Friday 22 May 2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Bimbingan karir  adalah kegiatan dan layanan bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab (winkel: 673). Bimbingan karir juga bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman dunia kerja dan akhirnya mereka  mampu menetukan pilihan kerja dan menyusun perancanaan karir.
Untuk  membantu peserta didik dalam pengembangan karir, terdapat beberapa teori yang dapat menjadi  acuan konselor dalam memberikan layanan bimbingan karir, seperti teori perkembangan karir Ginzberg, teori perkembangan kerir dan teori hidup super, teori pengambilan keputusan karir behavioral Krumboltz, teori pilihan karir Ann Roe, teori trait and factor, dan teori Holland. Dalam makalah ini akan khusus dibahas mengenai teori perkembangan karir trait and factor.
Pengembangan instrumen asesmen dan penyempurnaan informasi tentang okupasi terkait erat dengan teori trait-and-faktor. Perkembangan nilai-nilai individu dalam proses pembuatan keputusan karier juga merupakan faktor yang signifikan. Beberapa ahli berpendapat bahwa teori trait-and-factor mungkin lebih tepat disebut psikologi diferensial terapan.


1.2 RUMUSAN MASALAH
Telah diungkapkan sebelumnya bahwa dalam makalah ini akan membahas tentang teori trait and factor. Yang menjadi permasalahan, apa yang dimaksud dengan teori perkambangan karir  trait and factor.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Trait and Factor
Teori Trait & Factor
Teori trait and factor tersusun melalui perkembangan yang lama dan berasal dari sumbangan sejumlah pakar. Menjadi awal dari pikiran ini adalah gagasan dari F. Parsons dalam membantu orang-orang muda yang mencari pekerjaan. Nama-nama lain yang ikut menyumbang bagi pengembangan  teori trait and factor ini adalah D.G. Paterson, J.G. Darley, E.G. Williamson. Para ahli-ahli tersebut memberikan sumbangan besar dalam kemajuan psikologi diferensial yang menekankan pengungkapan ciri-ciri kepribadian melalui alat ukur ilmiah, yang berlandas pada paham dan pengakuan adanya perbedaan antarpribadi (perbedaan perseorangan). Psikologi diferensial bertujuan untuk mengetahui apa kaitan dan arti penting perbedaan-perbedaan itu. Hal-hal itulah yang juga dibahas dalam teori pengembangan karir trait and factor.
Yang dimaksud dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Ciri-ciri itu dapat diketahui melalui berbagai tes psikologis, untuk selanjutnya data hasil testing psikologis tersebur dianalisis dengan teknik statistik yang disebut factor analysis. Sedangkan ciri-ciri dasar yang ditemukan disebut factor.Jadi teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengemukakan bahwa kepribadian seseorang dapat didiskripsikan denagn mengidentifikasi sejumlah ciri, berdasarkan hasil analisis tes psikologis yang mengukur dimensi kepribadian seseorang.
Di kalangan para pelopor teori konseling vokasional, Parsons (1909) berpendapat bahwa bimbingan vokasional dilakukan pertama dengan mempelajari individu, kemudian dengan menelaah berbagai okupasi, dan akhirnya dengan mencocokkan individu dengan okupasi. Proses ini, yang disebut teori trait-and-factor, secara sederhana dapat diartikan sebagai mencocokkan karakter individu dengan tuntutan suatu okupasi tertentu, yang pada gilirannya akan memecahkan masalah penelusuran kariernya. Teori trait-and-faktor ini berkembang dari studi tentang perbedaan-perbedaan individu dan perkembangan selanjutnya terkait erat dengan gerakan testing atau psikometri. Teori ini berpengaruh besar terhadap studi tentang deskripsi pekerjaan dan persyaratan pekerjaan dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di masa depan berdasarkan pengukuran traits yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai jenis pekerjaan.
Williamson merupakan seorang pendukung kuat konseling berdasarkan teori trait-and-factor. Penggunaan prosedur konseling Williamson menggunakan pendekatan trait-and-factor yang dikembangkan dari karya Parsons. Bahkan ketika diintegrasikan ke dalam teori-teori bimbingan karier lain, pendekatan trait-and-faktor memainkan peranan yang sangat vital. Dampak dan pengaruhnya terhadap perkembangan teknik-teknik asesmen dan penggunaan informasi tentang karier sangat besar.
Namun demikian, selama tiga dekade terakhir ini asumsi dasar pendekatan trait-and-factor telah mendapat tantangan yang sangat kuat. Keterbatasan testing telah dibuktikan dalam dua proyek penelitian. Penelitian pertama dilakukan oleh Thorndike dan Hagen (1959), yang mengikuti pola karier 10.000 laki-laki yang telah diberi tes dalam angkatan bersenjata pada masa Perang Dunia II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tes yang diberikan 12 tahun sebelumnya tidak akurat memprediksi keberhasilan karier karena berbagai alas an. Banyak individu yang menjabat pekerjaan yang tidak berhubungan dengan hasil pengukuran kemampuannya. Penelitian lain oleh Ghiselli (1966) menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan prediksi keberhasilan dalam program pelatihan kerja berdasarkan hasil tes hanya moderat saja. Pada umumnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tes saja tidak memberikan cukup informasi untuk dapat memprediksi secara akurat keberhasilan karier di masa depan.
Pada tahun 1984, Brown berargumentasi bahwa teori trait-and-faktor tidak pernah sepenuhnya difahami. Dia mengemukakan bahwa para pendukung pendekatan trait-and-faktor tidak pernah menyetujui penggunaan testing secara berlebihan dalam konseling karier. Misalnya, Williamson (1939) mengemukakan bahwa hasil tes hanya salah satu cara saja untuk mengevaluasi perbedaan individu. Data lain, seperti pengalaman kerja dan latar belakang individu pada umumnya, merupakan faktor yang sama pentingnya dalam proses konseling karier.
Para teoritikus aliran ini mengemukakan, peningnya kecocokan antara ciri pribadi orang dan  persyaratan kerja; makin cocok, makin besar peluang orang itu mencapai produktivitas dan memperoleh kepuasaan.

2.2 Konsep Utama Teori Trait and Factor
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Hal yang mendasar bagi konseling Trait and Factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Maksud konseling menurut Williamson adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia, serta tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalalm memeperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone, 1980, 171).

2.3  Proses Konseling
Peranan konselor menurut teori ini adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuanya yang diperoleh konselor melalui testing. Berdasarkan testing pula konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberi informasi, dan mengarahkan konseli. Williamson “ hubungan konseling merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi klien berkembang ke satu arah yang terbaik baginya”.
Proses konseling dibagi 5 tahap :
1.      Analisis
Merupakan tahapan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan data dan informasi klien atau konseli.
2.      Sintetis
Merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukan bakat klien, kelemahan serta kekuatanya, dan kemampuan penyesuaian diri.
3.      Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh kepada proses penyesuaian diri. Diagnosis terdiri dari 2 langkah penting:
a. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif, misalnya dengan menggunakan kategori Bordin atau Pepinsky atau kategori lainya.
Kategori diagnostik Bordin
·         Dependence atau ketergantungan.
·         Lack of information atau kurangnya informasi.
·         Self-conflict .
·         Choice-anxiety atau kecemasan dalam memnuat pilihan.
Kategori Pepinsky
o   Lack of assurance atau kurangnya dukungan.
o   Lack of information atau kurangnya informasi.
o   Lack of Skill atau kurangnya keterampilan.
o   Dependence atau ketergantungan.
o   Self-conflict.
b.  Menentukan sebab-sebab, yang mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala.
Prognosis, misal diagnosisnya kurang cerdas, prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk pengerjaan sekolah yang sulit, sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. dengan demikian konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, yang berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
4.      Konseling
Merupakan hubungan membantu konseli untuk menemukan simbur diri sendiri maupun sumber diluar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuanya. Ada 5 jenis sifat konseling:
o    Belajar terpimpin menuju pengertian diri.
o    Mendidik kembali atau mengajar sesuai dengan kebutuhan individu dalam mencapai tujuan kepribadianya dan penyesuaian hidupnya.
o    Bantuan pribadi konselor supaya konseli mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
o    Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
o    Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
5.              Tindak lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam mengahadapi masalah baru dengan mengingatkanya kepada maslah sumbernya sehingga menjamin keberhasila konseling.

2.4 Teknik Konseling
“ teknik konseling harus disesuaikan dengan individualitas klien, dan kita tidak dapat menghindari kenyataan bahwa setiap masalah menuntut fleksibelitas dan keragaman konseling” ( Williamson, dalam Petterson, 1996, hal 36).
Teknik-teknik yang sering digunakan dalam proses konseling :
Penggunaan hubungan intim (rapport). Konselor menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam klien.
Memperbaiki pemahaman diri. Koseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatanya dalam upaya mengatsi kelemahanya.
Pemberian nasihat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai bertolak dari pilihan, tujuan, pandangan atau sikap konselor dan kemudian menunjukan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis.
ada 3 metode pemberian nasehat yang adapat digunakan konselor;
·         Nasihat langsung ( direct advising), dimana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
·         Metode persuasif, dengan menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
·         Metode penjelasan, yang merupakan metode yang paling dikehendaki dan memuaskan.
·         Melaksanakan renacana, konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.
Menunjukan kepada petugas lain atau referal, jika konselor merasa tidak mampu menangani masalah konseli, maka ia harus merujuk konseli kepada pihak lain yang dopandang lebih kompeten untuk membantu konseli.

2.5  Keunggulan dan Kelemahan Teori Trait and Factor
        Para teoritikus aliran ini mengemukakan, peningnya kecocokan antara ciri pribadi orang dan  persyaratan kerja; makin cocok, makin besar peluang orang itu mencapai produktivitas dan memperoleh kepuasaan. Yang menjadi masalah, adalah bagaimana menilai ciri kepribadian dan memperoleh informasi pekerjaan yang andal. Untuk pengambilan keputusan kerja Parsons mengemukakan tiga hal serangkai yaitu: pribadi-pekerjaan-kecocokan (pribadi dengan pekerjaan). Individu perlu dibantu memperoleh pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya, pemahaman yang lengkap mengenai syarat-syarat untuk berhasil dalam suatu pekerjaan, dan berlandaskan informasi dan pemahaman itu, menerapkan “penalaran yang benar” dalam proses pengambilan keputusan (Crites,1981; Brown. 1984). Jadi akar akar teori trait and factor ini adalah pandangan tentang kecocokan cirri-ciri pribadi dengan pekerjaannya, yang menurut Crites tersusun atas tiga asumsi, yaitu:
1.      Dengan ciri psikologisnya yang khas, bagi setiap orang yang paling cocok adalah bekerja di suatu jenis pekerjaan tertentu.
2.      Sekelompok pekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang berlainan mempunyai ciri psikologis yang berlainan pula.
3.      Penyesuaian vokasional berbeda-beda, selaras dengan seberapa jauh kesesuaian antara cirri-ciri pekerja dan tuntutan pekerjaan.
Dalam perkembangannya selanjutnya, teori trait and factor mengalami penyesuaian-penyesuain dari rumusannya yang semula, yaitu pilihan jabatan berdasarkan pencocokan sifat pribadi dengan syarat jabatan. Paham yang kemudian menyatakan bahwa pilihan pekerjaan tidak sekedara soal pencocokan sifat diri dengan pekerjaan. Dilakukan adaptasi teori ini, dengan mempertimbangkan segi-segi kehidupan yang lebih luas termasuk kognitif, nonkognitif, dan bahwa tingkah laku orang itu berorientasi dengan tujuan. Dipertimbangkan pula nilai sebagai faktor atau sumber tingkah laku. Komitmen nilai ini dikenali dengan menggunakan tes-tes kepribadian.
Ciri dari teori Trait and Factor ini adalah asumsi bahwa orang memiliki pola kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing, dapat juga diselidiki kualitas-kualitas apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang dapat menemukan jabatan yang cocok baginya dengan cara mengkorelasikan kemampuan, potensi dan wujud minat yang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang jabatan tertentu. Maka, pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang akan membuat pilihan karier (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Banyak ahli dalam dalam psikologi jabatan mempertanyakan asumsi-asumsi yang melandasi pandangan ini, yaitu “bagi setiap orang hanya terdapat satu jabatan yang cocok baginya” dan pilihan jabatan (career choice) terutama didasarkan pada identifikasi kemampuan pertemuan individual melalui testing”. Kedua asumsi ini sangat membatasi jumlah faktor yang dapat ditinjau dalam proses perkembangan karir dan karena itu teori trait and factor dinilai tidak memberikan banyak sumbangan untuk memperoleh konsepsi yang menyeluruh tentang proses perkembangan karir seseorang.
Dalam Winkle dan MM Sri Hastuti (2007:414) terdapat beberapa kelemahan dari teori trait and factor, yaitu sebagai berikut:
a.       Kualifikasi yang dituntut dari seorang pekerja bukan hanya meliputi kemampuan kognitif dan pola minat, melainkan juga sifat-sifat kepribadian seperti motivasi, yang pafa hakekatnya cirri-ciri kepribadian itu belum dapat diukur secara pasti.
b.      Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita hidup, terhadap jabatan perkembangan anak dan remaja (vocational development) serta pilihan program atau bidang studi dan bidang pekerjaan (vocational choice)
c.       Diandaikan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi sekali saja dan inipun bersifat keputusan terakhir, dengan berpikir secara rasional padahal pilihan seperti ini tidak dibuat sekali saja tapi dibuat secara bertahap dari pilihan intermediar sampai pada pilihan definitive dan bukan hanya berdasarkan proses rasional berpikir saja.
d.      Kurang diperhatikan peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan, dambaan, dan memberikan pertimbangan untung rugi sambil menunjuk pada tradisi kelarga.
e.       Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut memperluas dan membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
f.       Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau bidang studi dapat berubah selama tahun-tahun yang akan datang.
g.      Pola cirri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat mencapai sukses dibidang yang sama.
Meskipun pandangan trait and factor ini mengandung beberapa kelemahan sebagaimana dijelaskan diatas, namun pandangan ini mempunyai relevansi bagi bimbingan karir dan bimbingan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri (data psikologis) merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal kata itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologis. Demikian pula data tentang kualifikasi-kualifikasi yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian data tentang lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan. Di samping itu, pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial dalam membuat pilihan jabatan dapat membantu konseli dan konselor, asal mencocokan itu tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang pasti cocok, melainkan sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif pilihan yang kemudian dipertimbangkan pro dan kontranya.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pemabahasn diatas, dapat disimpulkan bahwa Trait adalah suatu cirri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Ciri-ciri itu dapat diketahui melalui berbagai tes psikologis, untuk selanjutnya data hasil testing psikologis tersebur dianalisis dengan teknik statistik yang disebut factor analysis. Sedangkan ciri-ciri dasar yang ditemukan disebut factor. Jadi teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengemukakan bahwa kepribadian seseorang dapat didiskripsikan denagn mengidentifikasi sejumlah ciri, berdasarkan hasil analisis tes psikologis yang mengukur dimensi kepribadian seseorang.



0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget