Sunday, 17 May 2015

SKENARIO KASUS D

            Wanita usia 28 tahun, belum menikah, sudah satu minggu terbaring di ruang perawatan bedah RS PURI ASIH. Diagnosa medis Ca Mammae. Pasien masih bingung menentukan pilihan apakah dilakukan operasi, terapi sinar atau terapi sitostatika ?

I.                   IDENTIFIKASI MASALAH

  • Wanita usia 28 tahun
  • Belum menikah
  • Sudah satu minggu terbaring di ruang perawatan bedah RS PURI ASIH
  • Terdiagnosa medis Ca Mammae

II. ANALISA MASALAH

·         Wanita dengan kasus Ca Mammae
·         Patofisiologi Ca Mammae
·         Komplikasi Ca Mammae
·         Penanganan Ca Mammae
·         Tindakan Mastektomi
·         Terapi Sinar
·         Terapi Sitostatika
·         Perawatan Konservatif
·         Perawatan Aktif
·         Informed Consent
·         Askep (Pre-Post Operasi) Mastektomi
·         Askep pasien dengan Terapi Sinar
·         Askep pasien dengan Sitostatika
·         Diagnosa keperawatan yang muncul
·         Peran perawat sebagai advokat klien



TINJAUAN TEORI

  1. Definisi Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), ca mammae atau kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)

  1. Anatomi Mammae Wanita
Payudara wanita terdiri dari kelenjar yang membuat air susu ibu (lobulus), saluran kecil yang membawa susu dari lobulus ke puting (duktus), lemak dan jaringan ikatnya, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal), beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), dan sebagian kecil bermula di jaringan lain. 

Sistem Getah Bening
Sistem getah bening adalah salah satu cara utama kanker payudara menyebar. Sel-sel kanker payudara dapat memasuki pembuluh limfe dan mulai tumbuh di kelenjar getah bening. Jika sel-sel kanker payudara telah mencapai pembuluh getah bening di ketiak (node axilaris), tandanya adalah terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak. Bila ini terjadi maka kemungkinan besar sel-sel kanker juga masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Hal ini juga dapat mempengaruhi diagnosa dari penanganan kanker payudara.

Benjolan Payudara Bukan Kanker 
Kebanyakan benjolan yang terjadi pada payudara adalah bukan kanker. Namun demikian, beberapa perlu diteliti dibawah mikroskop untuk memastikan mereka bukan kanker.

Perubahan Fibrokistik
Kebanyakan benjolan di payudara ternyata hanyalah perubahan fibrokistik. Istilah fibrokistik mengacu pada fibro dan kista. Fibrosis adalah pembentukan jaringan parut, sedangkan kista adalah kantung berisi cairan. Perubahan fibrokistik dapat menyebabkan payudara bengkak dan nyeri. Seringkali terjadi sebelum periode menstruasi dimulai. Payudara dapat terasa kenyal dan kadang keluar cairan bening/susu dari putting (http://www.cancerhelps.com/kanker-payudara.htm).

  1. Etiologi Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), etiologi kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:
1.      Umur > 30 tahun
2.      Melahirkan anak pertama pada usia >35 tahun
3.      Tidak kawin dan nulipara
4.      Usia menarche < 12 tahun
5.      Usia menopause > 55 tahun
6.      Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara
7.      Terapi hormonal lama
8.      Mempunyai kanker payudara kontralateral
9.      Pernah mengalami operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
10.   Pernah mengalami radiasi di daerah dada
11.  Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak
12.  Kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas

Berikut ini adalah bahan-bahan yang diduga sebagai pemicu kanker (karsinogenik), diantaranya yaitu:
1.      Senyawa kimia, seperti aflatoxsin B1, ethionine, saccarin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2.      Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-X, nuklir, dan radionukleide.
3.      Virus, seperti RNA virus (fam.retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus.
4.      Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5.      Kelemahan genetik sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.

  1. Faktor Resiko Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program-program pencegahan. Hal yang harus selalu di ingat adalah bahwa hampir 60 % wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor-faktor resiko yang teridentifikasi kecuali hanya lingkungan hormonal mereka. Dengan demikian, semua wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara selama masa kehidupan mereka. Namun demikian, mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang terus meningkat dan pengobatan dini. Selain itu, riset lebih jauh tentang faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah atau memodifikasi kanker payudara dimasa mendatang.

Faktor-faktor resiko yang mencakup :
1.      Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
2.      Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Resikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; resiko 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
3.      Menarke dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4.      Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.
5.      Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 30 tahun mempunyai resiko sepergtiganya.
6.      Riwayat penyakit tumor payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel poliferasi mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7.      Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko hamper dua kali lipat.
8.      Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
9.      Kontraseptif oral. Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
10.  Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen meningkat insidens kanker endomentrium, hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.
11.  Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur (mis Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.

Diet tinggi lemak dahulu pernah diduga meningkatkan risiko kanker payudara. Kajian epidemiologi pada wanita berkebangsaan Amerika dan Jepang menunjukan perbedaaan lima kali lipat dalam angka kanker payudara antara dua kelompok, dengan wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi. Wanita Jepang yang bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka kanker payudara yang serupa dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi kelompok terbaru menunjukan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh antara diet tinggi lemak dan kanker payudara. Namun, karena lemak mempunyai dampak dalam kanker kolon dan penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari upaya penyuluhan yang difokuskan pada pengurangan masukan kalori yang berasal dari lemak secara keseluruhan.
Implan payudara dengan silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan kontraksi kapsular fibrosis dang gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa implant payudara berkaitan dengan peningkatan resiko kanker payudara.

  1. Manifestasi Klinis Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), manifestasi klinis dari ca mammae antara lain yaitu pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan/massa di payudara, ada rasa sakit, keluar cairan yang abnormal dari puting susu, timbul kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d'orange) pada payudara, pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), manifestasi klinis dari ca mammae antara lain kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya, lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi, dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun, nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.
Dengan meningkatnya penggunaan mammografi, lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita-wanita ini bisa saja tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Sayangnya, banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang di rasakan. Sebagai contoh, mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling atau peau d’orange pada kulit payudaranya yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal. Retraksi puting susu dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis ke kulit dapat dimanisfestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda-tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun, indeks kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus di lakukan.

  1. Pentahapan Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), pentahapan mencakup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan pada keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat membantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan terbaik yang ada, memberikan prognosis, dan membandingkan hasil dari program pengobatan alternatif. Beberapa pemeriksaan darah, dan prosedur diagnostik dilakukan dalam petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan prosedur ini mencakup rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar. Pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.
Menurut Arif Mansjoer (2000), klasifikasi TNM kanker payudara (AJJC, 1992), yaitu:
Tumor primer (T)
Tx        : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0        : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis        :
Ø  Kanker in situ
Ø  Kanker intraduktal atau lobular in situ
Ø  Penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor
T1        : Tumor < 2 cm
Ø  T1a : Tumor < 0,5 cm
Ø  T1b : Tumor 0,5 - 1 cm
Ø  T1c : Tumor 1 - 2 cm
T2        : Tumor 2 - 5 cm
T3        : Tumor >5 cm
T4        : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot seratus anterior. Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a      : Melekat pada dinding dada
T4b      : Edema, peau d’orange (keriput seperti kulit jeruk), ulserasi kulit, nodul satelit pada daerah yang sama
T4c      : T4a dan T4b
T4d      : Karsinoma inflamatoir = Mastitis karsinomatosis
Nodus Limfe Regional (N)
 Nx       : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0       : Tidak teraba kelenjar aksila
N1       : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
N2       : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Metastasis Jauh (M)
Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh, termasuk kelenjar supraklavikula

Stadium Kanker Payudara
Menurut Smeltzer & Bare (2001), stadium kanker payudara antara lain yaitu:
Tahap 0
Tis
N0
M0
Tahap I
T1
N0
M0
Tahap IIA
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
Tahap IIB
T2
N1
M0
T3
N1
M0
Tahap IIIA
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
Tahap IIIB
T4
Sembarang N
M0
Sembarang T
N3
M0
Tahap IV
Sembarang T
Sembarang N
M1
Menurut Arif Mansjoer (2000), stadium kanker payudara antara lain yaitu:
Stadium I
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm dan tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.
Stadium II
Tumor yang berdiameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor yang diameter 2 - 5 cm dengan/tanpa metastasis aksila.
Stadium IIIa
Tumor dengan diameter > 5 cm, tapi masih bebas jaringan sekitarnya dengan/tanpametastasis aksila yang masih bebas satu sama lain; atau tumor dengan metastasis yang melekat.
Stadium IIIb
Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
Stadium IV : Tumor yang mengadakan metastasis jauh.

  1. Tipe Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), selain kriteria pentahapan, gambaran patologi lainnya dan tes prognostik digunakan untuk mengindentifikasi kelompok pasien yang berbeda yang mungkin diuntungkan oleh pengobatan ajufan. Pemeriksaan histologis sel-sel kanker membantu menentukan prognosis dan mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana penyakit berkembang.
Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.
Karsinoma labular menginfiltrasi jarang terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, dengan demikian, dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua payudara. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
Karsinoma medular menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosisnya sering kali lebih baik.
Kanker mesinus menempati sekitar 3% dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat; sehingga, kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya.
Kanker duktal-tubular jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari kanker. Karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim, maka progrosisnya sangat baik.
Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara secata abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis lebih cepat di banding pasien wanita lainnya dengan masa kecil pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya; preparat kemoterapi berperan penting dalam pengendalian kemajuan penyakit ini. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan unttuk mengontrol penyebaran.
Penyakit Paget payudara adalah tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala yang sering timbul adalah rasa terbakar dan gatal pada ayudara. Tumornya itu sendiridapat duktal atau invasif. Massa tumor sering tidak dapat diraba di bawah puting tempat dimana penyakit ini timbul. Mammografi mungkin merupakan satu-satunya pemeriksaan diagnostik yang mendeteksi tumor.
Karsinoma Payudara In Situ lebih sering dideteksi dengan meluasnya penggunaan skrining mammografi. Penyakit ini ditandai oleh proliferasi sel-sel malignan di dalam duktus dan lobulus, tanpa invasi ke dalam jaringan sekitarnya. Terdapat dua tipe karsinoma in situ: duktal dan lobular.
Karsinoma Duktal In Situ (DCIS) secara histologi dibagi menjadi dua subtipe mayor: komedo dan non komedo. Karena banyaknya pentanyaan tentang apakah DCIS dapat berkembang menjadi kanker invasif, pengobatan yang paling umum adalah mastektomi dengan angka kesembuhan 98% atau 99%. Namun, terapi konservatif payudara (membatasi pembedahan atau terapi radiasi) adalah pilihan yang masuk akal yang mungkin dipertimbangkan untuk lesi setempat.
Karsinoma Lobular In Situ (DCIS) ditandai dengan proliferasi sel-sel di dalam lobulus payudara. LCIS biasanya merupakann temuan insidental, yang umumnya terletak dalam area multisenter penyakit, dan jarang berhubungan dengan kanker invasif. Penyakit ini terjadi lebih sering pada wanita yang berusia lebih muda dan mungkin dianggap pertanda pramalignan (ketimbang malignan) untuk terjadinya kanker payudara.

  1. Patofisiologi Ca Mammae
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jaringan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA) pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy atau adrenalectomy)(Smeltzer & Bare, 2001).
Berikut ini adalah fase terjadinya kanker, antara lain yaitu:
1.      Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
2.      Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
3.      Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

  1. Komplikasi Ca Mammae
Komplikasi ca mammae menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah terjadinya metastasis jauh yang dapat mengenai sembarang organ melalui saluran limfe (limfogen), tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%).

  1. Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae
Menurut Arif Mansjoer (2000), pemeriksaan penunjang kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara, mammografi, dan aspirasi jarum halus (FNAB)  untuk menunjang diagnosis. Untuk menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone survey, USG abdomen/hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yamg dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur arsitektur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas). Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.

  1. Diagnosis Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), teknik untuk menentukan diagnosis dan jaringan dari kanker payudara mencakup aspirasi jarum halus, biopsi eksisi (atau terbuka), biopsi inti, dan lokalisasi jarum.
Menurut Arif Mansjoer (2000), diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi yang dilakukan dengan:
1.      Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya bila tumor < 5 cm.
2.      Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dam sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 5 cm.

  1. Prognosis Ca Mammae
Menurut Smeltzer & Bare (2001), beberapa gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya. Karsinoma payudara bukan semata-mata keadaan patologis yang terjadi hanya dalam semalam. Karsinoma ini bermula dengan perubahan genetik dalam satu sel. Membutuhkan waktu hampir 16 kali penggandaan untuk karsinoma menjadi 1 cm atau lebih besar, dimana pada waktu tersebut karsinoma telah tampak secara klinis. Dengan menganggap bahwa membutuhkan 30 hari untuk setiap waktu penggandaan, maka akan dibutuhkan minimum 2 tahun untuk karsinoma agar dapat teraba. Jika waktu penggandaan adalah 210 hari, maka akan dibutuhkan waktu sampai 17 tahun sebelum karsinoma tersebut dapat teraba.
Pada diagnosis, hampir 45% dari pasien membuktikan adanya penyebaran regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran regional adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada penyebaran regional dari penyakit. Sebagai contoh, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan adalah lebih dari 90% jika tumor tetap terdapat  dalam payudara. Namun, bila kanker telah menyebar sampai pada nodus regional, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan turun di bawah 60%. Tempat lain penyebaran limfatik mencakup nodus mamaria internal dan supraklavikular. Metastasis jauh dapat mengenai sembarang organ, tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%).
Selain ukuran tumor, nodus limfe yang terkena, bukti-bukti metastasis, dan tipe histologis, pengukuran lainnya membantu dalam menentukan prognosis. Adanya reseptor protein estrogen dan progesteron menandakan retensi kontrol pengatur epitelium mamaria. Kedua reseptor protein berkaitan dengan membaiknya prognosis; hilangnya kedua resptor ini berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk. Demikian juga, tumor dengan tingkat diferensiasi yang tinggi berhubungan dengan prognosis yang lebih baik dibanding dengan tumor anaplastik, yang berdiferensiasi dengan buruk. Pengkajian laju proliferatif tumor (fraksi bentuk-S) dan isi DNA (ploidi) dengan uji laboratorium membantu untuk menentukan prognosis. Tumor yang klasifikasikan sebagai diploid (isi DNA normal) berhubungan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan tumor yang klasifikasikan sebagai aneuploid (isi DNA abnormal).

  1. Penatalaksanaan Medis Ca Mammae
Batasan stadium yang masih operabel atau kurabel adalah stadium III a. Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif.
Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu :
1.                Stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi adjuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi kompleks yang harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regional. Pada T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal di daerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan rediasi pada rantai KGB regional.
Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan tehnik breast conserving therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja (tumorectomi), ditambah diseksi axila dan radiasi kuratif ( ukuran tumor < 3 cm) dengan syarat tertentu. Metode ini dilakukan dengan eksisi baji, resksi sekmental, reseksi parsial, kuadaranectomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB axila secara total. Syarat tehnik ini adalah
·         Tumor primer tidak lebih 2 cm
·         N1b < 2cm
·         Belum ada metastasis jauh
·         Tidak ada tumor primer lainnya
·         Payudara kontraleteral bebas kanker
·         Payudara bersangkutan belm pernah mendapat pengobatan selanjutnya ( kecuali tumpectomi)
·         Tidak dilakuka pada payudara yang kecil karena hasik kosmetiknya tidak terlalu menonjol
·         Tumoor primer tidak terlokasi dibelakang puting susu
2.      Pada stadium IIIa dikaukan mastectomi radikal ditamba kemoterapi radikal, atau mastectomi kompleks ditambah radio terapi pada tumor bed dan KGB ragional.
Pada stadiumyang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan:
·         Pertahankan kualitas hidup pasien agar tetap bakatau tinggi dengan anggapan bahwa kematian adalah proses yang normal.
·         Tidak mempercepat atau menunda kematian
·         Menghilangkan rasa nyeri atau keluhan yang lain yang mengganggu.
Perawatan paliatifpun dilakukan berdasarkan stadium yaitu:
1.      Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada, tunggu. bila rilaps, tambahkandengan pengobatan hormonal dankemoterapi. Namun, bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal sebagai berikut:
a.       Pada pasien premenopouse dilaukan ooferectomi bilateral.
b.      Pada pasien 1-5 tahun menopouse periksa epekekstrogen. Bila positif, lakukan seperti (a). Bila negatif, lakukan seperti (c). Observasi selama 6-8 minggu. Bila respon baik, teruskan terapi, tetapi bila respon negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus selama 6 minggu.
c.       Pada pasien pasca menopouse lakukan terapi hormonal inhibitif atau aditif
2.      Pada stadium IV
a.       Pada pasien premenopouse lakukan ooforectomi bilateral. Bila respon positif, berikan aminoklutetimid atau tamofen. Bila relaps atau respon negatif berika kemoterapi CMF atau CAF
b.      Pada pasien sudah 1-5 tahun menopouse, periksa efek ekstrogen. Efek ekstrogen dapat diperiksa dengan ekstrogen atau progesteron reseptor (ER/PR). Bila positif, lakukan seperti (a). Bila negatif, lakukan seperti (c).
c.       Pada pasien pasca menopouse berikan obat- obat hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron, atau kortikosteroid.
 Keterangan C= cyclophosphamide, M= methotrexate, F= 5-fluourasil.
1.       

  1. Pencegahan Ca Mammae
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara ini.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
1.      Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
2.      Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun.
3.      Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Banyak faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Secara umum pencegahan payudara yang sering dilakukan oleh masyarakat, terdiri dari:
1.      Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama.
2.      Hindari banyak merokok dan mengonsumsi alkohol.
3.      Lakukan pemeriksaan payudara sendiri, setiap bulan.
4.      Hindari terlalu banyak terkena sinar-X atau jenis-jenis radiasi lainnya.
5.      Jaga kesehatan dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Sebaiknya sering mengkonsumsi kedelai serta produk olahannya, seperti tahu, tempe, dan susu kacang kedelai, sebab kedelai mengandung phyto estrogen, yaitu genistein, yang bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya kanker payudara.
6.      Lakukan olah raga secara teratur.
7.      Hindari terlampau banyak makan-makanan berlemak tinggi.
8.      Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi.
9.      Makanlah lalap kunir putih (temu mangga) lebih kurang dua ruas jari setiap hari.

  1. ASKEP CA MAMMAE
1.      Askep (Pre-Post Operasi) Mastektomi
Perawatan Perioperatif Mastektomi
Pengkajian
Riwayat kesehatan mencakup suatu pengkajian tentang reaksi pasien terhadap diagnosis dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut. Pertanyaan yang berhubungan mencakup yang berikut :
a.       Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosis ?
b.      Mekanisme koping apa yang pasien temukan paling membantu ?
c.       Dukungan psikologis atau emosional apa yang pasien gunakan ?
d.      Apakah ada pasangan, anggota keluarga atau teman untuk membantunya dalam membuat pilihan pengobatan ?
e.       Bagian informasi mana yang paling penting yang pasien butuhkan ?
f.       Apakah pasien mengalami ketidaknyamanan ?

PRA-OPERASI
Diagnosa keperawatan pra operasi
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah sebagai berikut :
Anxietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman konsep diri, perubahan gambaran diri, perubahan status kesehatan ditandai dengan :
a.       Peningkatan ketegangan, ketakutan, perasaan tidak berdaya
b.      Penurunan keyakinan diri
c.       Focus pada diri sendiri, gelisah, rangsangan simpatis
d.      Mengekspresikan masalah sehubungan dengan perubahan hidup potensial/ actual
Rencana tindakan/intervensi keperawatan
a.       Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi pembedahan, dan terapi yang akan datang. Perhatikan adanya penolakan atau ansietas ekstrem.
R/ memberikan dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan informasi dan membantu untuk mengidentifikasi pasien dengan ansietas tinggi , dan kebutuhan perhatian khusus.
b.      Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostic
R/ pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan perasaan control dan    mengurangi ansietas.
c.       Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan, dan penerimaan juga privasi untuk pasien/ orang terdekat.anjurkan bahwa orang terdekat ada kapanpun diinginkan.
R/ waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain.
d.      Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut. Beritahu pasien bahwa stress sehubungan dengan kanker payudara dapat menetap selama beberapa bulan dan perlu mencari bantuan/ dukungan
R/ memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi
e.       Kaji tersedianya dukungan pada pasien. Berikan informasi tentang sumber komunitas bila ada. Dorong/ berikan kunjungan seorang wanita yang telah sembuh dari mastektomi
R/ menjadi sumber yang membantu bila pasien siap. Kelompok sebaya yang mengalami pengalaman serupa bertindak sebagai model peran dan memberikan keyakinan terhadap pernyataan, harapan untuk sembuh/ masa depan normal
f.       Diskusikan/ jelaskan peran rehabilitasi setalah pembedahan
R/ rehabilitasi adalah komponen terapi penting untuk memenuhi kebutuhan fisik, sosial, emosional, dan vokasional sehingga pasien dapat mencapai tingkat fisik dan fungsi emosi sebaik mungkin.

PASCA OPERASI
Diagnosa keperawatan pasca operasi
a.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit/jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, drainase, perubahan pada elastisitas kulit, sensasi, dekstrusi jaringan (radiasi) ditandai dengan adanya :
1)      Kerusakan permukaan kulit
2)      kerusakan lapisan kulit/ jaringan subkutan
b.    Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan,  interupsi saraf, diseksi otot. Ditandai dengan :
1)      Keluhan kekakuan
2)      Kebas pada area dada
3)      Nyeri bahu/ lengan
4)      Perubahan tonus otot
5)      Focus pada diri sendiri
6)      Distraksi/ melindungi bagian yang nyeri
c.    Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan biofisikal : prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial, masalah tentang ketertarikan seksual ditandai dengan :
1)      Perubahan actual pada struktur/ kontur tubuh
2)      Menyatakan ketakutan penolakan oleh orang lain
3)      Perubahan dalam lingkungan sosial
4)      Perasaan negative terhadap tubuh
5)      Selalu memikirkan tentang perubahan atau kehilangan
6)      Tidak mau melihat tubuh
7)      Tidak berpartisipasi dalam terapi
d.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular,  nyeri/ketidaknyamanan, pembentukan edema ditandai dengan :
1)      Menolak untuk bergerak
2)      Membatasi rentang gerak
3)      Penurunan massa otot / kekuatan
e.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi/ informasi ditandai dengan :
1)      Pertanyaan/ permintaan informasi
2)      Pernyataan salah konsepsi
3)      Tidak akurat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah

Tindakan/intervensi keperawatan
Dx. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit/jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, drainase, perubahan pada elastisitas kulit, sensasi, dekstrusi jaringan (radiasi)
a.       Kaji balutan /luka untuk karakteristik drainase. Awasi jumlah edema , kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan
R/ penggunaan balutan tergantung luasnya pembedahan dan tipe penutupan luka.drainase terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak pembuluh darah dan limpatik pada area tersebut. Pengenalan dini adanya infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat
b.      Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal
R/ membantu drainase cairan dengan gravitasi
c.       Jangan melakukan pengukuran tekanan darah, menginjeksikan obat atau memasukkan IV pada lengan yang sakit
R/ meningkatkan potensial kontriksi, infeksi dan limfedema pada sisi yang sakit
d.      Inspeksi donor/ sisi tandur ( bila dilakukan ) terhadap warna. pembentukan lepuh. Perhatikan drainase dari sisi donor
R/ warna dipengaruhi adanya suplai sirkulasi .pembentukan lepuh memberikan tempat pertumbuhan bakteri/ infeksi
e.       Kosongkan drain luka secara periodic.cata jumlah dan karakteristik drainase
R/ akumulasi cairan drainase meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kerentanan terhadap infeksi
f.       Dorong untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat .beritahu pasien untuk tidak menggunakan jam tangan atau perhiasan lain pada tangan yang sakit
R/ menurunkan tekanan pada jaringan yang terkena ,yang dapat memperbaiki sirkulasi/ penyembuhan

Dx. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan,  interupsi saraf, diseksi otot.
a.       Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk verbal dan non- verbal
R/ membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk/ keefektifan analgesic. Jumlah jaringan, otot, dan system limfatik diangkat dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami
b.      Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
R/ memberikan keyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangannya dapat dilakukan
c.       Bantu pasien menemukan posisi nyaman
R/ peninggian lengan, ukuran baju dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks dan istirahat secara efektif
d.      Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik. Dorong ambulasi dini dan penggunaan tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik
R/ meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian, dapat meningkatkan kemampuan koping
e.       Tekan/ sokong dada saat latihan batuk/ napas dalam
R/ memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyamanan
f.       Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal yang teratur sebelum nyeri berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan
R/ mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk latihan lengan dan untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai upaya tersebut

Dx. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan biofisikal : prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial, masalah tentang ketertarikan seksual
a.       Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang.berikan dukungan emosional bila balutan bedah diangkat
R/ kehilangan payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasien terhadap perubahan tubuh
b.      Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karir, dsb
R/ dapat menyatakan bagaimana pandangan diri pasien telah berubah
c.       Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan missal; marah, bermusuhan dan berduka.
R/ kehilangan bagian tubuh, hilangnya bagian tubuh, dan menerima kehilangan hasrat seksual menambah proses kehilangan yang membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
d.      Diskusikan tanda/ gejala depresi dengan pasien/ orang terdekat
R/ reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan ini dikenali dan di ukur
e.       Berikan penguatan positif untuk peningkatan / perbaikan dan partisipasi perawatan diri / program pengobatan.
R/ mendorong kelanjutan prilaku sehat
f.       Kaji ulang kemungkinan untuk bedah rekonstruksi dan atau pemakaian prostetik
R/ bila mungkin, rekonstruksi memberikan sedikit penampilan tak lengkap, variasi pada lipatan kulit dapat dilakukan untuk memudahkan proses rekonstruksi selanjutnya.
g.      Yakinkan perasaan/ masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual dan memberikan informasi dan dukungan
R/ respon negative yang diarahkan pada –pasien dapat secara actual menyatakan masalah pasangan tentang rasa sedih pasien ,takut kanker/ kematian
h.      Diskusikan dan rujukan ke kelompok pendukung ( bila ada ) untuk orang terdekat
R/ memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan perasaan dengan orang lain yang mengalami pengalaman yang sama dan mengidentifikasi cara orang terdekat dapat memudahkan penyembuhan pasien
i.        Berikan prosthesis sementara yang halus bila diindikasikan
R/ prosthesis nilon dan dakron dapat dipakai pada bra sampai insisi sembuh bila bedah rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi.ini meningkatkan penerimaan sosial dan memungkinkan pasien untuk merasa nyaman tentang gambaran tubuh pada waktu pulang

Dx. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular,  nyeri/ketidaknyamanan, pembentukan edema
a.       Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi.
R/ meningkatkann aliran balik vena mengurangi kemungkinan limfedema.
b.      Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R/ menghemat energy pasien dan mencegah kelelahan
c.       Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur
R/ pasien akan merasa tidak seimbang dan dapat memerlukan bantuan sampai terbiasa terhadap perubahan
d.      Tingkatkan latihan sesuai indikasi
R/ mencegah kekakuan sendi, meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan tonus otot bahu dan lengan
e.       Diskusikan tipe latihan yang dilakukan dirumah untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan sirkulasi pada lengan yang sakit
R/ program latihan membutuhkan kesinambungan untuk meningkatkan fungsi optimal sisi yang sakit

Dx.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi/ informasi
a.       Kaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan dating
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
b.      Tunjukkan penggunaan kompres intermitten sesuai kebutuhan
R/ alat bantu pneumatic kadang-kadang membantu dalam penanganan limfedema dengan meningkatkan sirkulasi dan aliran balik vena
c.       Anjurkan pijatan lembut pada insisi yang sembuhdengan minyak
R/ merangsang sirkulasi meningkatkan elastisitas kulit dan menurunkan ketidaknyamanan
d.      Dorong pemeriksaan diri teratur pada payudara yang masihn ada
R/ mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan adanya / berulangnya tumor baru
e.       Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur
R/ pengobatan lain mungkin diperlukan sebagai terapi tambahan. Berulangnya keganasan tumor payudara juga dapat diidentifikasi dan ditangani oleh onkologi


2.      Askep pasien dengan Terapi Sinar
3.      Askep pasien dengan Sitostatika


0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget