak dari kalangan para ahli yang
mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang
dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita
yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab
sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya, yaitu apabila seorang
laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang
sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah
satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan,
karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan
dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak
mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya (Kartono, 2004 : 27).
Pendapat
yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution adalah “Orang tua adalah setiap orang
yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.” Seorang bapak atau ayah
dan ibu dari anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap
keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus
danan dibina oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa (Nasution:2002 :
1).
Berdasarkan
Pendapat-pendapat para ahli yang telah diurarakan di atas dapat diperoleh
pengertian bahwa orang tua orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk
serta membina ank-anaknya baik dari segi psikologis maupun pisiologis.Kedua
orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat
menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.
Dalam
berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan
oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:
- Respek dan kebebasan pribadi.
- Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik.
- Hargai kemandiriannya.
- Diskusikan tentang berbagai masalah.
- Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian.
- Anak-anak lain perlu di mengerti.
- Beri contoh perkawinan yang bahagia.
Dari
beberapa hal yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat dipahami bahwa
banyak hal yang harus dilakukan oleh orang tua dalam melakukan tugas serta
peran mereka sebagai orang tua, yaitu harus respek terhadap gerak-gerik anaknya
serta memberikan kebebasan pribadi dalam mengembangkan bakat serta menggali
potensi yang ia miliki, orang tua dalam menjalani rumah tangga juga harus dapat
menciptakan rumah tangga yang nyaman, sakinah serta mawaddah sehingga dapat
memberikan rasa aman dan nyaman pada anak-anaknya, orang tua harus memiliki
sikap demokratis. Ia tidak boleh memaksakan kehendak sehingga anak akan menjadi
korban, ia harus betul-betul mengerti, memahami, serta memberikan kasih sayang
dan perhatian yang penuh. Orang tua yang tidak memenuhi peran dan tidak
menjalankan tugas tugasnya seperti apa yang di jelaskan di atas, maka anak-anak
hidupnya menjadi terlantar, ia akan mengalami kesulitan dalam menggali
potensi dan bakat yang ia miliki
Conny
Semiawan dan kawan-kawan menyatakan bahwa, “Orang tua perlu membina anak agar
mau berprestasi secara optimal, karena kalau tidak berarti suatu penyia-nyiaan
terhadap bakat-bakatnya.Pembinaan dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai
prestasi yang sesuai dengan kemampuannya.Ada pula orang tua, karena tingkat
pendidikan mereka sendiri terbatas, karena acuh tak acuh atau karena kurang
memperhatikan anak, pendidikan anak, tidak peka dalam pengamatan ciri-ciri
kemampuan anaknya”.Seorang anak sangat memerlukan bimbingan kedua orang tuanya
dalam mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ada pada diri anak
tersebut.Dalam rangka menggali potensi dan mengembangkan bakat dalam diri anak
maka seorang anak memerlukan pendidikan sejak dini.
Tugas-tugas
serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah mudah, salah satu
tugas dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik
anak-anaknya. Sebab orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai
kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka.
2.1.2
Faktor Yang mempengaruhi Peran
1.
Faktor kelas social
Menurut Notoatmojo, 2003
mengemukakan bahwa kelas social ditentukan oleh unsure-unsur seperti
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi
financial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih
besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga yang ada di
masyarakat bahwa semakin tinggi pula kelas sosialnya.
Pada keluarga dengan status ekonomi
kurang, peran orang tua merupakan hal penting dari sang ibu, di mana Ibu lebih
jauh bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak dengan
suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan,kepatuhan, kebersihan, dan
disiplin bila dibandingkan dengan keluarga menengah ke atas yang lebih menitik
beratkan pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian
prinsip perkembangan dan psikologi dengna orng tua dan anak.
2) Faktor bentuk keluarga
Keluarga
dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan ibu akan mempengaruhi
petumbuhan dan perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota
keluarga dengan adanya ayah dan Ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman
dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan social
dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah
satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan
mencari identitas diri.
3) Faktor Tahap perkembangan keluarga
Tahap
perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernihan yang menyatukan dua
pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapn menjadi orang tua.
Tahap selanjuutnya adalah menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai
tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali dimana dalam
setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan.
4)
Faktor model peran
Individu
merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang diterima individu terkait
dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada
diri individu tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran
5)
Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit.
Kejadian
kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan pengaruh sehat –
sakit terhadap peran keluarga. Peran sentral Ibu sebagai pembuat keputusan tentang
kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga
2.1.3 Bentuk-Bentuk
Peran Orang Tua
1)
Memberikan teladan yang baik terhadap anak dalam
keluarga. Misalnya, soal sifat dan sikap orang tua, soal berekasi dengan
anggota keluarga dan masyarakat, soal pengguna waktu, soal penghargaan terhadap
orang lain, soal pemakaian uang dan lain sebagainya.
Dalam semua hal tersebut
keteladanan orang tua harus berdasarkan dengan nilai-nilai agamis, nilai-nilai
kerohanian sesuai dengan kepercayaannya. Karena kita percaya sebagai orang
beriman, nilai-nilai agama dan keimanan kita mempunyai dampak besar bagi
pengajaran diri ke arah yang benar.
2)
Memberikan waktu untuk selalu hadir dalam
kebersamaan anak.
Orang tua harus mempunyai banyak waktu bagi anaknya dalam
kebersamaan. Misalnya, tentang
pendidikan anak, orang tua harus hadir ketika anaknya belajar, mungkin sebagai
pembimbing, pendamping, atau sebagai pengajar. Dalam hal ini anak dapat belajar
tentang pentingnya arti belajar bagi dirinya.
3)
Memberikan kasih sayang pada anak
Orang tua harus mengahadirkan kasih sayang terhadap
anak-anaknya dalam proporsi yang tepat. Misalnya, Jika anak benar, orang harus
memberikan penghargaan seperti memberikan pujian. Jika anak salah, orang tua
harus berani memberikan hukuman atau disiplin kepada anak. Agar si anak dapat
belajar, jika ada sesuatu yang salah, maka ia haruslah menghindar. Dan jika
benar, si anak akan punya tekad untuk mempertahankan kelakuan yang benar
tersebut. Kasih sayang orang tua jangan selalu ditujukkan dalam bentuk barang
yang dihadiahkan kepada si anak. Tetapi penting bagi orang tua untuk memberikan kasih sayangnya dalam
kebersamaannya. Walaupun tanpa hadiah barang, kasih sayang orang tua dapat
ditunjukkan dengan berbagai cara. Misalnya, orang tua tampil sebagai
pendamping, sebagai pendengar, ketika si anak hendak mengatakan sesuatu yang
telah dialaminya sepanjang hari.
2.1.4
Fungsi Peran Orang Tua
Adapun fungsi keluarga secara ilmu
menurut ST. Vembrianto sebagaimana dikutip oleh M. Alisuf Sabri mempunyai 7
(tujuh) yang ada hubungannya denagan si anak yaitu.
- Fungsi biologis: keluaraga merupakan tempat lahirnya
anak-anak secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
- Fungsi Afeksi: kerluarga merupakan tempat terjadinya
hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang
dan rasa aman).
- Fungsi sosial:
fungsi keluaraga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial
dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap keyakinan,
cita-cita
dan nilai-nilai dalam keluarga anak, masyarakat, dan rangka pengembangan
kepribadiannnya.
- Fungsi Pendidikan: keluarga
sejak dulu merupakan institusi pendidikan dalam
keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak
agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat, sekarang pun keluarga dikenal
sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan
dasar kepribadian anak.
- Fungsi Rekreasi: kelurga
merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi,
ketenangan, dan kegembiraan.
- Fungsi Keagamaan : merupakan
pusat pendidikan upacara dan ibadah agama, fungsi ini penting artinya bagi
penanaman jiwa agama pada si anak.
- Fungsi perlindungan: keluarga
berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun
sosialnya. (Sabri, 1999 : 16).
2.2 Perkembangan Keterampilan Motorik Kasar
2.2.1 Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan
tubuh, organ – organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
(soetjiningsih,2004)
2.2.1 Definisi Motorik Kasar
Motorik Kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia balita,
diawali dengan kemampuan berjalan, lari, lompat, dan lempar. Motorik Kasar
adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak
(Parentingislami,2008)
Perkembangan Motorik Kasar berarti pengendalian gerakan jasmaniah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian
tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada
waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya.
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya,
pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok umurnya. Bahayanya penyebab terlambatnya perkembangan motorik,
sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Kurangnya stimulasi
terjadi terlambatnya motorik kasar yang disebabkan gangguan organis di otak
yang berupa dispraxia adalah gangguan di pusat-pusat tertentu yang mengalami
kesulitan meski sudah terlatih (Tedjasaputra, 2003).
Keterlambatan
tersebut juga sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak ntuk mempelajari ketrampilan motorik,
perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya motivasi anak untuk
mempelajarinya dan kurangnya stimulasi (Hurlock, 2000).
Memasuki tahun keduanya sekitar umur
1 – 2 tahun, secara fisik anak lebih aktif dan organ tubuhnya semakin
matang.Kemampuannya mengatasi masalah semakin baik dan pengamatannya pun
semakin tajam. Meskipun demikan, panduan dan peran orang tua masih dibutuhkan
saat ia menghadapi pengalaman baru sehubungan dengan begitu besar rasa ingin
tahunya, begitu pula saat ia merasa frustasi dan kecewa serta ketika ia ingin
mengartikulasikan keinginan, kebutuhan dan persaannya. Padahal kemampuannya,
dalam berbagai aspek: motorik, kognitif, dan bahasa serta emosi-sosial masih
terbatas.
Periode Tumbuh kembang
anak pada masa Balita (umur 12 – 59 bulan):
Pada masa ini , kecepatan pertumbuhan mulai melambat namun
sebaliknyaterdapat kenajuan dalam Aspek perkembangan motorik(gerak kasar) serta
fungsi ekskresi.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhu
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya, pertumbuhan dan perkembangan
sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut syaraf dan
cabang-cabangny, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks.
Jumlah dan kualitas hubungan antar sel syaraf ini sangat mempengaruhi kualitas
otak. Mulai dari kemampuan belajar berjalan , mengenal huruf hingga bersosialisasi (IDAI: 20)
Dalam belajar
keterampilan motorik, anak-nak memerlukan pengalaman keterampilan dasar ( gerak
lokomotor, nonlokomootor dan manipulatif). Mereka harus belajar gerakan-gerakan
sederhana sebelum menghubungkannya ke dalam gerakan-gerakan yang lebih sulit,
sebelum menguasai sebuah keterampilan gerak, anak-anak harus diberi kesempatan
untuk malkukan latihan-latihan. Anak-anak harus memiliki kesempatan untuk
mencoba, membetulkan dan mencoba lagi. Anak-anak akan memperbaiki keterampilan
motoriknya berdasarkan pengalaman bermain yang dilakukan sebelumnya.
Ingatan berperan penting
bagi anak dalam mempelajari keterampilan motorik. Anak perlu mengingat kembali
hal yang baru dilakukannya agar dapat mengoreksi dan memperbaikinya. Contohnya,
bola yang dilemparkan anak dari jarak tertentu ke dalam kotak dan tidak
berhasil memasukkan bola ke dalam kotak tersebut, maka pada kesempatan
berikutnya anak akan mencoba melempar bola lebih kencang atau dengan jarak yang
lebih dekat agar tidak meleset.
2.2.3 Faktor-faktor
yang mempengaruhi
Pada
usia sekitar 18 bulan, anak berada pada puncak kemajuan tahapan tumbuh kembang.
Pencapaian tumbuh kembang anak di tahun kedua hidupnya ini memang sangat cepat
namun tak selalu mulus. Proses tumbuh kembang yang harus dijalani anak usia ini
masih panjang, sehingga masih banyak kemugkinan terjadinya gangguan tumbuh
kembang anak yang terjadi pada anak usia ini .
1)
Faktor
genetic
Individu yang mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang
perkembangan motorik misalnya otot kuat, syaraf baik, cerdas, menyebabkan
perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik da cepat.
2)
Faktor kesehatan
pada periode pranatal
Janin
yang selama dalam kandugan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak
kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin, dapat membantu memperlancar
perkembangan motorik anak.
3)
Faktor
kesulitan dalam klahiran
Bayi
yang mengalami kesulitan dalam kelahiran, misalnya dalam perjalanan kelahiran,
kelahiran dengan bantuan alat (vacuum, tang) sehingga bayi mengalami kerusakan
otak, akan memperlambat perkembangan motorik bayi.
4)
Kesehatan
dan gizi
Kesehatan
dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat
perkembangan motorik bayi.
5)
Rangsangan
Adanya
rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian
tubuh, akan mempercepat perkembangan motorik.
6)
Perlindungan
Perlindungan
yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk bergerak, misalnya anak
hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak boleh, akan menghambat
perkembangan motorik anak.
7)
Premature
Kelahiran
sebelum masanya disebut premature, biasanya memperlambat perkembangan motorik.
8)
Kelainan
Individu
yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, sosial, mental, biasanya
mengalami hambatan perkembangan motorik/
9)
Kebudayaan
Peraturan
daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak. Misalnya ada
daerah yang tidak mengijinkan anak putrid naik sepeda, maka tidak akan diberi
pelajaran naik sepeda roda tiga. (Dian Andriani.2004:13)
2.2.3 Tahap-tahap perkembangan motorik kasar pada
anak sesuai usia
1) Umur 9 – 12 bulan:
1. Mengangkat badannya keposisi berdiri
2. Belajar berdiri selama 30 detik atau
berpegangan dikursi
3. Dapat berjalan dengan dituntun
4. Mengulurkan lengan / badan untuk meraih
mainan yang diinginkan
5. Menggenggam erat pensil
6. Memasukkan benda kemulut
2) Pada anak umur 12 –
18 bulan:
(1)
Anak sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan
(2)
Membungkuk saat memungut mainan kemudian berdiri lagi
(3)
Berjalan mundur lima langkah
(4)
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
(5)
Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
(6)
Berjalan mundur lima langkah
3) Pada anak umur 18 –
24 bulan:
(1)
Merangkak, anak dapat merangkak kira-kira setengah bulan kemudian anak dapat
bergerak maju dengan menarik badannya di atas lantai dengan bantuan gerakan
tangan dan kakinya, anak mulau merangkak dengan tangan dan lututnya,
selanjutnya lima hari kemudian anak merangkak dengan tangan dan kakinya.
(2) Berdiri sendiri
tanpa berpegangan 30 detik.
Pada
waktu anak pertama kali berjalan, dengan bantuan (titah jiwa), tumit belum
menyentuh lantai, Berjalan tanpa terhuyung-huyung, langkah pendek dan tidak teratur,
panjang langkah meningkat sampai kurang lebih anak berumur 15 bulan, dan
setelah itu baru langkahnya teratur. Pada saat ini anak berjalan tanpa bantuan,
sampai dengan akhir tahun kedua, lebar langkah meningkat tajam.
(3)
Menggelindingkan bola dengan kearah sasaran.
2.2.4 Upaya Untuk Meningkatkan
Motorik Kasar
2.2.4.1 Adapun stimulasi yang perlu
dikembangkan pada masa perkembangan anak
1) Usia 9-12 bulan
(1)
Stimulasi yang perlu dilanjutkan
-
Bermain
bola
-
Berjalan
sendiri
(2)
Menarik mainan
Bila anak
sudah berjalan tanpa berpegangan, berikan mainan yang bisa ditarik ketika anak
berjalan.Umumnya anak senang mainan yang bersuara.
(3)
Berjalan mundur
Bila
anak sudah jaln tanpa berpegangan, ajari anak cara melangkah mundur. Berikan
mainan yang bisa ditarik karena anak akan mengambil langkah mundur untuk dapat
memperhatikan mainan itu.
(4) Berjalan naik turun tangga
Bila anak sudah bisa merangkak naik dan
melangkah turun tangga, ajari anak cara jalan naik tangga sambil berpegangan
pada dinding atau pegangan tangga. Tetap bersama anak ketika ia melakukan hal
ini untuk pertama kalinya. Anak sebelum dapat berjalan sudah dapat naik tangga
dengan merangkak dan merayap.Waktu menuruni tangga anak merangkak
mundur.Setelah dapat berjalan, mereka naik turun tangga dengan memegang anak
tangga di atasnya, diikuti kaki yang satunya lagi, diletakkan disamping kaki
yang sudah melangkah sebelumnya. Cara yang sama digunakan untuk turun tangga.
(5) Berjalan sambil berjinjit
Tunjukkan
kepada anak cara berjalan sambil berjinjit. Buat agar anak mau mengikuti anda
berjinjit di sekeliling ruangan.
(6)
Menangkap dan melempar bola
Tunjukkan
kepada anak cara melempar sebuah bola, kemudian cara menangkap bola tersebut.
Bila anak bisa melempar bola ukuran besar, ajari anak cara melempar bola yang
ukurannya lebih kecil.
Usia 15-18 bulan
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan
-
Berjalan
mundur
-
Berjalan
naik dan turun tangga
-
Berjalan
sambil berjinjit
-
Menangkap
dan melempar bola
Dalam bermain – main bola, sebagai
dari anak yang berumur dua tahun sudah dapat menggulingkan bola, melempar bola,
dan menendang bola.Bahkan ada anak yang berumur 14 bulan sudah dapat menendang
bola.
Bermain diluar rumah
Ajak anak bermain diluar rumah seperti bermain ayunan, memanjat tangga,
berlari – lari, di halaman atau di taman bermain untuk umum. Jangan biarkan
anak seorang diri ketika ia bermain di luar rumah.
Bermain
air
Biarkan anak bermain di pancuran, kolam
renang, dan lain – lain. Beri anak cangkir plastic untuk menuang air dan ember
plastic kecil untuk menampung air. Jangan biarkan ia seorang diri, walaupun
ditempat air yang sangat dangkal.
Menendang bola
Tunjukkan kepada anak bagaimana menendang
sebuah bola kea rah tonggak – tonggak agar roboh. Bola dapat dibuat dari
potongan Koran atau kain, tonggak dapat dibuat dari kotak atau kaleng susu dan
lain – lain.
Usia 18-24 bulan
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Dorong agar anak mau berlari, berjalan dengan
berjinjit, bermain di air, menendang, melempar, dan menangkap bola besar serta
berjalan naik turun tangga.
b. Melompat
Tunjukkan anak cara melompat dengan
mengangkat kedua kakinya secara bersamaan. Bukan dengan langkah lompat (satu
kaki diangkat).Bila anak memerlukan bantuan, pegangi tangannya ketika melompat
untuk pertama kalinya. Usahakan agar ia melompat diatas keset atau handuk, dan
lain – lain. anak belajar melompat dari tempat tinggi dengan gerakan menyerupai
gerakan berjalan. Sebelum anak berumur 2 tahun, banyak yang sudah dapat
berjalan menyamping dan mundur. Dengan bantuan, mereka dapat berdiri dengan
satu kaki, dan dapat berjalan dengan berjingkat
c. Melatih keseimbangan tubuh
Ajari
anak cara berdiri satu kaki secara bergantian. Ia mungkin perlu berpegangan
kepada anda atau kursi ketika ia melakukan untuk pertama kalinya. Usahakan agar
anak menjadi terbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam waktu yang lebih
lama setiap kali ia mengulangi permainan ini. Mendorong mainan dengan
kaki.mengendarai sepeda roda tiga. Anak yang berusia 2 tahun sudah banyak yang
dapat mengendarai sepeda roda tiga.Ada yang baru mengendarai, kalau ada orang
yang memegang sadelnya.Biarkan anak mencoba mainan yang perlu di ddorong dengan
kakinya agar mainan itu dapat bergerak maju.pada jaman sekarang sudah banyak
bayi yang belum dapat berjalan tetapi sudah dapat berenang dengan gayanya
sendiri, tentu saja dengan penjagaan orang tuanya. (Depkes RI : 2005)
2.2.5
Karakteristik keterampilan koordinasi gerakan motorik
anak usia dini
2.2.5.1 Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar
Keterampilan
koordinasi motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar mencakup ketahanan,
kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan. Keterampilan
koordinasi motorik kasar dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu:
1.
Keterampilan
lokomotor
2.
Keterampilan
non lokomotor
3.
Keterampilan
manipulatif / memproyeksi
1.
Keterampilan
lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari,
melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda.
Keterampilan lokomotor membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran
persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan
ruang ( spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan
terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
2.
keterampilan
non lokomotor, yaitu menggerakkan anggata tubuh dengan posisi tubuh diam di
tempat seperti : berayun, mengangkat, bergoyang,
merentang, memeluk, melengkung, memutar, membungkuk, mendorong. Keterampilan
ini sering dikaitkan dengan keseimbangan atau kestabilan tubuh, yaitu gerakan yang
membutuhkan keseimbangan pada taraf tertentu.
3.
keterampilan
manipulatif,meliputi penggunaan serta pengontrolan gerakan otot-otot kecil yang
terbatas,terutama yang berada di tangan dan kaki. Keterampilan
gerakan manipulatif,antara lain meregang , memeras, menarik, menggegam,
memotong, meronce, membentuk, menggunting dan menulis. Keterampilan
memproyeksi, menangkap dan menerima. Keterampilan ini dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola,
menggiring bola, melempar bola , menendang bola, melambungkan bola, memukul dan
menarik.
Sesuai
dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak,
maka yang dilakukan adalah mengembangkan jasmani anak dan bukan mengajarkan
olahraga. Pengembangan jasmani pada anak menitik beratkan pada latihan gerak
yang sifatnya informal dan bebas sehingga anak dapat menguasai gerakan-gerakan
dasar yang sifatnya informal dan bebas sehingga anak dapat menguasai
gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
diri selanjutnya. Mereka dilatih agar
mampu menggunakan otot-ototnya dengan baik agar mereka lebih tangkas di dalam
gerakan-gerakannya.
Rudolf Laban (1930) seorang ahli
mengemukakan bahwa gerakan yang diajarkan pada anak selalu berkaitan dengan
hal-hal berikut :
a.
Waktu
Yang dimaksud
dengan waktu berkaitan dengan cepat / lambat. Misalnya, gerakan yang dilakukaan
oleh seluruh atau sebagian tubuh dengan kecepatan yang berbeda. Mulai dari yang
cepat sampai yang lambat atau dari yang lambat sampai yang cepat. Gerakan dapat
dipercepat atau diperlambat dan gerakan dapat berirama.
b.
Beban.
Gerakan dapat
diberikan dalam bentuk gerakan yang berat, ringan, atau sedang.
c.
Ruang.
Gerakan juga
berkaitan dengan ruang, yaitu sejauh mana gerakan tubuh itu menggunakan ruang
dalam pelaksanaanya. Tubuh atau sebagian tubuh dapat digerakkan ke berbagai
arah. Misalnya maju kedepan, mundur kebelakang, melangkah kesamping dan
seterusnya. Bisa juga bergerak melalui jalur tertentu, seperti lurus langsung
atau memutar. Anak juga bergerak dalam level yang berbeda, misalnya dari
ketinggian tertentu.
d.
Alur.
Gerakan adalah
sesuatu yang berkesinammbungan yang mengalir dari suatu gerak tertentu ke gerak
lainnya. Gerakan juga merupakan suatu kesatuan yang mempunyai alur yang indah
yang m,eliputi gerakan seluruh tubuh, gerakan beberapa bagian tubuh atau yang
berkaitan dengan orang ataupun obyek lainnya.
2.2.6 Alat Ukur Perkembangan Motorik Kasar
2.2.6.1
Pengukuran Perkembangan Denver II
2.2.6.1.1.
Pengertian
Denver
II adalah salah satu tes untuk
mengetahui keterlambatan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995) tes ini
desebut oleh Frankenburg dan Borowitz unuk mengetahui perkembangan anak pada
saat pemeriksaan saja dan tidak dapat memperkirakan perkembangan anak di masa
yang akan datang.
2.2.6.1.2
Aspek – Aspek pada Denver II
Frankenburg dkk (2000) melalui DDST (Denver Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter
perkmbangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak yaitu:
1)
Personal
social (kepribadian / tingkah laku sosial)
Aspek
yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan .
2)
Fine
motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek
yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot
– otot kecil serta melakukan koordinasi.
3)
Language
(bahasa)
Kemampuan
untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
4)
Grass
motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
2.2.6.1.3
Alat yang digunakan
1)
Alat peraga kubus berwarna merah,
kuning, hijau, biru, kertas, dan pensil.
2)
Lembar formulir DDST
3)
Buku petunjuk referensi, yang
menjelaskan tata cara melakukan tes Denver II dan cara penilaiannya.
2.2.6.1.4
Cara penggunaan DDST
1)
Tentukan umur anak sat pemeriksan
2)
Tarik garis lurus dengan menggunakan
pensil dan penggaris yang ada pada lembar DDST sesuai umur anak
3)
Periksa satu-persatu tiap item 4 sekor
DDST, jika ada kode L boleh tanya pada orang tua tidak harus diperiksa, jika
ada angka lihat pada petunjuk pelaksanaan pada lembar DDST, jika tidak ada
angka dan kode L langsung dites pada anak.
2.2.6.1.5
Penilaian
Penilaiannya
meliputi: Apakah lulus (passed = P), gagal (fail = F). Kemudian ditarik garis
berdasarkan umur, kronologis yang memotong garis lurus horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing – masing
sektor, beberapa yang P dan beberapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman,
hasil tes diklasifiksaikan ke dalam: normal dan abnormal.
1) Abnormal
Bila didapat dua atau lebih keterlambatan pada
sektor atau lebih dan bila dalam satu sektor atau lebih didapat dua atau lebih
keterlambatan.
2) Normal
Dikatakan normal bila minimal hanya satu
keterlambatan dalam satu sektor dari empat sektor yang ada.
Dalam
pelaksanaannya Skreening dengan DDST ini, umur anak ditetapkan terlebih dahulu,
dengn menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan, 12 bulan untuk satu tahun.
Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke atas perhitungan
umur sebagai berikut:
Misal: Muhammad lahir pada tanggal 20 desember 2010,
berapa umur muhammad ketika penguji datang pada tanggal 27 november 2012?
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian adalah informasi sesuai dengan yang terumuskan
dalam permasalahan atau tujuan penilitian perlu sesuatu desain atau rencana
menyeluruh tentang urutan kerja penelitian dalam bentuk suatu rumusan
operasional sesuatu metode ilmiah rincian garis-garis besar keputusan sebagai
suatu pilihan beserta dasar atau alasan-alasan ilmiahnya (Hamidi, 2004:68 ).
Pada
bab ini akan diuraikan tentang desain penelitian, waktu dan tempat penelitian,
kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional, sampling desain,
etika penelitian.
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian
merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan
dan berperan sebagai pedoman atau peneliti pada proses penelitian (Nursalam,
2003 : 81).
Desain penelitian
merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti
dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007 : 127).
Hal ini dibutuhkan untuk keperluan hipotesis
atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol
atau mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam penelitian
(Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini
akan menggunakan desain studi komparatif untuk mengetahui hubungan peran orang
tua terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 tahu didesa
jenggrong Kec. Ranuyoso Kab. Lumajang
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di
desa jenggrong kec. Ranuyoso Kab. Lumajang
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013
3.4
Variabel Penelitian
Variabel merupakan
karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek yang
lain (Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismael, 2002:220)
Adapun dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu
: variabel independent dan variabel dependent.
3.4.1
Variabel Independent (bebas)
Variabel
independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel yang lain
(Nursalam, 2003)
Variabel independent dalam penelitian ini adalah Peran
Orang Tua
3.4.2
Variabel Dependent (tergantung)
Variabel dependent
adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel yang lain (Nursalam,
2003)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Perkembangan
Motorik Kasar
3.5
Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup
dan pengertian variabel-variabel yang diamati, perlu sekali variabel-variabel
tersebut diberi batasan atau definisi operasional (Notoatmojo, 2002)
Tabel definisi
operasional
No
|
Variabel
|
Data
Operasional
|
Parameter
|
Alat
Ukur
|
Skala
|
Skor
|
1
|
Peran Orang Tua
|
Seorang ayah dan ibu yang dan ibu yang
bertanggung jawab dalam satu keluarga dan mempunyai kewajiban untuk mengurus
dan membina anaknya hingga beranjak dewasa.
|
Check List
|
Nominal
|
||
2
|
Perkembangan Motorik Kasar
|
pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang
terkoordinasi.
|
Check List
|
Nominal
|
3.6
Sampling Desain
3.6.1 Populasi
Penelitian
Populasi merupakan
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2002).
Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 1-2 tahun di
desa jenggrong kec. ranuyoso lumajang tahun 2012, dengan jumlah seluruhnya
mencapai 25 orang.
3.6.2
Sampel Penelitian
Sampel merupakan
sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi tertentu (Notoatmojo, 2002).
Dalam peneltian
ini sampelnya adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 1-2 tahun dan
seluruh anak yang berusia 1-2 tahun di desa jenggrong kec. Ranuyoso Lumajang
tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti (Nursalam, 2002 : 96).
kriteria inklusi dari
penelitian ini meliputi :
1)
Orang tua dari anak usia 1-2 tahun di
desa jenggrong kec. Ranuyoso lumajang
2)
Orang tua dari anak usia 1-2 tahun
bersedia dan kooperatif menjadi responden
3)
Berpartisipasi dalam penelitian dan
mengembalikan kuesioner
4)
Anak usia 1-2
tahun hadir saat penelitian
3.6.3
Sampling
Sampling merupakan suatu cara
atau tehknik tertentu dalam pengambilan sampel penelitian sehingga sampel
tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Soekitjo Notoatmojo, 2002)
Sampling adalah suatu proses
dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,
2001 ).
Teknik sampling yang digunakan adalah
total sampling dengan cara mengambil
semua populasi menjadi sampel.
3.7 Pengumpulan
Data Dan Analisis Data
3.7.1 Instrumen Atau Alat
Ukur
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan
pertanyaan tertutup dengan jenis pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau
tidak. Sebelum responden mengisi kuesioner terlebih dahulu diberikan penjelasan
tentang hal- hal yang akan ditanyakan kepada responden sehingga nantinya tidak
ada kesalah pahaman antara responden dan peneliti.
3.7.2
Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan
data dilakukan dengan cara membagikan angket atau kuesioner, yaitu sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128)
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan teknik kuesioner untuk mengetahui hubungan
peran orang tua terhadap perkembangan motorik kasar di desa jenggrong kec.
Ranuyoso Lumajang. Kuesioner dalam penelitian ini di berikan pada orang tua
dari anak - anak, kemudian diambil kembali untuk dilkakukan tabulasi data.
3.7.3
Analisis Data
Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2003: 169). Penilaian pada jawaban responden yang terkumpul dilakukan
dengan cara pemberian lembar observasi
dengan skor pada masing-masing parameter atau dengan definisi
operasional.Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus
;
Rumus yang digunakan:
N =
X 100 %
Keterangan:
N :
prosentase responden yang termasuk dalam kriteria
SP: jumlah responden yang sesuai dengan
kriteria
SM : jumlah keseluruhan responden
Hasil pengolahan data dalam bentuk prosentase kemudian
diinteprestasikan dengan menggunakan skala kuantitatif yaitu :
76% - 100% = Seluruhnya
(Sugianto,
2003)
3.7.4 Etika Penelitian
Dalam penelitian melakukan
penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala Desa
jenggrong kec. Ranuyoso Lumajang untuk melakukan penelitian dengan masalah
etika yang menekankan peneliti melakukan penelitian pada responden.
3.7.5 Informed Consent
Informed Consent
merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan (A. Aziz Alimul H,
2003 : 42)
3.7.6 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga
kerahasiaan identitas responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh responden, hanya menuliskan kode tertentu pada lembar pengumpulan
data.
3.7.7 Confidentialy (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya, hanya data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
0 komentar:
Post a Comment