Wednesday, 20 May 2015

TRAUMA OKULI

A. DEFINISI
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai
indra penglihat.
Ada 2 jenis trauma okuli, yaitu :
1.  Trauma okuli non perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
a.  Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh)
b.  Mungkin terjadi robekan konjungtiva
c.  Adanya perlukaan kornea dan sklera
d.  Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada
2.  Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
a.  Adanya dinding orbita yang tertembus
b.  Adanya kontaminasi intra  okuli dengan udara luar
c.  Prolaps bisa muncul, bisa tidak.

B.  ETIOLOGI
Keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah kecelakaan di
rumah, kekerasan, ledakan aki atau baterai, cedera akibat olah raga , dan kecelakaan
lalu lintas.

C.  TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang sering muncul pada cedera mata meliputi :
1.  Nyeri 
2.  Perdarahan Subkonjunctiva
3.  Laserasi konjunctiva
4.  Enoftalmia (perpindahan mata yang abnormal ke belakang atau ke bawah akibat
hilangnya isi atau patah tulang orbita)
5.  Defek iris
6.  Berpindahnya pupil yang disebabkan karena kolapsnya COA
7.  Hifema
8.  Tekanan Intra Okuli  rendah (mata lunak)
9.  Ekstrusi isi okuler (iris, lensa, vitereus, dan retina)
10.  Hipopion, yaitu adanya bahan purulen dalam kamera anterior.

D. KOMPLIKASI
1. Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera okuli anterior.
2. Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea, sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos
Foto polos orbita kurang membantu dalam menentukan kelainan berbanding CT-scan. Tetapi foto polos masih dapat dilakukan. Antaranya foto polos 3 posisi, proyeksi Water’s, posisi Caldwell dan proyeksi lateral. Posisi-posisi ini berfungsi untuk melihat dasar orbita, atap orbita dan sinus paranasalis.
 Ultrasonografi
USG membantu dalam melihat ada tidaknya benda asing di dalam bola mata dan menentukan lokasi ruptur.
 CT-scan
CT-scan adalah metode pencitraan paling sensitif untuk mendeteksi ruptur yang tersembunyi, hal-hal yang terkait dengan kerusakan saraf optic, adanya benda asing serta menampilkan anatomi dari bola mata dan orbita.
 MRI
MRI sangat membantu dalam mengidentifikasi jaringan lunak bola mata dan orbita.

F. PENATALAKSANAAN TERAPI
1.  Bila dicurigai ada cedera bola mata, manipulasi mata harus dihindari sampai saat
pembedahan atau operasi
2.  Dipasang balutan ringan dengan balutan bilateral untuk menjaga dan meminimalkan
gerakan bola mata
3.  Pemberian Antibiotik, Antiemetik, dan Antitetanus toksoid sesuai kebutuhan
4.  Laserasi pada kelopak mata dapat dijahit, di beri salep antibiotik dan dibalut
5.  Kemungkinan diperlukan Operasi pembedahan.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pad pasien dengan trauma
okuli adalah :
a.  Nyeri berhubungan dengan cedera
b.  Ketakutan dan ansietas berhubungan dengan gangguan penglihatan dan
kehilangan otonomi
c.  Gangguan sensori dan persepsi visual berhubungan dengan cedera, inflamasi,
dan infeksi
d.  Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pasca operasi 
e.  Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan
f.  Isolasi sosial berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas sosial

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.  Nyeri berhubungan dengan cedera   
Tujuan : Meredakan nyeri
a.) Memberikan balutan pada matauntuk membatasi gerakan mata
sehingga mengurangi nyeri 
b.) Mengistirahatkan mata dengan menghindari kegiatan membaca
untuk beberapa waktu setelah pembedahan atau penyakit mata
c.)  Hindari penggunaaan cahaya yang terlalu silau
d.) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
e.)  Kolaborasi pemberian analgesik dan antibiotik untuk mengontrol
rasa nyeri
2.  Ketakutan dan Ansietas berhubungan dengan gangguan penglihatan dan
otonomi
Tujuan : Mengurangi ketakutan dan ansietas
a.)  Berbagi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik dengan
pasien
b.) Menerangkan mengenai diagnosis dan rencana penanganan pada
pasien
c.) Mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam perawatan  
3.  Gangguan sensori dan persepsi visual berhubungan dengan cedera, inflamasi,
dan infeksi
Tujuan : Mengurangi Deprivasi Sensori
a.) Memberikan reorientasi kepada pasien secara berkala terhadap
realitas dan lingkungan 
b.) Memberikan penjelasan dan pemahaman kepada pasien
c.) Menganjurkan agar tiap orang yang memasuki kamar

4.  Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pasca operasi
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan klien mengenai perawatan
a.) Menjelaskan kepada klien mengenai penyakit dan penanganannya
b.) Menjelaskan tujuan tiap tindakan perawatan yang akan dilakukan
kepada klien     
5.  Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Tujuan : Meningkatkan aktivitas perawatan diri
a.) Mendorong klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
b.)  Perawat memberikan bantuan jika diperlukan
c.) Menganjurkan keluarga untuk membantu klien     
 6.  Isolasi sosial berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas sosial
Tujuan : Mendorong sosialisasi dan ketrampilan koping
a.) Mendorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisi 
b.) Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas pengalih
c.) Memberikan terapi okupasi untuk menjaga pikiran klien agar tetap
sibuk
d.) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaanya.  

0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget