KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat dan Konsep-Konsep Kesehatan
Mental”
Kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini
kami dapat menambah wawasan para pembaca baik dalam pengembangan ilmu maupun
penyerapan informasi. Jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini, kami
mohon kritik dan sarannya. Atas pehatiannya kami ucapakan terima kasih.
Om
Santhi, Santhi, Santhi, Om
Singaraja,
21 Maret 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………… iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………… 1
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………………………. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kesehatan Mental ……………………………………………………………… 3
2.2 Ciri-ciri
Kesehatan Mental ………………………………………………………………… 4
2.3 Gangguan
Kesehatan Mental ……………………………………………………………… 4
2.4 Agama dan
Kesehatan Mental …………………………………………………………….. 9
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………… 12
3.2
Saran……………………………………………………………………………………….. 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka dituntut untuk bekerja dan berusaha agar keinginan dari dirinya
dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut manusia memerlukan
jasmani yang sehat. Karena apabila jasmani atau tubuh terganggu maka semua
aktivitas individu tersebutpu terganggu. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan berupa
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya
terbebas dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mental dan jasmani
individu tersebut sehat tentunya akan sedikit kemungkinan terjadinya gangguan
untuk meelakukan aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut sehat
maka individu tersebut dapa terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit
jiwa, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dan dapat memanfaatkan segala potensi
dan bakat yang dimiliki. Dengan keadaan mental yang sehat maka individu
tersebut dapat bekembang secara optimal. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling perlu mempelajari kesehatan mental agar
nanti saat menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar
dapat segera diatasi sehingga individu tersebut tidak kea rah patologi (sakit
mental). Maka dari itu kami menyusun makalah yang membahas tentang kesehatan
mental.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian kesehatan mental?
2. Bagaimana
ciri-ciri kesehatan mental?
3. Bagaimana
gangguan kesehatan mental?
4. Apa
hubungan agama dan kesehatan mental?
1.3 Tujuan
Tujuan
umum : Mahasiswa mengetahui pengertian
kesehatan mental, ciri-ciri kesehatan mental, gangguan kesehatan mental, agama
dan kesehatan mental.
Tujuan
khusus : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian kesehatan mental dari pendapat beberapa ahli.
2. Mahasiswa dapat
menyebutkan dan menjelaskan ciri-ciri kesehatan mental.
3. Mahasiswa dapat
menjelaskan gangguan kesehatan mental.
4. Mahasiswa dapat
menjelaskan agama dan kesehatan mental.
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa, karena kesehatan mental sangat penting untuk dipelajari, karena
setiap orang bisa saja mengalami gangguan kesehatan mental. Terutama sangat
bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling, mengingat tugas seorang
konselor yang melayani semua individu yang tentunya memiliki permasalahan yang
berbeda-beda. Dengan mempelajari makalah mengenai kesehatan mental ini
setidaknya kita dapat mengetahui peserta didik yang mengalami gangguan
kesehatan mental sehingga kita dapat mencegah agar tidak ke arah patologi
(sakit mental)
2. Bagi Penulis
Bagi penulis lain dengan adanya makalah
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk menulis makalah/ karya tulis
yang lebi inovatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan
mental alih bahasa dari Mental Hygiene
atau mental Health. Definisi-definisi
yang diajukan para ahli diwarnai oleh
keahlian masing-masing. Menurut World Health Organization dalam Winkel (1991) disebutkan : Sehat adalah suatu
keadaan berupa kesejahteraan fisik,mental dan social secara penuh dan bukan
semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Dedinisi
ini memberikan gambaran yang luas dalam keadaan sehat,mencangkup berbagai aspek
sehingga diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup. dapat memanfaatkan
segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada
kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
Menurut
pengertian para ahli:
1. Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi
Agama” bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa
berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan
ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara
resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
2. Menurut paham ilmu
kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan individu tersebut.
3. Zakiah Darodjat, terhindarnya seseorang
dari gejala-gejala ganggun dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa
kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
4. Allport, manusia sehat adalah manusia yang mencapai kematangan.
5. Maslow, manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan
dirinya dan mencapai kebahagiaan.
Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis
dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu
melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai
yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang
sehat baik secara mental maupun secara sosial. Sikap hidup individu
yang sehat dan normal adalah sikap yang sesuai dengan norma dan pola hidup
kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang
memuaskan.
2.2 Ciri ciri
Kesehatan Mental
Ciri-ciri kesehatan mental
dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1. Memiliki sikap batin (Attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
1. Memiliki sikap batin (Attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
2.
Aktualisasi
diri ( kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia
bisa.)
3.
Mampu
mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada
4.
Mampu
berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri)
5.
Memiliki
persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6.
Mampu
menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).
7.
Memiliki
persepsi yang akurat terhadap realita,termasuk melihat realita sebagaimana
adanya.
8.
Tidak
menyangakal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa kini.
9.
Memiliki
penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam mengasihi
orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang lain.
2.3
Gangguan Kesehatan Mental
Bagi penderita gangguan
mental / psychoneurosis, masih menghayati realitas , masih hidup dalam alam
pada umumnya. ia masih merasakan kesukaran-kesukaran sebenarnya ia tidak dapat
atau kurang dapat mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan serta belum
kuat atau tidak kuat kata hatinya. Itulah sebenarnya ia mencari jalan keluar
untuk melarikan diri dari kekecewaan atau penderitaan menjadi Psychoneorosis,
dijelaskan beberapa macam gangguan mental, yaitu :
1. Histeria
Sebenarnya
tidak ada dasar fisik/organis, tetapi si penderita betul – betul merasa sakit
kadang – kadang dapat berupa kelumpuhan. Seperti gangguan mental lainnya,
perasaan tertekan, gelisah, cemas dan sebagainya. Gejala – gejala tersebut
dapat terlihat seperti gejala fisik atau
gejala mental. Gejala – gejala yang berhubungan dengan fisik antara lain :
a.
Lumpuh
Histeria
Lumpuh pada salah satu anggota
badan, biasanya terjadi secara tiba – tiba dan sebelumnya tidak terasa apa pun.
b.
Kram
Histeria
Penyakit ini terjadi karena rasa
bosan menghadapi pekerjaan dan mengalami perasaan yang tertekan. Karena
mengalami tekanan bathin karena karyana di cela dan mengalami kram histeria
apabila sedang menjalankan tugasnya, dan apabila mengerjakan hal – hal yang
tidak berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya mereka menjadi sembuh atau tidak
merasakan kram histeria.
c.
Kejang
histeria
Penyakit yang datangnya secara tiba
– tiba, kejang atau kaku diseluruh tubuh dan tidak sadar kadang – kadang sangat
berat dan disertai teriakan – teriakan dan keluhan tetapi tidak mengeluarkan
air mata. Kejadian ini biasanya terjadi pada siang hari, hanya beberapa menit,
dapat juga beberapa hari lamanya. Penyakit ini terjadi biasanya setelah
mengalami perasaan yang tersinggung, sehingga ia merasa tertekan, sedih dan
menyesal.
d.
Mutism
Kesanggupan berbicara hilang, ada
dua macam yaitu : 1) tidak dapat berbicara dengan suara keras, 2) tidak dapat
berbicara sama sekali. Biasanya terjadi karena tekanan perasaan, putus asa,
cemas, merasa hina dan sebagainya. Sedangkan alat – alat bicara biasanya tidak
mengalami cedera apapun atau normal.
2. Psikosomatisme
Psikosomatis berasal dari
dua kata yaitu ” psycho” yang artinya pikiran dan “soma” yang artinya tubuh.
Psikosomatis dalam dunia medis yaitu merupakan suatu penyakit yang mula-mula
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan (psikologis), kemudian berjalannya waktu
sehingga menjadi penyakit fisik. Konflik
psikis merupakan sebab bermacam macam penyakit fisik. Penyakit fisik yang telah
ada semakin parah. Bentuk pola Simtom psikosomatisme klasik diantaranya,
sebagai berikut
a.
Tukak
lambung, adanya luka pada lambung
Emosi
yang negatif dapat merangsang produksi dan lambung secara berlebihan, lambung
mengadakan pencernaan pada dirinya sehingga timbul luka pada dinding lambung.
b.
Anorexia
nervosa, adanya gangguan makan
Enggan
makan atau bila makan terus muntah, sehingga kurus kering. Penderita biasanya
memiliki pandangan dirinya terlalu gemuk sehingga melakukan diet sehingga
menantara galami konflik batin.
Gejala
yang berhubungaan dengan mental , antara lain :
a.
Amnesia
, hilang ingatan
Suatu keadaan yang tiba-tiba
menimpa orang-orang menjadi hilang
ingatan atau lupa terhadap kejadian-kejadian tertentu,atau terhadap segala
sesuatu bahkan namanya sendiri.Amnesia juga disebut kondisi terganggunya daya
ingat. Penyebabnya berupa organic dan
fungsional. Penyebab organic dapat berupa kerusakan otak, akbat terauma atau
penyakit. Penyebab fungsional adalah seperti, mekanisme pertahanan ego.
b.
Fugrue
,berkelana secara tidak sadar
Fugue adalah bentuk gangguan mental
disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan rumah karena
amnesia. Seseorang yang mengalami fugue itu pergi mengelana tanpa tujuan, dan
tidak tau mengap ia pergi. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami
stress atau konflik yang berat,misalnya pertengkaran rumah tangga, mengalami
penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan, perang atau bencana alam .
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.
c.
Kepribadian
Ganda
Penderita mempunyai dua atau lebih
kepribadian. Masing-masing memiliki proses perasaan dan pikiran yang cukup
stabil, sedang perbedaannya biasanya mencolok. Misalnya kepribadian yang satu
dan yang lainmungkin hanya beberapa menit atau beberapa mtahun. Disebabkan
adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan, terjadi konflik. Selama
penderita mengalami, satu kepribadian tak teringan tentang kejadian pada kepribadian
yang lain meskipun hanya beberapa menit. kepribadian ganda dapat
didefinisikan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan
menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing
memiliki nama dan karakter yang berbeda.
Mereka yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.
Mereka yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.
d.
Kepribadian
Sosiopatik
Penderita mengalami keterlambatan
perkembangan moral, tidak mampu mencontoh perbuatan yang diterima masyarakat,
kurang mampu bermasyarakat cenderung antisosial, termasuk psikopat. Biasanya
memiliki ciri cerdas, spontan dan mengesankan, emosinya relatif sulit
dibangkitkan, sehingga kurang memiliki rasa takut dan senang mencari tantangan,
tapi cara yang ditempuh kurang tepat, hal ini sebagai penyebab bawaan. Penyebab
lain pada waktu kecil mengalami keterlambatan kehidupan emosinya, perlakuan
yang tidak konsisten. Misalnya latar belakang keluarga yang retak. Dari segi sosio
cultural sebagai akses dari suasana materialistik, hedonistik, dan kompetitif
dari masyarakat modern.
e.
Depersonalisasi
Penderita mengalami kehilangan rasa
diri , terjadi secara tiba-tiba dan menjadi orang lain, orang yang berbeda
dengan dirinya, merasa terlepas dari tubuhnya. Hal ini terjadi karena mengalami
stres berat akibat situasi tertentu atau kejadian tertentu. Misalnya
kecelakaan, penyakit atau peristiwa-peristiwa traumatik.
f.
Somnabulisme,
melakukan sesuatu dalam keadaan tidur
Somnabulisme adalah mimpi yang
hidup, dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur, sejumlah gerakan diluar
kesadaran dan tidak dapat diingat kembali. Bisa terjadi selama tidur, hal ini
lebih sering terjadi pada anak-anak. Misalnya main piano, menjahit, mengendarai
mobil dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk Somnabulisme itu :
Monodeic, suatu ide dengan bentuk
yang sama.
Polydeic , berbeda-beda dalam waktu
yang berlainan.
Orang atau anak yang mengalami
somnabolism ini, karena dikuasai oleh sejumlah pikiran dan kenangan yang berhubungan
satu sama lain. Meskipun dalam keadaan tidur ia dapat mengingan keadaan
sekitarnya yaitu letak pintu, jendela, meja, kursi dan sebagainya.
3.Psychasthenia
Penderita
psychasthenia merasa tidak senang, selalu diganggu dan dikejar-kejar, mimipi
yang menakutkan, sering mengalami kompulsion (dorongan paksaan) untuk berbuat
sesuatu. Sebenarnya penderita kurang mempunyai kemampuan untuk tetap dalam
keadaan integrasi yang normal, repression (penekanan) terhadap pengalaman yang
telah lalu.
6. Neurasthenia
Penderita
neurasthenia selalu merasa lelah , lesu yang sangat. Sering pla disebut
penyakit payah, meskipun sebenarnya fisiknya tak terdapat penyakit apapun. Ia
sangat sensitif terhadap cahaya, suara. Detik jam kadang-kadang menyebabkan
tidak dapat tidur, kepala pusing, selalu gelisah, merasa mempunyai berbagai
penyakit, dan takut akan mati. Menginginkan belas kasihan dari orang lain.
Sebab-sebab
neurasthenia ini antara lain : Kesusahan dan kekurangan pekerjaan, defence
mekanisme yang salah
7. Tiks
(tics)
Dengan
gerakan-gerakan tics yang bersangkutan merasa lega, enak (vegetatif).
Macam-macam gerakan seperti dipaksakan. Gerakan habitual sekelompok kecil
otot-otot tertentu. Dimana tics itu sendir berarti gerakan otot yang dilakukan
secara tidak sadar, misalnya berkedip-kedip, mengerutkan dahi, menggerakkan
hidung, menggelengkan kepala dan lain-lainnya. Penderita menyadari perbuatannya
tetapi tidak berusaha menahannya. Sebab-sebab tiks antara lain: perasaan tegang
dalam menghadapi sesuatu,pengalaman yang menakutkan, mengalami kelelahan, personalitas
terganggu.
8. Kelainan
seksual
Yang
dimaksud kelainan dalam uraian buku ini bukan karena adanya patologi
fisiologis, melainkan karena kesalahan dalam penyesuaian psikoseksual dan
proses belajar yang keliru terhadap permasalahan seks, terjadi miskonsepsi.
Kelaiana-kelainan
seksual itu antara lain :
1.
Otoerotisme (perangsangan sendiri terhadap alat kelamin)
2.
Homoseksual
atau lesbian (berhubungan itim antar sesama jenis)
3.
Sadisme
(hubungan seks wajar antara pria dan wanita, tapi yang bersangkutan baru
merasakan kepuasan seks kalau dapat menimbulkan kesakitan fisik atau psikis
orang yang dicintai)
4.
Fetishisma
(pemuasan seksual yang ditmbulkan karena melihat atau tersentuh dengan barang
atau benda-benda dari lain jenis misalnya pakaian dalam)
5.
Pedofilia
(orang dewasa yang ingin berhubungan dengan anak, tanpa menghiraukan jenis
kelamin)
6.
Transvetitisme
(pemuasan seksual yang diperoleh dengan berpakaian dan menyamar sebagai jenis
kelamin lain)
7.
Exhibisionisme
(pemuasan seksual yang diperoleh dengan menunjukkan alat kelamin kepada jenis
kelamin lain)
8.
Voyeuresma
( mencapai kepuasan seksual karena mengintip secara sembunyi-sembunyi pasangan
yang sedang berhubungan seks, juga pemuda mengintip wanita yang sedang melepas
pakaian)
9.
Masochisme
(menikmati kepuasan seksual pada waktu mengalami sakit pada diri sendiri)
10. Incest
(hubungan seksual antar anggota keluarga)
11. Perkosaan
(hubungan pria wanita, namun berdasarkan paksaan)
12. Nekrofilia (Menyukai
mayat sebagai objek seks)
13. Zoophilia (Menyalurkan
hasrat seksualnya dengan binatang)
14. Menyukai
benda-benda sebagai objek seks (menikah dengan tembok)
2.4 Agama dan Kesehatan Mental
a.
Manusia dan Agama
Psikologi agama merupakan salah satu bukti
adanya perhatian khusus para ahli pskologi terhadap peran agama dalam kehidupan
dan kejiwaan manusia. Pendapat yang paling ekstrem pun tentang hal itu masih
menunjukkan batapa agama sudah dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi
manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala psikologis. Dalam beberapa
bukunya Sigmun Freud yang dikenal sebagai pengembang psikoanalisis mencoba
mengungkapkan hal itu. Agama menurut Freud tampak pada prilaku manusia sebagai
sebagai simbolisasi dari kebencian terhadap ayah yang direfleksi dalam bentuk
rasa takut kepada Tuhan.
Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia.
Manusia lari kepada agama karena rasa ketidak berdayaan menghadapi bencana.
Dengan demikian, segala bentuk prilaku keagamaan merupakan prilaku manusia yang
timbul dari dorongan agar dirinya terhindar bahaya dan dapat memberikan rasa
aman. Untuk keperluan itu manusia menciptakan Tuhan dalam pemikirannya.
Kegiatan keagamaan menjadi faktor penguat sebagai prilaku yang meredakan ketegangan. Lembaga-lembaga termasuk lembaga keagamaan, bertugas menjaga dan mempertahankan perilaku atau kebiasaan masyarakat. Manusia menanggapi tuntutan yang terkandung dalam lembaga itu dan ikut melestarikan lewat cara mengikuti aturan-aturan yang telah baku.
Kegiatan keagamaan menjadi faktor penguat sebagai prilaku yang meredakan ketegangan. Lembaga-lembaga termasuk lembaga keagamaan, bertugas menjaga dan mempertahankan perilaku atau kebiasaan masyarakat. Manusia menanggapi tuntutan yang terkandung dalam lembaga itu dan ikut melestarikan lewat cara mengikuti aturan-aturan yang telah baku.
Prilaku keagamaan menurut pandangan Behaviorisme
erat kaitannya dengan prinsip reinforcement (reward and punishment). Manusia
berprilaku agama karena didorong oleh rangsangan hukuman dan hadiah. (pahala).
Manusia hanyalah sebuah robot yang bergerak secara mekanis menurut pemberian
hukuman dan hadiah.
b.
Agama dan Kesehatan Mental
Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena
faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan
masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan
rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki batin yang cenderung mendorongnya untuk
tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari intern
manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati
nurani (conscience of man).
Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang
dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tenteram.
Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan
serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapangan psikologi, kedokteran,
psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama.
Beberapa temuan dibidang kedokteran dijumpai
sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan jiwa (psyche) dan badan (soma).
Orang yang merasa takut, langsung kehilangan nafsu makan, atau buang-buang air.
Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perut seseorang terasa menjadi kembung.
Dibidang kedokteran dikenal beberapa macam pengobatan antaralain dengan
menggunakan bahan-bahan kimia tablet, cairan suntik atau obat minum),
electro-therapia (sorot sinar, getaran, arus listrik), (pijat), dan lainnya.
Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional seperti tusuk jarum
(accupunctuur), mandi uap, hingga ke cara pengobatan perdukunan.
Sejak berkembang psikoanalisis yang diperkenalkan
oleh Dr. Breuer dan S. Freud, orang mulai mengenal pengobatan dan hipotheria,
yaitu pengobatan dengan cara hipnotis. Dan kemudian dikenal pula adanya istilah
psikoterapi atau autotherapia (penyembuhan diri sendiri) yang dilakukan tanpa
menggunakan bantuan obat-obatan biasa. Sesuai dengan istilahnya, maka
psikoterapi dan autotherapia digunakan untuk menyembuhkan pasien yang menderita
penyakit ganguan ruhani (jiwa). Usaha yang dilakukan untuk mengobati pasien
yang menderita penyakit seperti itu, dalam kasus-kasus tertentu biasanya
dihubungkan dengan aspek keyakinan masing-masing.
Sejumlah kasus menunjukkan adanya hubungan
antara keyakinan dengan kesehatan jiwa atau mental tampaknya sudah disadari
para ilmuan beberapa abad yang lalu. Misalnya, pernyataan “Carel Gustay Jung”
diantara pasien saya setengah baya, tidak seorang pun yang penyebab penyakit
kejiwaannya tidak dilatarbelakangi oleh aspek agama”.
Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama
dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan
jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap kekuasaan Tuhan.
Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti
rasa bahagia, rasa sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman.
Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi
kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang
dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis. Orang
yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun,
ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia
akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. adapun definisi
kesehatan mental dari para ahli yang dapat disimpulkan sebagai berikut, gangguan Mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal
atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat,
perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Berkaitan
dengan kesehatan mental yang dapat juga terlihat pada perilaku fisik dan
gangguan pada mental, maka dijelaskan beberapa ciri-ciri dari kesehatan mental,
yaitu :
1. Memiliki sikap batin (Attitude) yang
positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi diri ( kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia
bisa.)
3. Mampu mengadakan integrasi dengan
fungsi-fungsi psikis yang ada
4. Mampu berotonom terhadap diri
sendiri (Mandiri)
5. Memiliki persepsi yang obyektif
terhadap realitas yang ada
6. Mampu menselaraskan kondisi
lingkungan dengan diri sendiri.
7. Memiliki persepsi yang akurat
terhadap realita.
8. Tidak menyangakal hal-hal buruk yang
terjadi di masa lalunya dan masa kini.
9. Memiliki penguasaan terhadap
situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam mengasihi orang lain, di
dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang lain.
Dari kesehatan mental maka akan muncul gangguan-gangguan
mental yang mempengaruhi keadaan mental dan sikap fisik, seperti : 1). Histeria
, 2). Psikosomatisme, 3). Psychasthenia, 4). Neurasthenia, 5). Tiks (Tics), 6).
Kelainan Seksual.
Kesehatan mental akan berhubungan dan berkaitan
erat dengan keagamaan yang menjadi cerminan bagi setiap individu, maka untuk
menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya
sulit dilakukan, hal ini karena manusia
ternyata memiliki batin yang cenderung
mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian
dari intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self)
ataupun hati nurani (conscience of man).
Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang
dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tenteram.
Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan
serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapangan psikologi, kedokteran,
psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama.
3.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini penulis berharap seluruh pembaca dapat
memahami dan mengetahui mental yang sehat dan mengetahui ciri-ciri mental yang
sehat dan mengetahui gejala-gejala gangguan mental dengan membaca makalah ini.
Sehingga jika menemui gejala-gejala yang menunjukkan gangguan kesehatan mental
pada diri sendiri maupun pada orang lain dapat mengatasi dan mencegah agar
tidak kea rah patologi atau sakit mental.
DAFTAR PUSTAKA
Siti
Sundari, HS.2005.Kesehatan Mental.
Jakarta: Rineka Cipta.
Wikimedya.2009.
Ciri-Ciri Sehat Mental. Tersedia pada http://wikimedya.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-sehat-mental.html.
Diakses pada Jumat, 16 Maret 2012.
0 komentar:
Post a Comment