Thursday 21 May 2015


Apakah ASI eksklusif itu???
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan






Apa saja kandungan ASI??
1.    Protein
Dibutuhkan oleh otot dan tulang bayi agar tumbuh optimal
2.    Lemak
Sebagai sumber energi bagi bayi
3.    Karbohidrat
Membuat air lebih lezat diban-dingkan susu formula, dikare-nakan adanya laktosa

4.    Vitamin dan Mineral


Manfaat ASI Eksklusif
l  Untuk Bayi
1)     Melindungi dari pencernaan
2)     ASI eksklusif enam bulan tidak menyebabkan kekurangan zat besi
l  Untuk Ibu
1)     Lebih ekonomis, hemat
2)     Sebagai KB alami
3)      Mempercepat pemulihan organ-organ tubuh seperti sebelum hamil
4)     Mencegah  penyakit kanker payudara dan rahim

Apa Pengaruh pemberian MP ASI sebelum usia enam bulan????
l Menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit saluran pencernaan, kegemukan
l Meningkatkan resiko terkena alergi akibat pada makanan.
l  Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman.

Langkah-langkah mencapai ASI Ekslusif
-          Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
-          Menyusui secara ekslusif : hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
-          Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam.
-          Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
-          Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak.
-          Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.









Sayangilah Buah Hati Anda!!

 
Berikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan…

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                   
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Disease (CHD) merupakan kelainan susunan jantung yang sudah ada sejak dalam kandungan. Kelainan ini tidak selalu menunjukan gejala segera setelah lahir, bahkan mungkin saja sampai dewasa gejala tersebut tidak tampak. Tidak jarang gejala baru ditemukan setelah bayi berusia beberapa bulan atau kadang beberapa tahun (Nursalam, 2008). Kebanyakan defek jantung kongenital ditoleransi dengan baik selama kehidupan janin karena sifat paralel sirkulasi janin. Hanya sesudah sirkulasi ibu dihilangkan, jalur janin (duktus arteriosus dan foramen ovale) tertutup atau retriksi, dan sistem kardiovaskuler tidak tergantung dipertahankan sehingga pengaruh hemodinamik sepenuhnya dari kelainan anatomi menjadi tampak. Pada pasien CHD antara neonatus dan bayi yang lebih tua ada beberapa tanda dan gejala yang berbeda dimana ketebalan dinding dan masa otot ventrikel kiri dan kanan neonatus hampir sama dan pada waktu istirahat mempunyai konsumsi oksigen relatif tinggi, sehingga memerlukan penambahan curah jantung untuk menghantarkan oksigen yang cukup ke jaringan. Apabila dalam penurunan curah jantung tidak teratasi maka dapat mengakibatkan terjadi edema paru dan dapat dengan cepat sampai kolaps sirkulasi total. (Behrman, dkk, 2000).
Prevalensi Penyakit Jantung Kongenital atau Congenital Heart Disease (CHD) di Indonesia sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden lebih tinggi pada yang lahir mati 2%, abortus (10-25%) dan bayi prematur sekitar 2% termasuk defek sekat ventrikel (VSD), tetapi tidak termasuk Patent Ductus Arteriosus sementara (PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps katup mitral, PDA pada bayi prematur dan katup aorta bikuspid (ada sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi dengan defek jantung kongenital, ada spektrum keparahan yang lebar: sekitar 2-3 dari 1000 bayi neonatus total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit jantung kongenital dan pada umur 1 tahun pada 50-60% penderita. (Behrman, dkk, 2000).
Berdasarkan hasil study pendahuluan pada tanggal 06 Maret 2013 di ruang Neonatus RSUD dr. Haryoto Lumajang terdapat sekitar 7 bayi yang menderita CHD pada bulan Januari sampai Februari 2013. Dari 7 kasus tersebut dibagi menjadi non sianotik sebanyak 2 orang dan sianotik sebanyak 5 orang yang semuanya memerlukan perawatan khusus. Dan ditemukan 2 diantaranya meninggal dunia.
Penyakit Jantung Kongenital merupakan kelainan yang disebabkan gangguan perkembangan system kardiovaskular pada embrio yang diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen dan eksogen dapat dicegah dengan pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan saat kehamilan yang rutin, sehingga CHD dapat dihindari atau dikenali secara dini. Umumnya, CHD dapat terdeteksi pada saat ultrasonografi (USG) dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari 20 minggu. Namun, meskipun mengambil tindakan pencegahan terbaik, anak masih dapat dilahirkan dengan beberapa lesi bawaan pada jantung. Pembagian lesi bawaan pada jantung secara umum terbagi menjadi 2 kelompok yaitu CHD sianotik dan CHD asianotik. CHD sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sementara CHD asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Pada CHD sianotik, bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah bersih dan darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung. Pada kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak mendapatkan cukup oksigen yang sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara cepat. Sebaliknya pada CHD non sianotik tidak ada gejala yang nyata sehingga seringkali tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang tua. Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui sebentar-sebentar dan gejala selanjutnya berupa keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. (Hidayat, 2008)
Pada penatalaksanaan CHD di rumah sakit dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan medis dan non medis (keperawatan). Penatalaksanaan medis bertujuan untuk mencegah terjadinya lesi yang lebih parah pada jantung dan penatalaksanaan non medis (keperawatan) bertujuan mengurangi beban jantung, mencegah terjadinya infeksi dan menurunkan resiko cidera.
Kelainan CHD ini bersifat kronis dan akut. Dimana pada tahap kronis perlu pengetahuan orang tua untuk melakukan perawatan yang tepat selama anak di rumah, karena pengenalan orang tua terhadap gejala kekambuhan meningkatakn tindakan yang diberikan secara tepat kepada anak, sehingga angka morbilitas bisa dikurangi dan anak bisa mengalami proses tumbuh kembang secara optimal. Pada fase akut perawat perlu memantau kondisi klien dan mengenali perubahan yang terjadi pada klien selama 24 jam sehingga masalah dapat ditegakkan secara cepat da  tepat untuk menurunkan angka kesakitan pada bayi. Pada kelainan jantung bawaan ini baik fase akut maupun kronik peran perawat sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang anak dengan kelainan jantung bawaan dan menurunkan resiko kesakitan pada anak. Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhakan dalam memperbaiki pengetahuan orang tua untuk memperbaiki kualitas hidup anak
Karena dalam setiap jenis kelainan jantung kongenital memiliki penanganan yang berbeda, maka diperlukan pendekatan asuhan keperawatan yang lebih dalam. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013“.

1.2  Rumusan Penulisan
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013 ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.2.1  Melakukan pengkajian pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.2  Merumuskan diagnosa pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.3  Menyusun intervensi pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.4  Mengimplementasikan rencana pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.
1.3.2.5  Mengidentifikasi evaluasi pada bayi Ny. L dengan Suspect CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang.

1.4   Manfaat Penulisan
1.4.1        Bagi Penulis
Dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman dari penulis tentang Asuhan Keperawatan pada bayi dengan CHD di Ruang Neonatus RSU dr. Haryoto Lumajang tahun 2013.
1.4.2        Bagi Perawat
            Diharapkan perawat dapat memberikan penanganan yang tepat pada bayi dengan gangguan jantung dan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1.4.3        Bagi Penulis Selanjutnya
            Agar hasil penelitian dapat dijadikan gambaran dan bahan dasar penulis selanjutnya yang melakukan study kasus yang sama.

1.5   Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1        Rancangan
Rancangan pada penulisan ini menggunakan rancangan studi kasus dengan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan CHD di RSD Dr. Haryoto Lumajang.
1.5.2        Pengumpulan Data
1.5.2.1  Observasi
Dengan mengamati pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan keperawatan pasien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera lainnya, melalui rabaan, sentuhan, pendengaran.
1.5.2.2  Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada keluarga terkait dengan masalah yang dihadapi pasien, biasanya juga disebut anamnese.
1.5.2.3  Studi Dokumentasi
Pengambilan data dimulai dari pasien masuk sampai pasien pulang. Metode dokumentasi diperoleh dari catatan atau laporan tim kesehatan lain, laboratorium, konsultasi, dan pemeriksaan lain yang penting dan dapat menunjang masalah kesehatan dan perawatan klien.
1.5.2.4  Pemeriksaan Fisik
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara langsung memeriksa kondisi pasien sebagai data obyektif untuk menunjang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Pemerikasaan fisik secara langsung dan menyeluruh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
1.5.3        Instrumen
Alat yang digunakan adalah lembar pengkajian neonatus, lembar observasi, alat pengkajian fisik termasuk tanda-tanda vital.




BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalaum kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian,disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas.
Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga,antara lain adalah Atletik, senam, Permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, permainan memiliki peranan yang penting, karenan dapat mengasah kemampuan untuk menjadi lebih cepat mengambil tindakan dan jauh dari kesan serius tetapi dapat juga dijadikan serius apabila dilakukan dalam perlombaan dalam event-event tertentu.
Olahraga kasti ini adalah olahraga masyarakat, dimana masyarakat melakukannya pada waktu senggang atau waktu kosong, terutama oleh anak atau murid sekolah. Olahraga ini termasuk olahraga tradisional yang juga banyak diminati anak-anak remaja karena dalam permainan kasti meningkatkan ketangkasan dan kekompakan regu atau pemain. Sehingga melalui permainan kasti dapat menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang baik. Biasanya permainan bola kasti kebanyakan dilakukan pada waktu sore hari, dan kegiatan bola kasti dapat dilakukan oleh siapapun.
Apabila kita perhatikan dari sifat permainan, dalam permainan kasti ini ada yang berpendapat agak negatif, salah satunya yaitu akan menjadikan anak dendam terhadap temannya. Ini mungkin saja terjadi bila disekolah itu guru hanya memberikan permainan kasti tanpa mempertimbangkan aspek pendidikan jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan pendidikan jasmani melalui kasti.



1.2        Rumusan Masalah  
Apa itu permainan kasti dan karakteristiknya?
Apasajakah sarana dan prasarana permainan kasti?
Bagaimanakah peraturan permainan kasti?
1.3        Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1.      Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai permainan kasti dan aturan mainnya.
2.      Memenuhi tugas akhir dari mata kuliah TP. Permainan Bola Kecil.
1.4        Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1.      Memberikan pemahaman terhadap setiap mahasiswa tentang permainan bola kasti.
2.      Mahasiswa memahami aturan permainan bola kasti.














BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sejarah
Permainan kasti sudah dikenal di Indonesia jauh sebelum zaman penjajahan jepang bahkan jaman belanda juga sudah dikenal. Dulunya permainan ini sering dilaksanakan disekolah, sekolah menengah dan bahkan di masyarakat. Pada PON II permainan ini pernah dipertandingkan, tetapi belakangan ini mulai hilang kembali.

2.2  Karakteristik
Permainan bola kasti merupakan permainan yang memacu diri dan strategi agar dapat menguasai jalannya permainan dengan baik. Penguasaan teknik dasar juga perlu di kuasai oleh setiap pemain dalam permainan bola kasti, beberapa teknik dasar permainan ini seperti berlari,melempar,menangkap dan memukul.
Keterampilan individu menentukan serunya permainan ini, karena penguasaan keterampilan dapat membuat suasana di dalam permainan menjadi lebih menarik. Pemain yang memiliki keterampilan dalam permainan ini memiliki tingkatan yang mempengaruhi jalannya pertandingan, tingkatan itu seperti pemain amatiratau begginer, pemain menengah atau medium dan pemain yang sudah menguasai permainan atau pemain pro.
Kerjasama tim sangat dibutuhkan untuk melumpuhkan lawan, sosialisasi antar tim menentukan keunggulan tim tersebut, kondisi fisik dan mental juga berperan penting dalam permainan ini.
Selain kerjasama tim, kedisiplinan para pemain juga dapat mempengaruhi lawan dan kawan dikarenakan dari kedisiplinan akan tercipta permainan yang memiliki sportifitas yang baik.







2.3  Sarana dan Prasarana
Dalam permainan bola kasti,tidak terlepas dari sarana dan pra sarana yang dibutuhkan agar permainan dapat terselenggara dengan baik, sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1.      Lapangan
Lapangan permainan kasti berbentuk segi empat panjang dengan ukuran luasnya adalah lebih kurang panjang 60 meter dan lebar 30 meter (tidak mutlak). Lima meter dari panjang lapangan dipergunakan untuk ruangan tempat penjaga belakang, tempat pemukul, tempat pelambung dan tempat pemain pemukul. Lapangan dilengkapi dengan tiang penyelamat yang diletakkan dengan jaraknya 5 meter dari garis pemukul dan 5 meter dari garis samping. Sedangkan tiang hinggap ada dua buah yang masing-masingnya diletakkan berjarak 10 meter dari tiang yang lainnya, 10 meter dari garis belakang dan juga 5 meter dari garis samping.
            https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglruGF_1dfe9DcZrraB3ED8tTU7aOXsGtSzB-G6_Yv-YzHDPx-ECmsTJhl1n6eCrqd1mOcJ9HljMXzD-XHtPUvjc0AI9Sfefq4bn4hjo2LDT5Ng0w69sSK65aMTc9E3_-ijglpFUhf5_8/s1600/kasti.jpg
                  Gambar Lapangan Kasti dengan 2 tiang hinggap

2.      Tongkat Pemukul
Tongkat  pemukul adalah kayu,yang bentuknya bulat telur atau oval yang panjangnya sekitar 50 – 60 cm dengan garis menengah3,5 – 5 cm. Sedangkan pemegangnya 15 – 20 cm dengan tebalnya 3,5 – 4 cm..


3.      Bola
Bola untuk permainan kasti sudah dibuatkan sedemikian rupa yang berisi ijuk atau sabut yang kelilingnya 19 – 21 cm, dan beratnya 70 – 80 gram.

4.      Tiang hinggap
Tiang hinggap biasanya menggunakan besi,tongkat atau bambu yang tinggi diukur dari tanah setinggi 1,5m. Di sekeliling tiang hinggap diberi tanda dengan kapur atau sejenisnya, tanda berguna sebagai pembatas pemain yang sedang hinggap agar tidak curang.



2.4  Peraturan Permainan
Dalam permainan kasti terdapat beberapa peraturan,seperti:
1.      Pemain
Pemain terdiri dari dua regu yang dipimpin oleh seorang ketua dan masing-masing 12 orang dan 3 pemain cadangan, semuanya pemain mempunyai nomor dada yang jelas.
2.      Lama permainan
Permainan dilakukan 2 x 20 menit atau 2 x 30 menit (dapat disesuaikan).
3.      Juri/Wasit
Jumlah wasit ada 5 orang yang memiliki tugasnya masing-masing
a.       Wasit utama: yang menjalankan dan mengadili permainan
b.      Wasit garis : sebagai penentu out atau tidaknya bola, wasit garis atau hakim garis ada 4 orang yang berdiri di tengah tengah garis di sisi luar lapangan.
4.      Aturan main
    Regu pemukul
Setelah menentukan dengan undian regu pemukul dan regu lapangan, maka regu pemukul berada dalam ruangan bebas.
·         Regu lapangan
Regu lapangan berada bebas dalam lapangan, kecuali :
·         Pelambung yang berada dalam tempat pelambung.
·         Penjaga belakang berada pada petak atau ruangannya.
·         Tidak berada pada jalan tiang pertolongan.
·         Melambungkan bola
Pelambung bertugas melambungkan bola pada pelambung sesuai dengan permintaan.
·         Lambungan betul
Lambungan betul bila: bola dekat pada pemukul dengan ketinggian antara lutut dan kepala, disamping sesuai dengan permintaan pemukul.
·         Lambungan salah
Ini terjadi bila:
·         Tidak sesuai yang disampaikan di atas
·         Terlalu jauh dari badan.
·         Pemberian bola terlalu keras.
·         Bolanya diputar.
Pemukul dapat menolak atau tidak memukul lambungan salah.
·         Jumlah pukulan
Setiap regu pemukul hanya berhak atas satu pukulan saja. Kecuali pembebasan dapat memukul 3 kali sebab semua temannya berada pada tiang hinggap. Disebut juga bembebas.
·         Giliran pemukul
Pemukul pertama adalah nomor terendah begitu juga mulai setelah istirahat. Sedangkan untuk memulai pada giliran setelah regu lapangan menjadi regu pemukul yang berhak memulai adlah lanjutan dari sebelum menjadi regu lapangan.
·         Pukulan betul atau salah
Pukulan dikatakan betul bola dipukul melewati garis pukul dan menyentuh tanah pada lapangan. Atau tidak keluar dari garis salah atau lapangan. Kayu pemukul diletakan dalam daerah petak pemukul dengan baik. Pelari boleh langsung lari pada tiang bebas dan kalau mungkin kembali lagi dengan mendapat nilai dua. Yang tidak sesuai dengan yang dikatakan sebelum ini adalah pemukul yang salah. Pelari tidak diperbolehkan lari ke iang bebas, tetapi ia harus berhenti di tiang pertolongan sampai salah seorang temannya memukul bola.
·         Melanjutkan lari
Pelari yang dengan pukulan salah berada pada tiang pertolongan, ia dapat melanjutkan larinya bila ada giliran pukulan dari temennya. Ia boleh terus lari pada tempat yang dituju.
·         Bola mati
Bola dikatakan mati apabila:
·         Bola sudah pada tangan pelambung
·         Pukulan salah
·         Bola hilang
·         Terjadi pertukaran bebas
·         Bola dalam permainan
Bola dalam permainan bila:
·         Sehabis memukul
·         Sesudah pukulan luncas atau salah lalu bola dimainkan oleh regu lapangan
·         Ada tanda dari wasit
·         Bola hilang
Bola hilang kalau bola tidak dapat diambil regu lapangan, atau bola jauh ke daerah penonton, dan peluit wasit menentukannya.
·         Melempar
Lemparan dianggap sah bila bola dilemparkan dari sembarang tempat dan bolanya lepas dari tangan pelempar sehingga mengenai pelari.
·         Bertukar tempat bebas tidak bebas
Apabila regu pemukul kena lemparan maka saat itu regu pemukul langsung menjadi regu lapangan, dengan segera ia dapat melempar lawannya yang berusaha untuk menyelamatkan dirinya ke ruang atau tiang bebas serta tiang pertolongan. Pertukaran ini juga bisa terjadi bila regu pemukulmemegang bola walaupun pada saat menerima bola yang akan dipukul. Begitu juga halnya bila pemain lapangan sudah masuk lebih dulu ke dalam ruangan bebas sebelum temanya melempar(lemparannya tidak sah), atau regu pemukul lebih dulu ke luar sebelum temannya akan dilempar.

·         Pertukaran bebas
Pertukaran bebas terjadi bila:
·         Regu lapangan memiliki 3 bola tangkap dalam satu babak,
·         Pukulan pembebas tidak berhasil dan dibakar oleh regu lapangan,
·         Pemukul keluar ruang bebas tidak untuk memukul,
·         Kayu pemukul lepas,
·         Pelari yang tidak menyentuh tiang bebas sudah masuk kembali ke ruang bebas.

5.      Nilai
Seorang pemain akan mendapat skor atau nilai jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.       Setelah melemparkan bola ia dapat lari ke tiang  2  bila ia sanggup, tetapi dapat pada tiang 1 sebagai penyelamat. Bila ia lari ke tiang 2 sebelum sampai ke tiang tersebut ia dilempar oleh regu penjaga dan tidak kena maka ia boleh kembali masuk ke ruang bebas dan ia memperoleh nilai 2 kalau itu hasil lemparannya sendiri dan nilai 1 bila dengan lemparan temannya.


BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
Kebutuhan akan Pendidikan Jasmani dan Olahraga sangat penting bagi peserta didik, agar peserta didik dalam mengikuti materi ini dapat bersikap sportif dan kerjasama antar teman, permainan kasti, kippers, dan rounders  merupakan permainan beregu  bola kecil, yang dimainkan oleh dua regu untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi, teknik dasar pemainan ini adalah teknik melempar bola, teknikk menangkap bola, teknik memukul bola.  Permainan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa sportif, dan kerjasam antar teman, untuk itu pembelajaran pendidikan jasamani dan olahraga sangat penting, dan sangat dibutuhkan bagi peserta didik.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau kesalahn dalam penyusunannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget