A. Pengertian Kanker payudara
Kanker payudara adalah kanker pada
jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang di derita kaum
wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya
lebih kecil dari 1 diantara 1000. pengobatan yang paling lazim adalah dengan
pembedahan dan jika perlu di lanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi.
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel
telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini
oleh Word Health Organization (WHO) di masukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
- Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari
kanker payudara; sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal dan
kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti
yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan
kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen
normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan
kanker payudara. Hormon steroid yang di hasilkan oleh ovarium mempunyai peran
penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan
progesteron, mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.
- Manifestasi Klinik
Kanker payudara dapat terjadi di bagian
manasaja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar
dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Kanker payudara umum terjadi
pada payudara sebelah kiri. Umumnya, lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi, dan
keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya berhubungan
dengan penyakit payudara jinak. Namun, nyeri yang jelas pada bagian yang
ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.
Dengan meningkatnya penggunaan mammografi,
lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal.
Wanita-wanita ini bisa saja tidak mempunyai benjolan yang dapat di raba, tetapi
lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Sayangnya, banyak
wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan medissetelah mengabaikan gejala
yang di rasakan. Sebagai contoh, mereka baru mencari bantuan medis setelah
tampak dimpling atau peau d’orange pada kulit payudaranya-yaitu kondisi yang di
sebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal. Retraksi
puting susu dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada dapat juga merupakan
bukti. Metastasis ke kulit dapat di manisfestasikan oleh lesi yang mengalami
ulserasi dan berjamur. Tanda-tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan
adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun, indeks kecurigaan yang tinggi
harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus
di lakukan.
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa
:
-
benjolan
pada payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri, pada payudara.benjolan
itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
-
Erosi
atau eksema puting susu kulit atau putimg susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau
timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk,
dan mudah berdarah.
-
Pendarahan
pada puting susu.
-
Rasa
sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
-
Kemudian
timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan,
dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.(Handoyo,1990).
Kanker payudara
lanjut sangat mudah di kenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen
sebagai berikut :
-
Terdapat
edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara),
-
Adanya
nodul satelit pada kulit payudara,
-
Kanker
payudara jenis mastitis karsinimatosa,
-
Terdapat
model parasternal,
-
Terdapat
nodul supraklavikula,
-
Adanya
edema lengan,
-
Adanya
metastase jauh,
-
Serata
terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
Gejala-gejala
yang menandakan adanya serangan kanker
Yang umum dapat dilihat dan
dirasakan :
- timbul
benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
- bentuk,
ukuran atau berat salah satu payudara berubah.
- Timbul
benjolan kecil dibawah ketiak.
- Keluar
darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu.
- Kulit
payudara mengerut seperti kulit jeruk.
- Bentuk
atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertekan ke dalam.
Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang
berpengaruh adalah :
1. Usia
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada
usia di atas 60 tahun. Resiko terbesar di temukan pada wanita berusia diatas 75
tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara
Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5 –
1%/ tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara.
Wanita yang ibu, saudara
perempuan, atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar
untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
5. Pernah menderita penyakit payudara
non-kanker.
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia
12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30
tahun atau belum pernah hamil.
7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih
estrogen.
8. Obesitas pasca menopause.
9. Pemakaian alkohol.
10. Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari
bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah
menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrigen (yang terdapat di
dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudar.
12. DES (dietilstilbestrol)
Wanita yang mengonsumsi DES
untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
13. Penyinaran
Hasil studi, menemukan adanya sedikit
penurunan resiko serangan kanker payudara pada wanita pre-menopause yang paling
lama menyusui anaknya.
Pencegahan
Kanker payudara dapat dicegah dengan cara
:
- Hindari
penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama.
- Hindari
bay\nyak merokok dan mengonsumsi alkohol.
- Lakukan
pemeriksaan payudara sendiri, setiap bulan.
- Hindari
terlalu banyak terkena sinar-X atau jenis-jenis radiasi lainnya.
- Jaga
kesehatan dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Sebaiknya
sering mengkonsumsi kedelai serta produk olahannya, seperti tahu, tempe,
dan susu kacang kedelai, sebab kedelai mengandung phyto estrogen, yaitu
genistein, yang bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya kanker
payudara.
- Lakukan
olah raga secara teratur.
- Hindari
terlampau banyak makan-makanan berlemak tinggi.
- Atasi
stres dengan baik, misalnya lewatrelaksasi dan meditasi.
- Makanlah
lalap kunir putih (temu mangga) lebih kurang dua ruas jari setiap hari.
Bahan-bahan yang di duga pemicu kanker
Pemicu kanker pada dasarnya BELUM
DIKETAHUI secara pasti, namun terdapat bahan-bahan yang di duga sebagai pemicu
kanker. Bahan-bahan yang di maksud di sebut karsinogenik.
Bahan-bahan
yang masuk dalam kelompok karsinogen yaitu :
- Senyawa
kimia, seperti aflatoxsin B1, ethionine, saccarin, asbestos,
nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
- Faktor fisik,
seperti radiasi matahari, sinar-X, nuklir, dan radionukleide.
- Virus,
seperti RNA virus (fam.retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno
virus, herpes virus), EB virus.
- Iritasi
kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
- Kelemahan
genetik sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.
Stadium
Kanker Payudara
Pada kanker payudar ada stadium dini (0,1
dan 2) serta stadium lanjut (3 dan 4). Stadium 0 berarti sel kanker ada pada
lapisan kelenjar susu atau saluran susu tetapi belum menyebar ke jaringan lemak
sekitarnya. Pada stadium 1 dan 2, kanker telah menyebar dari kelenjar susu atau
saluran susu ke jaringan terdekat disekitarnya. Pada stadium 2 kadang-kadang
kanker telah mulai menggangu kelenjar getah bening. Stadium 3 boleh dibilang
kanker payudara dalam stadium lanjut lkoal, dimanan garis tengah tumor telah
lebih dari dua inci dan seringkali telah menyebar kelenjar getah benig dekat
payudara. Pada stadium 4 kanker telah bermetastasis, artinya kanker telah
seperti tulang, hati, paru dan otak.
Kanker pada payudara itu bisa membengkak
dan pecah, kalau sudah begini bau busuk dan anyir akan keluar dari buah dada.
Keluhan lain adalah sesak napas karena kanker menekan paru-paru.
Larangan
atau Pantangan Penderita Kanker Payudara
Jika kita sudah terserang kanker payudara,
kita harus menghindar atau mengurangi asupan konsumen beberapa jenis makanan.
Karena adakalanya makanan atau minuman tertentu akan memacu pertumbuhan sel
abnormal, termasuk kanker payudara. Ada diantaranya yang mengandung zat tumbuh
yang jika diasup akan merangsang pembesaran kanker. Ada pula yang mengandung
karsinogenik akibat proses pengawetan. Dan ada pula yang jika dikonsumsi akan
mengurangi efek kerja obat dalam tubuh.
Beberapa makanan dan minuman yang
dianjurkan untuk menghindari atau dikurangi konsumsinya :
- Tauge 2.
Vetsin 3. Tape 4. Es 5. Cabai 6. kurangi garam 7. lengkeng 8. Alkohol 9.
Nenas 10. sawi putih 11. Danging merah 12. Rokok 13. Nangka 14. Durian 15.
Sof drink 16. kangkung 17. Ikan Asin.
Anjuran dalam masa pengobatan kanker payudara
Terdapat beberapa bahan makanan yang di anjurkan
untuk dikonsumsi secara rutin.
Konsumsinya boleh hanya satu jenis bahan saja atau campuran dari beberapa
bahan. Jika kita sedang terserang kanker payudara. Dianjurkan untuk meminum jus
bahan-bahan makanan berikut, lakukan dua kali satu gelas tiap hari.
- Wortel 2.
Lobak 3. Pisang Raja 4. Belimbing manis 5. Seledri 6. Brokoli 7. Kubis 8.
Apel 9. Bawang Putih.
Minum juga susu kedelai setengah gelas, lakukan
dua kali sehari, atau konsumsi selalu 100 gram tempe setiap hari.
Aneka Sayuran Hijau Pencegah Kanker :
- Buncis
- Daun
singkong
- Kacang
panjang
- Daun
pepaya.
Menurut Dr. Vivi K.Tjahjadi, dari
karyasari, obat untuk kanker payudara adalah rebusan sambiloto, kunir putih,
rumput mutiara dan keladi tikus, diminumm pagi, siang, dan sore.
Ramuan ini jika diminum 12 hari, lambat
laun rasa nyeri akan berangsur hilang dan benjolan juga hilang. Payudara akan
kembali seperti semula tanpa rasa sakit. Dengan minum ramuan ini kanker
payudara berpeluang benar-benar sembuh.
D. Patofisiologi.
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari
sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri
dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan
dalam bahan genetik sel yang memancing menjadi ganas. Perubahan dalam bahan
genetik ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogenik. Kelainan
genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik,menahan pun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah
mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap
inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah
suatu keadaan dari hasil penilainan Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit
kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker
tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh
stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor
jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinik dan
ditunjang pemeriksaan penujang lainnya. Yaitu histopatologi atau PA, rontgen,
USG, dan bila memungkinkan dengan CT- Scan, Scintigrafi dan lain-lain. Banyak
sekali cara untuk menentukan stadium, namun paling banyak dianut saat ini
adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi. Sistem TNM yang diresiko
mendasikan oleh UICC (internation Union Against Cancer dari WHO atau World
Health Organization)/ AJCC (America Joint Commttee On Cancer yang disponsori oleh
America Cancer Society dan America College of Surgeons).
Pada sistem TNM dinilai tiga faktor utama
yaitu “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor,”N” yaitu Node atau kelenjar getah
bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T,
N, M dinilai baik secara klinik sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi
dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara penilaian
TNM sebagai berikut Ë
* T (Tumor Size), ukuran tumor :
- TO = tidak ditemukan tumor primer.
- T 1 = Ukuran tumor 2 cm atau kurang.
- T2 = Ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
- T3 = Ukuran tumor diameter > 5 cm.
- T4 = ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada
penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok,
edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan ke cil di kulit
diluar tumor utama.
* N (Node), Kelenjar getah bening regional
(kgb) :
- NO = Tidak terdapat metastasis pada kgb regional
di ketiak/aksila.
- N 1 = Ada metastasis ke kgb aksila yang masih
dapat di gerakakn.
- N 2 = Ada metastasis ke kgb aksila yang sulit
digerakkan
- N 3 = Ada metastasis ke kgb di atas tulang
selangka (supraclavi cula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang
sternum.
* M (metastasis) penyebaran jauh :
- Mx : metastasis jauh belum dapat dinilai.
- MO : tidak terdapat metastasis jauh.
- M1 : terdapat metastasis jauh setelah
masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan di dapatkan stadium kanker sbb
:
- Stadium O
: TONO Mo
- Stadium
I : TI No Mo
- Stadium II A :
ToNI Mo/TI NI Mo/T2 No Mo.
- Stadium II B :
T2 NI Mo/ T3 No Mo.
- Stadium III A: TON2 Mo/ T1 N2 Mo/T2 N2 Mo/T3 NI
Mo/ T2N2 Mo.
- Stadium III B : T4 No Mo/T4 Ni Mo/T4 N2 Mo.
- Stadium III C : Tiap T N3 Mo
- Stadium Iv : Tiap T- Tidup N-M1.
E. Penatalaksanaan
* Pendekatan Pentalaksanaan Kanker
Payudara yang Terus Berubah
Perubahan dalam penatalaksanaan lokal
kanker payudara mencerminkan pemahaman terbaru mengenai proses penyakit dan
telah berubah dari pendekatan penatalaksanaan yang sesuai dengan
mikrometastasis saat penyakit didiagnosis. Pendekatan Halsted beranggapan bahwa
kanker payudara menyebar secara berurutan dan dengan arah sentrifugal dan bahwa
tumor tumbuh setempat,menginifiltrasi noaan dan dengan arah sentrifugal dan
bahwa tumor tumbuh setempat, menginifiltrasi nodus limfe regional secara
langsung, dan kemudian meyebarketempat yang jauh.nodus limfe regional diduga
berfungsi sebagai barier untuk penyebaran sel-sel tumor dan aliran darah
dianggap hanya mempunyai makna kecil sebagai penyebaran tumor. Penatalaksanaan
bedah kanker payudara yang dikembangkan oleh Halsted pada tahun 1893
mencerminkan anggapan ini. Halsted menerapkan mastektomi radikal- yaitu
pengangkatan kedua otot pektoralis mayor dan pektoralis minor dan diseksi nodus
aksilaris secara menyeluruh. Sayangnya, angka morbiditas dan mortalitas tidak
membaik dengan prosedur ini.
Akhir-akhir ini, pengamatan klinik dan
biologis menunjukkan bahwa metastasis mungkin sudah terjadi pada beberapa
wanita saat didiagnosa sehingga kelangsungan hidup tidak dipengaruhi oleh
pengobatan lokal. Pendekatan ini menyatakan bahwa bahwa tida ada pola beraturan
dari penyebaran tumor, nodus limfe regional merupakan bareir yang tidak
efektif, dan aliran darah merupakan rute metastasis yang penting. Perubahan
dalam pendekatan terhadap penatalaksanaan kanker payudara ini menekankan
pentingnya kemoterapi sistemik untuk membantu memperbaiki kelangsungan hidup
keseluruhan.
Pada tahun 1990, The National Institute Of
Health Consensus Development Conference On Breast Cancer mengeluarkan
pernyataan ketiganya tentang penatalaksanaan kanker payudara. Di dasarkan pada
hasil pengumpulan data diseluruh dunia, pembedahan yang menyelamatkan payudara
(seperti lumpektomi) sejalan dengan terapi radiasi telah ditemukan sama efektif
dengan mastektomi radikal yang dimodifikasi dalam mengontrol kanker setempat.
Selain itu, rekomendasi pengobatan sistemik dengan kemoterapi didasarkan pada
status menopause pasien dan adanya reseptor hormon. Bagi wanita pramenstruasi
nodus limfe, kemoterapi ajurkan dengan jika wanita tersebut berisiko tinggi
terhadap kekambuhan. Bagi wanita pascanopause tanpa keterlibatan nodus limfe,
kemoterapi ajufan tidak dianjurkan deangan mengabaikan status reseptor
hormonnya. Bagi wanita pramenopause dengan keterlibatan nodus limfe, kemoterapi
ajufan dianjurkan. Pada wanita pascamenopause, terapi hormon dianjurkan jika
wainta tersebut mempunyai tumor reseptor-estrogen (ER) positif.
Pada tahun 1991, The National Institute
mengeluarkan kewaspadaan klinis yang mengubah rekomendasi dari Consensus Developemnt Statement,tahun 1990. kewaspadaan ini
menyarankan bahwa semua wanita pra menopause-nodus negatif yang berisiko untuk
mengalami kekambuhan penyakit harus diberikan kemoterapi ajupan. Kewaspadaan
klinis ini dikeluarkan sebelum hasil percobaan klinis dipublikasikan, sehingga
hal ini menciptakan kebingungan diantara praktisi dan juga pasien. Namun
demikian, penatalaksanaaan kanker payudara terbaru didasarkan pada pengobatan
lokal dan sistemik dan pada karakteristik individual pasien dan penyakitnya.
Keputusan mengenai pengobatan lokal baik
dengan mastektomi atau bedah untuk menyelamatkan payudara dengan radiasi sangat
beragam. Mastektomi masih dilakukan pada kebayakan kasus.
* Penatalaksanaan Keperawatan Pasien dengan
Kanker Payudara Tahap Lanjut.
Pasien dengan kanker payudara tahap lanjut
dipantau dengan ketat terhadap adanya tanda-tanda bahwa tumor terjadi kembali
atau terjadi metastasis. Studi berikut terlah dilakukan dalam kasus kanker
payudara yang tidak dapat dioperasi atau penyebaran meluas penyakit : serangan
pemeriksaaan rontgen untuk metastatik (dada, tulang tengkorak, tulang panjang,
dan pelvis); uji fungsi hepar; mammogram pada jaringan payudara yang masih
tersisa; dan pencitraan tulang, hepar,
dan otak, pada setengah dari pasien yang mengalami kekambuhan penyakit, kanker
timbul kembali pada nodus limfe setempat atau regional, dan pada seperempatnya,
mengenai organ-organ lainnya. Penyebaran ketulang-tulang panggul, tulang belakang,
iga, dan pelvis juga dapat terjadi.
Regresi atau peredaan gejala adalah tujuan
keperawatan dan penatalaksaan medis, dengan kualitas masa hidup merupaka fokus
penting intervensi keperawatan, mengkaji status fisik dan psikososial pasien
merupakan tantangan bagi perawat. Informasi dari anggota keluarga dan orang
terdekat adalah penting.
Pengobatan paliatif, jika diperlukan, juga
merupakan aspek perawatan yang penting. Kenyamanan dan keberadaan bebas dari
nyeri, bahkan bila penyakit tidak dapat dihilangkan sekalipun, dapat
meningkatkan kualitas hidup yang tersisa. Pada pasien dengan metastasis tulang
yang menyebabkan nyeri dan penurunan mobilitas, rumah rawat dan perawatan
kesehatan di rumah mungkin menjadi indikasi untuk dilakukan. Pengaturan khusus
untuk layanan ini direncanakan distres pasien. Ansietas berat dan depresi dapat
terjadi. Cara penanganan berbeda dan bergantung pada kondisi pasien dan
modalitas yang tersedia.
Penatalaksanaan
Biasanya pengobatan dimulai setelah
dilakukan penilaian secara mengeluarkan terhadap kondisi penderita, yaitu
sekitar I minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari
pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambatan hormon.
Terapi penyinaran digunakan untuk membunuh
sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk
kelenjar getah bening.
Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk
membunuh sel-sel yang berkembangbiak dengan cepat atau menekan
perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi
kerja hormon yang menyongkong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan
pertumbuhan sel kanker diseluruh tubuh.
PENGKAJIAN PAYUDARA DAN KETIAK
Inspeksi
- Bantu
pasien mengatur posisi duduk menghadap ke depan, telanjang dada dengan
kedua lengan rileks di didi tubuh.
- Mulai
inspeksi mengenai ukuran, bentuk dan kesietrisan payudara. Payudara
normalnya melingkar dan agak simetris dan dapat didikripsikan kecil,
sedang dan besar.
- Inspeksi
kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan udema.
- Inspeksi
warna areola. Pada wanita hamil pada umumnya berwarna lebih gelap.
- Inspeksi
payudara dan puting susu mengenai setiap adanya penonjolan atau retraksi
akibat adanya skar atau lesi.
- Inspeksi
puting susu mengenai setiap adanya keluaran, ulkus, pergerakan atau pembengkakan.
Amati juga posisi kedua puting susu yang normalnya mempunyai arah yang
sama.
- Innspeksi
ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya pembengkakan atau tanda
kemerahan-merahan.
Palpasi
- Lakukan
palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran. Bila
ditemukan keluaran maka identifikasi keluaran tersbut mengenai sumber,
jumlah, warna, konsistensi dan kaji terhadap adanya nyeri tekan.
- Palpasi
daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfe nodi.
- Lakukan
palpasi setiap payudara dengan tehnis bimanual terutama untuk payudara
yang berunkuran besar dengan cara : Pertama tekankan telapak tangan
anda/tiga jari tengah gerakan memutar terhapa dinding dada dari tepi
menuju areola dan memutar searah jarum jam
- Lakukan
palpasi payudara sebelahnya.
- Bila
diperlukan pula pengkajian dengan posisi pasien supinasi dan diganjal
bantal/ selimut dibawah bahunya.
Gambar : Struktur anatomi payudara
Gambar : Palpasi daerah klavikula dan ketiak
Diagnosa Ke- Pasien merasa tidak sempurna.perawatan
1. Data Fokus
a. Data Subjektif :
1. Pasien merasa semakin hari benjolan payudara
sebelah kirinya semakin besar.
2. Pasien merasa malu akan payudaranya yang tidak
normal.
3. Pasien merasa minder akan payudaranya yang
tidak normal.
b. Data objektif :
1. Pasien menderita kanker payudara sejak 2 tahun
yang lalu.
2. Pasien jarang keluar rumah karena takut.
3. Pasien merasa tidak sempurna lagi sebagai
seorang perempuan.
2. Analisa Data
Symptom
|
Problem
|
Etiologi
|
Ds :
- Pasien merasa semakin hari benjolan payudara
sebelah kirinya semakin besar.
Do :
- Pasien merasa malu akan payudaranya yang tidak
normal
|
Cemas
|
Perubahan dataan status kesehatan, status peran,
pola interaksi fungsi peran, lingkaran.
|
Ds :
- Pasien merasa semakin hari benjolan payudara
sebelah kirinya semakin besar.
Do :
- Pasien menderita kanker payudara sejak 2 tahun
yang lalu.
|
Koping tidak efektif
|
Diagnosa kanker
|
Ds :
- Pasien merasa semakin hari benjolan payudara
sebelah kirinya semakin besar.
Do :
- Pasien menderita kanker payudara sejak 2 tahun
yang lalu.
- Pasien merasa tidak sempurna lagi sebagai
seorang perempuan.
|
Kurang pengeatahuan tentang kanker padayudara
dan pilihan pengobatan
|
Kurang paparan sumber informasi.
|
Ds :
- Pasien merasa semakin hari benjolan payudara
sebelah kirinya semakin besar.
Do :
- Pasien menderita kanker payudara sejak 2 tahun
yang lalu lagi sebagai seorang perempuan.
|
Harga diri rendah situasional
|
Gangguan gambaran diri.
|
Ds :
- Pasien merasa semakin hari benjolan payudara
sebelah kirinya semakin besar.
- Pasien merasa minder akan payudaranya yang
tidak normal
Do :
- Pasien menderita kanker payudara sejak 2 tahun
yang lalu lagi sebagai seorang perempuan.
- Pasien merasa tidak sempurna lagi sebagai
seorang perempuan.
|
Nyeri akut
|
Agen cedera kimia (proses kanker)
|
Diagnosa
keperawatan dan prioritas masalah.
- Cemas
berhubungan dengan perubahan status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran dan lingkungan.
- Koping
tidak efektif berhubungan dengan diagnosa kanker
- Kurang pengetahuan
tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang
paparan sumber informasi.
- Harga diri
rendah situasional berhubungan dengan gangguan gambaran diri
- Nyeri akut
berhubungan dengan agencedera kimia (proses kanker)
NOC dan NIC
Waktu
|
|
No
|
Tujuan (NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
Tgl
|
Jam
|
Dx
|
|
|
|
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama......x24 jam. Perasaan cemas pasien akan berkurang, dengan kriteria :
anxiety Control (1402)
140201 Pantau intensitas cemas
140202 Eliminasi tanda cemas.
140203 Mengurangi rangsangan lingkungan ketika
cemas.
140204 Mencari informasi yang menguragi cemas
140207 Menggunakan teknik relawan untuk
mengurango cemas
|
-
Anxiety
Reduction (5820)
-
Gunakan
pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
-
Dampingi
pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi takut.
-
Identifikasi
kapan tingkat kecematan berkurang.
-
Bantu
pasien untuk menidentifikasi situasi yang mencetuskan cemas.
-
Dukung
penggunaan mekanisme defansif, bila diperlukan.
-
Instruksikan
pasien tentang pengunaan teknik relaksasi.
|
|
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama......x24 jam. Pola koping pasien akan efektif dengan kriteria :
Coping (1302)
130202 Mengidentifikasi pola koping yang tidak
efektif.
130201 Mengidentifikasi pola koping yang efektif
130206 Mencari informasi tentang penyakit dan
pengobatan.
130207 Memodifikasi gaya hidup, sesuai dengan
kebutuhan..
130211 Mengidentifikasi berbagai strategi koping
130212 Menggunakan strategi koping yang efektif.
|
-
Coping
Enhancement (5230)
-
Nilai
dampak dari situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungannya dengan
orang lain.
-
Anjurkan
pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran proses penyakit.
-
Nilai
dan diskusikan respons alternatif terhadap situasi.
-
Gunakan
pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
-
Dukung
pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi, dan ketakutan
|
|
|
3.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama......x24 jam. Pegetahuan tentang proses penyakit pasien akan bertambah
dengan kriteria :
Knowledge : Disease Process (1803)
180301 mengenali dengan nama penyakit.
180302 mendeskripsikan dari proses penyakit
180304 mendeskripsikan suatu faktor risiko 180305
mendeskripsikan penyakit yang efektif
180306 mendeskripsikan tanda dan gejala
180309 mendeskripsikan komplikasi
180310 mendeskripsikan tanda dan gejala
komplikasi
|
Teaching : Disease Process (5602)
-
Deskripsikan
tanda gejala dari penyakit secara umum, jika diperlukan.
-
Identifikasi
kemungkinan penyebab,jika diperlukan.
-
Ajarkan
pada pasien yang mana tanda dan gejala laporan pemeliharaan keperawatan
kesehatan.
-
Berikan
nomor telepon untuk menghubungi jika terjadi komplikasi.
-
Diskusikan
terapi/pilih yang akan dilakukan.
-
Dukung
pasien untuk memili pemeriksaan/mendapatkan pemeriksaan keduanya, jika
diperlukan atau indikasi
|
|
|
4.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama......x24 jam. Harga diri pasien akan meningkatm, dengan kriteria :
Self-Esteen (1205)
120501 penerimaan diri secara verbal.
120502 penerimaan dari batasan diri.
120504 pemeliharaan dari kentak mata.
120507 komunikasi terbuka.
120508 pemeliharaan peran yang signifikasikan.
120506 memperhatikan orang lain.
120505 mendeskripsikan diri.
|
Self –Esteem Enhacemenet (5400)
-
Pantau
pasien untuk mengidentifikasi kekuatan.
-
Percayakan
pada pasien untuk mengatasi situasi.
-
Dukung
pasien untuk menerima tantangan baru.
-
Dukung
peningkatan tanggung jawab diri, jika diperlukan.
-
Kaji
alasan-alasan untuk mengikritik atau menyalahkan diri.
|
|
|
5.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama......x24 jam. Nyeri pada pasien dapat berkurang dengan kriteria :
Pain Level (2102)
210201 Laporan nyeri
210203 Frekuensi nyeri
210205 Ekspresi nyeri lisan
210206Ekspresi nyeri wajah
210207 Posisi tubuh melindungi
210208 Kegelisahan
210209 Ketegangan otot
|
Pain Management (1400)
-
Lakukan
pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan/daris, frekuensi, kualitas, intensitas atau keperahan nyeri, dan
faktor presipitasinya.
-
Tentukan
dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup(Ex:tidur, nafsu makan,aktivitas,
kognisi, mood, hubungan, kinerja, dan tanggungan jawab peran),
-
Berikan
informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan
berlangsung dari dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
-
Gunakan
tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat.
-
Beritau
kepuasan pasien dengan penatalaksanaan nyeri pada interval yang spesifik.
|
PENHKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal terdiri dari otot,
tulang, dan persendian. Kelengkapan pengkajian sistem ini bergantung pada
kebutuhan pasien atau masalah kesehatannya. Sebelum mengkaji otot, tulang, dan
persendian, secara umum pengkajian dimulai dengan mengamati ketegapan, gaya
jalan, postur, serta tubuh pasien.
Sistem muskuloskeletal tersusun dari otot,
tenden, ligamen, tulang, kartikago, persendian, dan bursa. Semua struktur ini
bekerja bersama-sama untuk menghasilkan gerakan skelet. Ada tiga jenis otot utama pada tubuuh manusia, yaituu
otot dalam (otot polos), otot skelet (otot lurik), dan otot jantung. Otot akan
berkembang bila serabut-serabut otot mengalami pembesaran. Kekuatan dan ukuran
otot dipengarhui oleh aktivitas, gizi, jenis kelamin, dan genetika. Iendon
merupakan jaringan ikat Fibrosa yang mengaitkan otot dengan periosteum (membran
fibrosa yang menutupi tulang). Ligamen
merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat antara satu
tulang dengan tulang lain dan membantu tulang untuk bergerak.
Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun
pada substansi yang kuat. Kartilago berfungsi untuk menyokong dan memberikan
bentuk pada beberapa bagian tubuh. Persendian
nerupakan pertemuan antara dua atau lebih tulang. Setiap persendian
mempunyai tingkatan rentang gerak yang bervariasi.
Bursa
merupakan kantong cairan
sinovial yang terletak pada lokasi gesekan di sekitar persendian antara tendon,
ligamen, dan tulang. Bursa mempunyai peran dalam mengurangi tekanan pada
struktur yang saling bersinggungan.
OTOT
- Lakukan
inspeksi ukuran otot, misalnya pada lengan dan paha. Bandingkan satu sisi
dengan sisi yang lain serta amati ada dan tidaknya atrofi maupun hipertrofi.
- Bila
didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan
meteran.
- Amati otot
dan tendon untuk mengetahui kemungkinan mengalami kontraktur yang
ditunjukkan dengan malposisi suatu bagian tubuh.
- Amati otot
untuk mengetahui kemungkinan terjadi kontraksi abnormal dan tremor.
- Lakukan
palpasi otot pada saat istirahat untuk mengetahui tonus otot.
- Lakukan
palpasi otot pada saat pasien bergerak secara ektif dan pasif untuk
mengetahui adanya kelemahan (Flaksiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter
(spastisitas), dan kehalusan gerakan.
- Uji
kekuatan otot dengan cara menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa serta bandingkan kekuatan otot anggota gerak kanan dan anggota
gerak kiri. Kekuatan otot juga dapat di uni dengan cara meminta pasien
menggerakan anggot tubuh secara bervariasi (mis., menggerakakan anggota
tubuh secara bervariasi (mis., menggerakan kepala atau lengan)). Normalnya
pasien dapat menggerkkan anggota tubuh ke arah horizontal gravitasi.
- Amati
kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi tahanan secara resisten.
Secara normal kekuatan otot di nilai dalam 5 tingkatan gradasi seperti
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel : Tingkatan gradasi kekuatan otot.
Skala
|
Kenormalan kekuatan (%)
|
Ciri
|
O
|
O
|
Parasilis total
|
1
|
10
|
Tidak ada gerakan, teraba/ terlihat adanya
kontraksi otot.
|
2
|
25
|
Grakan otot penuh menentang gravitasi, dengan
sokongan.
|
3
|
50
|
Gerakan normal menentang gravitasi
|
4
|
75
|
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
sedikit tahanan
|
5
|
100
|
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
tahanan penuh
|
TULANG
- Amati
kenormalan susunan tulang dan deformitas.
- Lakukan
palpasi tulang untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
- Amati
keadan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
PERSENDIAN
- Inspeksi
persendian untuk mengetahui adanya gangguan persendian.
- Lakukan
palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak,
krepitasi, dan nodular.
- Kaji
rentang gerak persendian (range of motion)
- Catat
hasil pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Smeltzar,
Suzanne.C.2001, Buku Ajar Kerepawatan
Medikal Bedah Vol. 2.EGC ; Jakarta
-
Smeltzar,
Suzanne.C.2001, Buku Ajar Kerepawatan
Medikal Bedah Vol. 3.EGC ; Jakarta
-
Mansjoer,
Arif dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran
jilid 1. universitas Indonesia ; Jakarta
-
Http//
www.medicastore.com.
-
Priharjo,
robert.2007. Pengkajian Fisik Keperawatan.
EGC. Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment