Sunday 24 May 2015

BAB 1
PENDAHULUAN 

1.1    Latar Belakang
     Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar. Variasi belaan juga adalah lebih kepada kaedah mudah yang mana apabila difikirkan secara mudah, karate adalah satu seni yang ringkas dan lebih berpandukan kepada konsep 'tinju' teratur. Pandangan inilah yang menjadi faktor kesilapan kepada persepsi seni karate itu sendiri.

1.2    Rumusan Masalah
·         Mengetahui cara cara melakukan pertandingan karate
·         Mengetahui tata cara karate
·         Bagai mana peraturan karate


1.3    Tujuan
·         Dapat mengetahui Tentang Karate
·         Dapat mengetahui peraturan Karate




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian dan Sejarah Karate  
    Pengertian Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” (pinyin: kongshou). Gichin Funakoshi mulai memperkenalkan karate mulai tahun 1921 .
         Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu: Shotokan Goju-Ryu Shito-Ryu Wado-Ryu Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF. Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF". Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung". Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring. 

Ø  Sejarah Karate
     Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit samurai.
       Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau – pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di Cina.

    v   Sejarah Karate di Indonesia
        Masuknya karate ke tanah air dipelopori oleh Mahasiswa Indonesia yang sudah menyelesaikan studinya di Jepang. Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan dojo yang memperkenalkan aliran Shotokan. Dojo ini didirikan di Jakarta, tahun 1963. Tahun- berikutnya mereka membentuk suatu wadah yang saat itu disebut PORKI (Persatuan Olahraga Karate Indonesia). Kemudian datang pula mahasiswa Indonesia yang juga telah belajar di Jepang seperti Setyo Haryono. Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain Masatoshi Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada shotokan, Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu dan Hayashi Shitoryu. Melihat dan antusiasme menyebabkan karate tumbuh pesat di tanah air yang dapat dilihat dari banyaknya organisasi karate. Namun demikian karena ketidakcocokan para tokoh, akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Pada akhirnya, dilandasi dengan itikad baik untuk bersatu dan keinginan bersama untuk mengembangkan karate, para tokoh karate sepakat untuk membentuk wadah baru yang brnama FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) tahun 1972. Karena semakin dikenal diseluruh Indonesia. Mereka mengembangkan karate dengan mendirikan perguruan. Dengan semakin besarnya pengaruh karate di Indonesia akhirnya diubahlah nama PORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karae Indonesia) yang merupakan induk organisasi semua perguruan karate di Indonesia. FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) yang sekarang menjadi perwakilan WKF (Wordl Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.


Ø  Tokoh Karete Indonesia
Baud Adikusumo (INKADO)
Sabeth Mukhsin (INKAI)
Anton Lesiangi (LEMKARI)
Nardit T (WADOKAI)
Bert Lengkong (SHINDOKA)
Chairul Taman (KHUSHINKAI)
Setyo Haryono (GOJU RYU)
Marcus Basuki (SHITORYU)
Dan masih banyak lagi yang lainnya

Ø  FORKI (Federasi Olah Raga Karate – do Indonesia)
      Arti lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk sudut melambangkan olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat revolusi 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate. Tujuh buah lingkaran melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia FORKI. Gambar huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia. Warna Kuning melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan tekad. Warna merah melambangkan keberanian warna putih melambangkan kesucian.

Ø  INKAI (Institut Karate-do Indonesia)
      Arti Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI yang bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do.

2.2   Pertandingan Karate
Pertandingan karate dibagi atas tiga jenis yaitu :
1.      Kumite (perkelahian)
2.      Kata (jurus)
3.      Kihon (peragaan teknik)
Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
    
    v  Luas Lapangan

     Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya, seperti pada gambar berikut:
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.




   v  Peralatan Karate

Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate :
1.      Pakaian karate (karategi) untuk kontestan

2.      Pelindung tangan

3.      Pelindung tulang kering

4.      Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao

5.      Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
a)      Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
b)      Pelindung tubuh untuk kontestan putri
c)      Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
6.      Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7.      Seragam wasit/juri
a)      Baju putih
b)      Celana abu-abu
c)      Dasi merah
d)     Sepatu karet hitam tanpa sol
8.      Papan nilai/n scoring board
9.      Administrasi pertandingan
10.  Bendera merah & biru untuk juri

Tambahan:
Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan
      Sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
     Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” (pinyinkongshou).

3.2  Saran
        Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat , maka gangguan yang dating dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari gangguan orang lain.

0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget