SKENARIO KASUS D
Wanita
usia 28 tahun, belum menikah, sudah satu minggu terbaring di ruang perawatan
bedah RS PURI ASIH. Diagnosa medis Ca Mammae. Pasien masih bingung menentukan
pilihan apakah dilakukan operasi, terapi sinar atau terapi sitostatika ?
I.
IDENTIFIKASI MASALAH
- Wanita usia 28 tahun
- Belum menikah
- Sudah satu minggu terbaring di ruang perawatan bedah RS PURI ASIH
- Terdiagnosa medis Ca Mammae
II.
ANALISA MASALAH
·
Wanita dengan kasus Ca
Mammae
·
Patofisiologi
Ca Mammae
·
Komplikasi
Ca Mammae
·
Penanganan
Ca Mammae
·
Tindakan Mastektomi
·
Terapi
Sinar
·
Terapi
Sitostatika
·
Perawatan
Konservatif
·
Perawatan
Aktif
·
Informed
Consent
·
Askep (Pre-Post Operasi) Mastektomi
·
Askep pasien dengan Terapi Sinar
·
Askep pasien dengan Sitostatika
·
Diagnosa
keperawatan yang muncul
·
Peran perawat sebagai advokat klien
TINJAUAN TEORI
- Definisi Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), ca mammae atau kanker payudara merupakan
salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Biasanya kanker ini
ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi
bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)
- Anatomi Mammae Wanita
Payudara wanita terdiri
dari kelenjar yang membuat air susu ibu (lobulus),
saluran kecil yang membawa susu dari lobulus ke puting (duktus), lemak dan
jaringan ikatnya, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Sebagian besar
kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal),
beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), dan sebagian kecil bermula di
jaringan lain.
Sistem Getah Bening
Sistem getah bening
adalah salah satu cara utama kanker payudara menyebar. Sel-sel kanker payudara
dapat memasuki pembuluh limfe dan mulai tumbuh di kelenjar getah bening. Jika
sel-sel kanker payudara telah mencapai pembuluh getah bening di ketiak (node
axilaris), tandanya adalah terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak. Bila ini terjadi maka kemungkinan
besar sel-sel kanker juga masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ tubuh
lainnya. Hal ini juga dapat mempengaruhi diagnosa dari
penanganan kanker payudara.
Benjolan Payudara Bukan Kanker
Kebanyakan benjolan
yang terjadi pada payudara adalah bukan kanker. Namun demikian, beberapa perlu
diteliti dibawah mikroskop untuk memastikan mereka bukan kanker.
Perubahan Fibrokistik
Kebanyakan benjolan di
payudara ternyata hanyalah perubahan fibrokistik. Istilah fibrokistik mengacu
pada fibro dan kista. Fibrosis adalah pembentukan jaringan parut, sedangkan
kista adalah kantung berisi cairan. Perubahan fibrokistik dapat menyebabkan
payudara bengkak dan nyeri. Seringkali terjadi sebelum periode menstruasi
dimulai. Payudara dapat terasa kenyal dan kadang keluar cairan bening/susu dari
putting (http://www.cancerhelps.com/kanker-payudara.htm).
- Etiologi Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), etiologi kanker payudara
tidak diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga
berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:
1.
Umur > 30 tahun
2.
Melahirkan anak pertama pada usia
>35 tahun
3.
Tidak kawin dan nulipara
4.
Usia menarche < 12 tahun
5.
Usia menopause > 55 tahun
6.
Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi
tumor jinak payudara
7.
Terapi hormonal lama
8.
Mempunyai kanker payudara kontralateral
9.
Pernah mengalami operasi ginekologis
misalnya tumor
ovarium
10. Pernah mengalami radiasi di
daerah dada
11. Ada
riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu,
saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak
12. Kontrasepsi oral pada penderita
tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas
Berikut ini adalah bahan-bahan yang diduga sebagai pemicu kanker
(karsinogenik), diantaranya yaitu:
1. Senyawa kimia, seperti aflatoxsin B1,
ethionine, saccarin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap
rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari,
sinar-X, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam.retrovirus),
DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat
berkembang menjadi kanker.
5. Kelemahan genetik sel-sel pada tubuh,
sehingga memudahkan munculnya kanker.
- Faktor Resiko Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Faktor ini penting dalam
membantu mengembangkan program-program pencegahan. Hal yang harus selalu di
ingat adalah bahwa hampir 60 % wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak
mempunyai faktor-faktor resiko yang teridentifikasi kecuali hanya lingkungan
hormonal mereka. Dengan demikian, semua wanita dianggap beresiko untuk
mengalami kanker payudara selama masa kehidupan mereka. Namun demikian,
mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita
yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang terus meningkat dan
pengobatan dini. Selain itu, riset lebih jauh tentang faktor-faktor resiko akan
membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah atau
memodifikasi kanker payudara dimasa mendatang.
Faktor-faktor resiko yang mencakup :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Resiko
mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan
atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker
payudara. Resikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum
berusia 60 tahun; resiko 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua
orang saudara langsung.
3. Menarke dini. Resiko kanker payudara meningkat
pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia
maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama
setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia
sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah
usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 30
tahun mempunyai resiko sepergtiganya.
6. Riwayat penyakit tumor payudara jinak. Wanita
yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel poliferasi mempunyai
resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan
hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit
ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah
masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko hamper dua kali lipat.
8. Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca
menopause. Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai
angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis
yang lambat.
9. Kontraseptif oral. Wanita yang menggunakan
kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.
Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian
medikasi.
10. Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan
yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi penggantian
hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya
untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami
peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian
estrogen meningkat insidens kanker endomentrium, hal ini tidak menurunkan
resiko kanker payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko
ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali
minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum
alkohol tiga kali sehari. Di Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara
teratur (mis Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih tinggi.
Beberapa temuan riset menunjukan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih
rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Diet tinggi lemak
dahulu pernah diduga meningkatkan risiko kanker payudara. Kajian epidemiologi
pada wanita berkebangsaan Amerika dan Jepang menunjukan
perbedaaan lima kali lipat dalam angka kanker payudara antara dua
kelompok, dengan wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi.
Wanita Jepang yang bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka kanker
payudara yang serupa dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi kelompok
terbaru menunjukan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh antara diet tinggi
lemak dan kanker payudara. Namun, karena lemak mempunyai dampak dalam kanker
kolon dan penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari upaya penyuluhan
yang difokuskan pada pengurangan masukan kalori yang berasal dari lemak secara
keseluruhan.
Implan payudara dengan
silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan kontraksi kapsular fibrosis dang
gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa implant
payudara berkaitan dengan peningkatan resiko kanker payudara.
- Manifestasi Klinis Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), manifestasi klinis dari ca mammae antara
lain yaitu pasien biasanya datang
dengan keluhan benjolan/massa di payudara, ada rasa sakit, keluar cairan yang
abnormal dari puting susu, timbul kelainan kulit (dimpling, kemerahan,
ulserasi, peau d'orange) pada payudara, pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda
metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum
dibuktikan tidak.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), manifestasi klinis dari ca mammae antara lain kanker
payudara dapat terjadi di
bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya,
lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi, dan keras dengan batas yang tidak teratur.
Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat
menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun, nyeri
yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara
pada kasus yang lebih lanjut.
Dengan
meningkatnya penggunaan mammografi, lebih banyak wanita yang mencari bantuan
medis pada penyakit tahap awal. Wanita-wanita ini bisa saja tidak mempunyai
benjolan yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada
pemeriksaan mammografi. Sayangnya, banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari
bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang di
rasakan. Sebagai contoh, mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak
dimpling atau peau d’orange pada kulit payudaranya yaitu kondisi yang disebabkan
oleh obstruksi sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal. Retraksi puting susu
dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada dapat juga merupakan bukti.
Metastasis ke kulit dapat dimanisfestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi
dan berjamur. Tanda-tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker
payudara pada tahap lanjut. Namun, indeks kecurigaan yang tinggi harus
dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus di
lakukan.
- Pentahapan Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), pentahapan mencakup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan pada
keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal
ini dapat membantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan terbaik
yang ada, memberikan prognosis, dan membandingkan hasil dari program pengobatan
alternatif. Beberapa pemeriksaan darah, dan prosedur diagnostik dilakukan dalam
petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan prosedur ini mencakup rontgen dada,
pemindaian tulang, dan fungsi hepar. Pentahapan klinik yang paling banyak
digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi
ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang
jauh.
Menurut Arif Mansjoer (2000), klasifikasi TNM kanker payudara (AJJC, 1992), yaitu:
Tumor primer (T)
Tx : Tumor primer
tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak terbukti
adanya tumor primer
Tis :
Ø Kanker in situ
Ø Kanker intraduktal
atau lobular in situ
Ø Penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
Ø T1a : Tumor < 0,5 cm
Ø T1b : Tumor
0,5 -
1 cm
Ø T1c : Tumor
1 - 2 cm
T2 : Tumor 2 - 5
cm
T3 : Tumor >5 cm
T4 : Berapapun ukuran
tumor, dengan penyebaran langsung
ke dinding dada atau kulit. Dinding dada
termasuk kosta, otot seratus anterior. Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a : Melekat pada
dinding dada
T4b : Edema, peau d’orange (keriput seperti kulit jeruk), ulserasi kulit,
nodul satelit pada daerah yang sama
T4c : T4a dan T4b
T4d : Karsinoma inflamatoir = Mastitis karsinomatosis
Nodus Limfe
Regional (N)
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran
kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar
aksila homolateral
yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Metastasis Jauh (M)
Mx :
Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 :
Terdapat metastasis jauh, termasuk kelenjar supraklavikula
Stadium Kanker
Payudara
Menurut Smeltzer & Bare (2001), stadium kanker payudara antara lain yaitu:
Tahap 0
|
Tis
|
N0
|
M0
|
Tahap I
|
T1
|
N0
|
M0
|
Tahap IIA
|
T0
|
N1
|
M0
|
T1
|
N1
|
M0
|
|
T2
|
N0
|
M0
|
|
Tahap IIB
|
T2
|
N1
|
M0
|
T3
|
N1
|
M0
|
|
Tahap IIIA
|
T0
|
N2
|
M0
|
T1
|
N2
|
M0
|
|
T2
|
N2
|
M0
|
|
T3
|
N1
|
M0
|
|
T3
|
N2
|
M0
|
|
Tahap IIIB
|
T4
|
Sembarang N
|
M0
|
Sembarang T
|
N3
|
M0
|
|
Tahap IV
|
Sembarang T
|
Sembarang N
|
M1
|
Menurut Arif
Mansjoer (2000), stadium kanker payudara antara lain yaitu:
Stadium I
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran <
2 cm dan tidak terfiksasi pada
kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan
metastasis aksila.
Stadium II
Tumor yang berdiameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor
yang diameter 2 - 5 cm dengan/tanpa metastasis
aksila.
Stadium IIIa
Tumor dengan diameter > 5
cm,
tapi masih bebas jaringan sekitarnya dengan/tanpametastasis aksila yang masih bebas satu sama lain; atau tumor dengan
metastasis yang melekat.
Stadium IIIb
Tumor dengan metastasis infra
atau supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding
toraks.
Stadium IV : Tumor yang mengadakan metastasis jauh.
- Tipe Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), selain kriteria pentahapan,
gambaran patologi lainnya dan tes prognostik digunakan untuk mengindentifikasi
kelompok pasien yang berbeda yang mungkin diuntungkan oleh pengobatan ajufan.
Pemeriksaan histologis sel-sel kanker membantu menentukan prognosis dan
mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana penyakit berkembang.
Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling umum,
merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena
keras saat dipalpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk
dibanding dengan tipe kanker lainnya.
Karsinoma
labular menginfiltrasi jarang
terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi
pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan
dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, dengan
demikian, dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua
payudara. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai
keterlibatan nodus aksilar yang
serupa, meskipun tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya
menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya
bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
Karsinoma medular menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh
dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat
menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosisnya sering kali
lebih baik.
Kanker mesinus menempati sekitar 3% dari kanker payudara. Penghasil
lendir, juga tumbuh dengan lambat; sehingga, kanker
ini mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya.
Kanker
duktal-tubular jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari
kanker. Karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim, maka
progrosisnya sangat baik.
Karsinoma
inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarang (1%
sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara
lainnya. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara secata
abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam.
Sering terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat
berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis lebih
cepat di banding pasien wanita lainnya dengan masa kecil pada payudara.
Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya; preparat
kemoterapi berperan penting dalam pengendalian kemajuan penyakit ini. Radiasi
dan pembedahan biasanya juga digunakan unttuk mengontrol penyebaran.
Penyakit
Paget payudara adalah tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala yang sering timbul
adalah rasa terbakar dan gatal pada ayudara. Tumornya itu sendiridapat duktal
atau invasif. Massa tumor sering tidak dapat diraba di bawah puting tempat
dimana penyakit ini timbul. Mammografi mungkin merupakan satu-satunya pemeriksaan
diagnostik yang mendeteksi tumor.
Karsinoma
Payudara In Situ lebih sering dideteksi
dengan meluasnya penggunaan skrining mammografi. Penyakit ini ditandai oleh
proliferasi sel-sel malignan di dalam duktus dan lobulus, tanpa invasi ke dalam
jaringan sekitarnya. Terdapat dua tipe karsinoma in situ: duktal dan
lobular.
Karsinoma
Duktal In Situ (DCIS) secara histologi dibagi
menjadi dua subtipe mayor: komedo dan non komedo. Karena banyaknya pentanyaan
tentang apakah DCIS dapat berkembang menjadi kanker invasif, pengobatan yang
paling umum adalah mastektomi dengan angka kesembuhan 98% atau 99%. Namun,
terapi konservatif payudara (membatasi pembedahan atau terapi radiasi) adalah
pilihan yang masuk akal yang mungkin dipertimbangkan untuk lesi setempat.
Karsinoma
Lobular In Situ (DCIS) ditandai dengan proliferasi
sel-sel di dalam lobulus payudara. LCIS biasanya merupakann temuan insidental,
yang umumnya terletak dalam area multisenter penyakit, dan jarang berhubungan
dengan kanker invasif. Penyakit ini terjadi lebih sering pada wanita yang
berusia lebih muda dan mungkin dianggap pertanda
pramalignan (ketimbang malignan) untuk terjadinya kanker payudara.
- Patofisiologi Ca Mammae
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak,
tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan
usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan
prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent”
mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan
pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jaringan payudara normal atau dalam
jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay” (ERA) pada jaringan lebih tinggi
dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan
respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy atau adrenalectomy)(Smeltzer & Bare, 2001).
Berikut ini adalah fase terjadinya kanker,
antara lain yaitu:
1.
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu
proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan
promosi.
2.
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan
genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel
ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam
sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan
terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
3.
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi
tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
- Komplikasi Ca Mammae
Komplikasi ca mammae
menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah terjadinya metastasis jauh yang dapat mengenai sembarang
organ melalui saluran limfe (limfogen), tetapi tempat yang paling umum adalah
tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit
(30%), dan otak (20%).
- Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), pemeriksaan penunjang kanker payudara
dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara, mammografi,
dan aspirasi jarum halus (FNAB) untuk
menunjang diagnosis. Untuk menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone
survey, USG abdomen/hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan
kistik. Pemeriksaan mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai
jaringan lemak yamg dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih
sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata),
adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya
mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur arsitektur
payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,
perubahan posisi tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang
mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas). Pemeriksaan
gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.
- Diagnosis Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), teknik untuk menentukan diagnosis dan jaringan dari
kanker payudara mencakup aspirasi jarum halus, biopsi eksisi (atau terbuka),
biopsi inti, dan lokalisasi jarum.
Menurut Arif Mansjoer (2000), diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi yang dilakukan
dengan:
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh
jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya bila tumor < 5
cm.
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan
tumor dam sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel
atau lebih besar dari 5 cm.
- Prognosis Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), beberapa
gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara umum, makin kecil tumor,
makin baik prognosisnya. Karsinoma payudara bukan semata-mata keadaan patologis
yang terjadi hanya dalam semalam. Karsinoma ini bermula dengan perubahan
genetik dalam satu sel. Membutuhkan waktu hampir 16 kali penggandaan untuk
karsinoma menjadi 1 cm atau lebih besar, dimana pada waktu tersebut karsinoma
telah tampak secara klinis. Dengan menganggap bahwa membutuhkan 30 hari untuk
setiap waktu penggandaan, maka akan dibutuhkan minimum 2 tahun untuk karsinoma
agar dapat teraba. Jika waktu penggandaan adalah 210 hari, maka akan dibutuhkan
waktu sampai 17 tahun sebelum karsinoma tersebut dapat teraba.
Pada diagnosis,
hampir 45% dari pasien membuktikan adanya penyebaran regional atau jauh atau
metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran regional adalah ke nodus
limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada penyebaran regional dari
penyakit. Sebagai contoh, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan adalah
lebih dari 90% jika tumor tetap terdapat
dalam payudara. Namun, bila kanker telah menyebar sampai pada nodus
regional, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan turun di bawah 60%. Tempat
lain penyebaran limfatik mencakup nodus mamaria internal dan supraklavikular.
Metastasis jauh dapat mengenai sembarang organ, tetapi tempat yang paling umum
adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%),
kulit (30%), dan otak (20%).
Selain ukuran
tumor, nodus limfe yang terkena, bukti-bukti metastasis, dan tipe histologis,
pengukuran lainnya membantu dalam menentukan prognosis. Adanya reseptor protein
estrogen dan progesteron menandakan retensi kontrol pengatur epitelium mamaria.
Kedua reseptor protein berkaitan dengan membaiknya prognosis; hilangnya kedua
resptor ini berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk. Demikian juga, tumor
dengan tingkat diferensiasi yang tinggi berhubungan dengan prognosis yang lebih
baik dibanding dengan tumor anaplastik, yang berdiferensiasi dengan buruk.
Pengkajian laju proliferatif tumor (fraksi bentuk-S) dan isi DNA (ploidi)
dengan uji laboratorium membantu untuk menentukan prognosis. Tumor yang
klasifikasikan sebagai diploid (isi DNA normal) berhubungan dengan prognosis
yang lebih baik dibandingkan dengan tumor yang klasifikasikan sebagai aneuploid
(isi DNA abnormal).
- Penatalaksanaan
Medis Ca
Mammae
Batasan stadium yang masih operabel atau
kurabel adalah stadium III a. Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak
lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif.
Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker,
yaitu :
1. Stadium I dan II lakukan mastektomi
radikal atau modifikasi mastektomi radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada
metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi adjuvan. Dapat
pula dilakukan mastektomi kompleks yang harus diikuti radiasi tumor bed dan
daerah KGB regional. Pada T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal
di daerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada
kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan rediasi pada rantai KGB
regional.
Alternatif lain
pada tumor yang kecil dapat dilakukan tehnik breast conserving therapy, berupa
satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja (tumorectomi), ditambah
diseksi axila dan radiasi kuratif ( ukuran tumor < 3 cm) dengan syarat tertentu.
Metode ini dilakukan dengan eksisi baji, resksi sekmental, reseksi parsial,
kuadaranectomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB axila secara
total. Syarat tehnik ini adalah
·
Tumor
primer tidak lebih 2 cm
·
N1b
< 2cm
·
Belum
ada metastasis jauh
·
Tidak
ada tumor primer lainnya
·
Payudara
kontraleteral bebas kanker
·
Payudara
bersangkutan belm pernah mendapat pengobatan selanjutnya ( kecuali tumpectomi)
·
Tidak
dilakuka pada payudara yang kecil karena hasik kosmetiknya tidak terlalu
menonjol
·
Tumoor
primer tidak terlokasi dibelakang puting susu
2. Pada stadium IIIa dikaukan mastectomi
radikal ditamba kemoterapi radikal, atau mastectomi kompleks ditambah radio
terapi pada tumor bed dan KGB ragional.
Pada stadiumyang lebih lanjut, lakukan
tindakan paliatif dengan tujuan:
·
Pertahankan
kualitas hidup pasien agar tetap bakatau tinggi dengan anggapan bahwa kematian
adalah proses yang normal.
·
Tidak
mempercepat atau menunda kematian
·
Menghilangkan
rasa nyeri atau keluhan yang lain yang mengganggu.
Perawatan paliatifpun dilakukan
berdasarkan stadium yaitu:
1. Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi,
dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada, tunggu. bila rilaps,
tambahkandengan pengobatan hormonal dankemoterapi. Namun, bila residu setelah
radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal sebagai berikut:
a. Pada pasien premenopouse dilaukan
ooferectomi bilateral.
b. Pada pasien 1-5 tahun menopouse periksa
epekekstrogen. Bila positif, lakukan seperti (a). Bila negatif, lakukan seperti
(c). Observasi selama 6-8 minggu. Bila respon baik, teruskan terapi, tetapi
bila respon negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus
selama 6 minggu.
c. Pada pasien pasca menopouse lakukan terapi
hormonal inhibitif atau aditif
2. Pada stadium IV
a. Pada pasien premenopouse lakukan
ooforectomi bilateral. Bila respon positif, berikan aminoklutetimid atau
tamofen. Bila relaps atau respon negatif berika kemoterapi CMF atau CAF
b. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopouse,
periksa efek ekstrogen. Efek ekstrogen dapat diperiksa dengan ekstrogen atau
progesteron reseptor (ER/PR). Bila positif, lakukan seperti (a). Bila negatif,
lakukan seperti (c).
c. Pada pasien pasca menopouse berikan obat-
obat hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron, atau kortikosteroid.
Keterangan C= cyclophosphamide, M=
methotrexate, F= 5-fluourasil.
1.
- Pencegahan Ca Mammae
Pada prinsipnya,
strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan
pada lingkungan,
pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa
pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah
promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang yang "sehat"
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko
dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena
kanker payudara ini.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim
memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
1. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun
dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
2. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat
rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun.
3. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap
2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta
menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang
melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang
tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%,
bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier
biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita.
Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan
sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa
simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Banyak faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan
diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan
diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan
jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara
klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk
mendeteksi kanker secara dini.
Secara umum pencegahan
payudara yang sering dilakukan oleh masyarakat, terdiri dari:
1. Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat
dalam waktu lama.
2. Hindari banyak merokok dan mengonsumsi
alkohol.
3. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri,
setiap bulan.
4. Hindari terlalu banyak terkena sinar-X
atau jenis-jenis radiasi lainnya.
5. Jaga kesehatan dengan mengonsumsi
buah-buahan dan sayuran segar. Sebaiknya sering mengkonsumsi kedelai serta
produk olahannya, seperti tahu, tempe, dan susu kacang kedelai, sebab kedelai
mengandung phyto estrogen, yaitu genistein, yang bermanfaat untuk mengurangi
resiko terjadinya kanker payudara.
6. Lakukan olah raga secara teratur.
7. Hindari terlampau banyak makan-makanan
berlemak tinggi.
8. Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi.
9. Makanlah lalap kunir putih (temu mangga)
lebih kurang dua ruas jari setiap hari.
- ASKEP CA MAMMAE
1. Askep (Pre-Post Operasi)
Mastektomi
Perawatan Perioperatif Mastektomi
Pengkajian
Riwayat
kesehatan mencakup suatu pengkajian tentang reaksi pasien terhadap diagnosis
dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut. Pertanyaan yang berhubungan
mencakup yang berikut :
a.
Bagaimana pasien
berespon terhadap diagnosis ?
b.
Mekanisme koping apa
yang pasien temukan paling membantu ?
c.
Dukungan psikologis
atau emosional apa yang pasien gunakan ?
d.
Apakah ada pasangan,
anggota keluarga atau teman untuk membantunya dalam membuat
pilihan pengobatan ?
e.
Bagian informasi mana
yang paling penting yang pasien butuhkan ?
f.
Apakah pasien
mengalami ketidaknyamanan ?
PRA-OPERASI
Diagnosa keperawatan pra operasi
Berdasarkan
pada data pengkajian, diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah sebagai
berikut :
Anxietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman
konsep diri, perubahan gambaran diri, perubahan status kesehatan ditandai
dengan :
a.
Peningkatan
ketegangan, ketakutan, perasaan tidak berdaya
b.
Penurunan
keyakinan diri
c.
Focus
pada diri sendiri, gelisah, rangsangan simpatis
d.
Mengekspresikan
masalah sehubungan dengan perubahan hidup potensial/ actual
Rencana tindakan/intervensi keperawatan
a. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan
intervensi pembedahan, dan terapi yang akan datang. Perhatikan adanya penolakan
atau ansietas ekstrem.
R/ memberikan
dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan informasi dan membantu
untuk mengidentifikasi pasien dengan ansietas tinggi , dan kebutuhan perhatian
khusus.
b. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostic
R/ pemahaman
jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan perasaan control
dan mengurangi ansietas.
c. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan, dan
penerimaan juga privasi untuk pasien/ orang terdekat.anjurkan bahwa orang
terdekat ada kapanpun diinginkan.
R/ waktu dan
privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan tentang
antisipasi kehilangan dan masalah lain.
d. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan
takut. Beritahu pasien bahwa stress sehubungan dengan kanker payudara dapat
menetap selama beberapa bulan dan perlu mencari bantuan/ dukungan
R/ memberi
kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesalahan konsep dan
menawarkan dukungan emosi
e. Kaji tersedianya dukungan pada pasien. Berikan
informasi tentang sumber komunitas bila ada. Dorong/ berikan kunjungan seorang
wanita yang telah sembuh dari mastektomi
R/ menjadi
sumber yang membantu bila pasien siap. Kelompok sebaya yang mengalami pengalaman
serupa bertindak sebagai model peran dan memberikan keyakinan terhadap
pernyataan, harapan untuk sembuh/ masa depan normal
f. Diskusikan/ jelaskan peran rehabilitasi setalah
pembedahan
R/ rehabilitasi
adalah komponen terapi penting untuk memenuhi kebutuhan fisik, sosial,
emosional, dan vokasional sehingga pasien dapat mencapai tingkat fisik dan
fungsi emosi sebaik mungkin.
PASCA OPERASI
Diagnosa keperawatan pasca operasi
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pengangkatan bedah kulit/jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, drainase,
perubahan pada elastisitas kulit, sensasi, dekstrusi jaringan (radiasi)
ditandai dengan adanya :
1)
Kerusakan
permukaan kulit
2)
kerusakan
lapisan kulit/ jaringan subkutan
b. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur
pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot. Ditandai dengan :
1)
Keluhan
kekakuan
2)
Kebas
pada area dada
3)
Nyeri
bahu/ lengan
4)
Perubahan
tonus otot
5)
Focus
pada diri sendiri
6)
Distraksi/
melindungi bagian yang nyeri
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
berhubungan dengan biofisikal : prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh,
psikososial, masalah tentang ketertarikan seksual ditandai dengan :
1)
Perubahan
actual pada struktur/ kontur tubuh
2)
Menyatakan
ketakutan penolakan oleh orang lain
3)
Perubahan
dalam lingkungan sosial
4)
Perasaan
negative terhadap tubuh
5)
Selalu
memikirkan tentang perubahan atau kehilangan
6)
Tidak
mau melihat tubuh
7)
Tidak
berpartisipasi dalam terapi
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuscular, nyeri/ketidaknyamanan,
pembentukan edema ditandai dengan :
1)
Menolak
untuk bergerak
2)
Membatasi
rentang gerak
3)
Penurunan
massa otot / kekuatan
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi/ informasi ditandai dengan :
1)
Pertanyaan/
permintaan informasi
2)
Pernyataan
salah konsepsi
3)
Tidak
akurat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah
Tindakan/intervensi keperawatan
Dx. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan
bedah kulit/jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, drainase, perubahan
pada elastisitas kulit, sensasi, dekstrusi jaringan (radiasi)
a.
Kaji balutan /luka
untuk karakteristik drainase. Awasi jumlah edema , kemerahan dan nyeri pada
insisi dan lengan
R/ penggunaan
balutan tergantung luasnya pembedahan dan tipe penutupan luka.drainase terjadi
karena trauma prosedur dan manipulasi banyak pembuluh darah dan limpatik pada
area tersebut. Pengenalan dini adanya infeksi dapat memampukan pengobatan
dengan cepat
b.
Tempatkan pada posisi
semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit dengan lengan tinggi dan
disokong dengan bantal
R/ membantu
drainase cairan dengan gravitasi
c.
Jangan melakukan
pengukuran tekanan darah, menginjeksikan obat atau memasukkan IV pada lengan
yang sakit
R/ meningkatkan
potensial kontriksi, infeksi dan limfedema pada sisi yang sakit
d.
Inspeksi donor/ sisi
tandur ( bila dilakukan ) terhadap warna. pembentukan
lepuh. Perhatikan drainase dari sisi donor
R/ warna
dipengaruhi adanya suplai sirkulasi .pembentukan lepuh memberikan tempat
pertumbuhan bakteri/ infeksi
e.
Kosongkan drain luka
secara periodic.cata jumlah dan karakteristik drainase
R/ akumulasi
cairan drainase meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kerentanan terhadap
infeksi
f.
Dorong untuk
menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat .beritahu pasien untuk tidak
menggunakan jam tangan atau perhiasan lain pada tangan yang sakit
R/ menurunkan
tekanan pada jaringan yang terkena ,yang dapat memperbaiki sirkulasi/
penyembuhan
Dx. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma
jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
a.
Kaji keluhan nyeri,
perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk
verbal dan non- verbal
R/ membantu
dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk/ keefektifan
analgesic. Jumlah jaringan, otot, dan system limfatik diangkat dapat
mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami
b.
Diskusikan sensasi
masih adanya payudara normal
R/ memberikan
keyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangannya dapat dilakukan
c.
Bantu pasien menemukan
posisi nyaman
R/ peninggian
lengan, ukuran baju dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks
dan istirahat secara efektif
d.
Berikan tindakan
kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik. Dorong ambulasi dini dan penggunaan
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik
R/ meningkatkan
relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian, dapat meningkatkan kemampuan
koping
e.
Tekan/ sokong dada
saat latihan batuk/ napas dalam
R/ memudahkan
partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyamanan
f.
Berikan obat nyeri
yang tepat pada jadwal yang teratur sebelum nyeri berat dan sebelum aktivitas
dijadwalkan
R/
mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk latihan lengan
dan untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai upaya tersebut
Dx. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
berhubungan dengan biofisikal : prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh,
psikososial, masalah tentang ketertarikan seksual
a.
Dorong pertanyaan tentang
situasi saat ini dan harapan yang akan datang.berikan dukungan emosional bila
balutan bedah diangkat
R/ kehilangan
payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut
jaringan parut, dan takut reaksi pasien terhadap perubahan tubuh
b.
Identifikasi masalah
peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karir, dsb
R/ dapat
menyatakan bagaimana pandangan diri pasien telah berubah
c.
Dorong pasien untuk
mengekspresikan perasaan missal; marah, bermusuhan dan berduka.
R/ kehilangan
bagian tubuh, hilangnya bagian tubuh, dan menerima kehilangan hasrat seksual
menambah proses kehilangan yang membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat
membuat rencana untuk masa depan.
d.
Diskusikan tanda/
gejala depresi dengan pasien/ orang terdekat
R/ reaksi umum
terhadap tipe prosedur dan kebutuhan ini dikenali dan di ukur
e.
Berikan penguatan
positif untuk peningkatan / perbaikan dan partisipasi perawatan diri / program
pengobatan.
R/ mendorong
kelanjutan prilaku sehat
f.
Kaji ulang kemungkinan
untuk bedah rekonstruksi dan atau pemakaian prostetik
R/ bila mungkin,
rekonstruksi memberikan sedikit penampilan tak lengkap, variasi pada lipatan
kulit dapat dilakukan untuk memudahkan proses rekonstruksi selanjutnya.
g.
Yakinkan perasaan/
masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual dan memberikan informasi dan
dukungan
R/ respon
negative yang diarahkan pada –pasien dapat secara actual menyatakan masalah
pasangan tentang rasa sedih pasien ,takut kanker/ kematian
h.
Diskusikan dan rujukan
ke kelompok pendukung ( bila ada ) untuk orang terdekat
R/ memberikan
tempat untuk pertukaran masalah dan perasaan dengan orang lain yang mengalami
pengalaman yang sama dan mengidentifikasi cara orang terdekat dapat memudahkan
penyembuhan pasien
i.
Berikan prosthesis
sementara yang halus bila diindikasikan
R/ prosthesis
nilon dan dakron dapat dipakai pada bra sampai insisi sembuh bila bedah
rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi.ini meningkatkan penerimaan
sosial dan memungkinkan pasien untuk merasa nyaman tentang gambaran tubuh pada
waktu pulang
Dx. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuscular, nyeri/ketidaknyamanan,
pembentukan edema
a.
Tinggikan lengan yang
sakit sesuai indikasi.
R/ meningkatkann
aliran balik vena mengurangi kemungkinan limfedema.
b.
Bantu dalam aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan
R/ menghemat
energy pasien dan mencegah kelelahan
c.
Bantu ambulasi dan
dorong memperbaiki postur
R/ pasien akan
merasa tidak seimbang dan dapat memerlukan bantuan sampai terbiasa terhadap
perubahan
d.
Tingkatkan latihan sesuai
indikasi
R/ mencegah
kekakuan sendi, meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan tonus otot bahu dan
lengan
e.
Diskusikan tipe
latihan yang dilakukan dirumah untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan
sirkulasi pada lengan yang sakit
R/ program
latihan membutuhkan kesinambungan untuk meningkatkan fungsi optimal sisi yang
sakit
Dx. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat,
salah interpretasi/ informasi
a.
Kaji proses penyakit,
prosedur pembedahan dan harapan yang akan dating
R/ memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
b.
Tunjukkan penggunaan
kompres intermitten sesuai kebutuhan
R/ alat bantu
pneumatic kadang-kadang membantu dalam penanganan limfedema dengan meningkatkan
sirkulasi dan aliran balik vena
c.
Anjurkan pijatan
lembut pada insisi yang sembuhdengan minyak
R/ merangsang
sirkulasi meningkatkan elastisitas kulit dan menurunkan ketidaknyamanan
d.
Dorong pemeriksaan
diri teratur pada payudara yang masihn ada
R/
mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan adanya / berulangnya tumor baru
e.
Tekankan pentingnya
evaluasi medic secara teratur
R/ pengobatan
lain mungkin diperlukan sebagai terapi tambahan. Berulangnya keganasan tumor payudara juga dapat
diidentifikasi dan ditangani oleh onkologi
2. Askep pasien dengan Terapi Sinar
3. Askep pasien dengan Sitostatika
0 komentar:
Post a Comment