Sunday 17 May 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Pasien peminum alkohol, pasca bedah, dan penderita penyakit pernafasan kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini.
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi, klasifikasi pneumonia infeksius atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostik atau terapeutik lebih relevan.
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli terminalis. Bronkopneumonia adalah nama yang diberikan untuk sebuah inflamasi paru-paru yang biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
B.     TUJUAN PENULISAN
  1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak bronkopneumonia.
  1. Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian bronkopneumonia
b.   Mengetahui etiologi/penyebab anak bronkopneumonia
c.       Mengetahui patofisiologi anak bronkopneumonia
d.      Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada anak bronkopneumonia
e.       Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan bronkopneumonia berdasarkan prioritas masalah
f.       Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada anak dengan bronkopneumonia

C.    BATASAN MASALAH
Pada makalah ini masalah kami batasi pada asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2003).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2003).
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:
1.      Peningkatan diameter anteroposterior dada.
2.      Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang belakang).
3.      Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
4.      Penurunan efisiensi otot pernapasan.
5.      Peningkatan rigiditas paru.
6.      Penurunan luas permukaan alveoli.

B.     ETIOLOGI
1.      Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
2.      Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
3.      Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4.      Protozoa : Pneumokistis karinii.
5.      Bahan kimia :
a.       Aspirasi makanan/susu/isi lambung
b.      Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).



C.    KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2003) :
1.      Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a)      Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b)      Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2.      Berdasarkan faktor lingkungan
a.       Pneumonia komunitas
b.      Pneumonia nosokomial
c.       Pneumonia rekurens
d.      Pneumonia aspirasi
e.       Pneumonia pada gangguan imun
f.       Pneumonia hipostatik
3.      Berdasarkan sindrom klinis
a.       Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b.      Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2006) :
Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
1.      Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
2.      Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
3.      Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.


D.    FAKTOR RESIKO
1.      Umur kurang dari 2 bulan
2.      Laki-laki
3.      Gizi kurang
4.      BBLR
5.      Tidak mendapat ASI memadai
6.      Polusi udara
7.      Kepadatan tempat tinggal
8.      Imunisasi yang tidak memadai
9.      Membedung anak berlebihan
10.  Defisiensi vitamin
Faktor resiko meningkatnya kematian karena pneumonia
1.      Umur kurang 2 bulan
2.      Tingkat sosio ekonomi rendah
3.      Kurang gizi
4.      BBLR
5.      Tingkat pendidikan ibu yang rendah
6.      Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
7.      Kepadatan tempat tinggal
8.      Imunisasi yang tidak memadai
9.      Menderita penyakit kronis
10.  Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah

E.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
·         Nyeri pleuritik
·         Nafas dangkal dan mendengkur
·         Takipnea
·         Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
-          Mengecil, kemudian menjadi hilang
-          Krekels, ronki, egofoni
-          Gerakan dada tidak simetris
-          Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
-          Diafoesis
-          Anoreksia
-          Malaise
-          Batuk kental, produktif
-          Gelisah
-          Sianosis
o   Area sirkumoral
o   Dasar kuku kebiruan
o   Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

F.     PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses. 
1.      Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. 
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2.      Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3.      Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4.      Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.



















G.    PATHWAY

Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae

·         Penderita sakit berat yang dirawat di RS
·         Penderita yang mengalami supresi
System pertahanan tubuh
·         Kontaminasi peralatan RS

    Saluran pernafasan atas
 


Kuman berlebih dibronkus                             kuman terbawa                   infeksi pernafasan bawah
disaluran pencernaan
Proses peradangan                                            infeksi saluran           dilatasi pembuluh darah       peningkatan suhu            edema antara kapiler dan alveoli
                                                                           Pencernaan      eksudat plasma masuk alveoli         septikimia                    iritasi PMN eritrosit pecah
Akumulasi secret dibronkus                                                                   gangguan difusi         peningkatan metabolism                                                                                                                edema paru
Bersihan jalan nafas tidak efektif
 
                                                                      Peningkatan flora                dalam plasma           evaporasi meningkat            pengerasan dinding paru
Gangguan pertukaran gas
 
         normal dalam usus                                                                                             penurunan complaince paru
                                  Mucus bronkus                 malabsorbsi                                                                                                                            suplai O2 menurun
                                      Meningkat                          diare                                                                                                                                
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrilit
 
                                  bau mulut tidak                                                                                                                                                                        
                                          sedap                    
                                       anoreksia                                                                                                      hiperventilasi                                                                               hipoksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan
 
                                     intake kurang                                                                                                      dispnea                                                       metabolism anaerob meningkat
                                                                                                                                                reaksi dada/nafas cuping hidung                 akumulasi asam laktat
Gangguan pola nafas
 
                                                                                                                                                                                                                                         
      fatigue
Intoleransi aktivitas
 
 





                                                               






H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
2.      Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000–40.000/mm3 dengan pergeseran LED meninggi.
3.      Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

I.       PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :
1.      Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2.      Simptomatik terhadap batuk.
3.      Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4.      Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
5.      Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit

J.      KOMPLIKASI
1.      Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2.      Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3.      Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4.      Infeksi sitemik 
5.      Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6.      Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

K.    PENGKAJIAN
1.      Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun,  trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2.      Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
3.      Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
4.      Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
5.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
6.      Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
7.      Pemeriksaan persistem.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.



c.       Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d.      Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.       Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.      Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.      Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i.        Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.

L.     DIAGNOSA KEPERAWATAN  YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.
3.      Kekurangan volume cairan b. D kegaga;an mekanisme pengaturan
4.      Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan kelemahan.











M.   RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus
Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam klien dapat:
Ø    mempertahankan kepatenan jalan nafas.
Ø    Mempertahankan ventilasi berkurang
Dg Indikator:
Ø    Tidak ada spasme
Ø    Tidak ada cemas
Ø    Tidak ada suara tambahan
Ø    RR normal
Ø    Mampu bernafas dalam
Ø    Ekspansi dan simetris
Ø    Tidakada retraksi dada
Ø    Mudah bernafas
Ø    Tidak dyspnea
NIC: airway manajement
Aktifitas:
1.Buka jalan nafas
2.Atur posisi yang memungkinkan ventilasi maximum
3.dengarkan suara nafa
4.Monitor dan oksigenasi
5.pantau kelembaban oksigenasi pasien
6.Kaji status pernafasan
7.minta pasien tidur/duduk dengan kepala fleksi, otot bahu rileks dan lutut menekuk
8.Anjurkan paien nafas dalam dan batuk efektif
Berikan terapi sesuai program

Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.(Sesak nafas)
NOC: Status nutrisi, setelah diberikan penjelasan dan perawatan selama 4x 24 jam kebutuhan nutrisi ps terpenuhi dg:
Indikator:
Ø    Pemasukan nutrisi yang adekuat
Ø    Pasien mampu menghabiskan diet yang dihidangkan
Ø    Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Ø    Nilai laboratorim, protein total 8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%, Globulin 1.8-3.6 gr%, HB tidak kurang dari 10 gr %
Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat
 NIC: Eating disorder manajemen
Aktifitas:
1.  Tentukan kebutuhan kalori harian
2.  Ajarkan klien dan keluarga tentang pentingnya nutrient
3.  Monitoring TTV dan nilai  Laboratorium
4.  Monitor intake dan output
5.  Pertahankan kepatenan pemberian nutrisi parenteral
6.  Pertimbangkan nutrisi enteral
7.  Pantau adanya Komplikasi GI
NIC: terapi gizi
Aktifitas:
1.  Monitor masukan makanan/ minuman dan hitung kalori harian secara tepat
2.  Kaloborasi ahli gizi
3.  Pastikan dapat diet TKTP
4.  Berikan perawatan mulut
5.  Pantau hasil labioratoriun protein, albumin, globulin, HB
6.  Jauhkan benda-benda yang tidak enak untuk dipandang seperti urinal, kotak drainase, bebat dan pispot
7.  Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik


Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan atau regulasi
NOC: Hidrasi, keseimbangan cairan adekuat, selama dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam keseimbangan cairan pasien adekuat
Indikator:
Ø    Urine output 30ml/jam
Ø    TTV dalam batas normal
Turgor kulit baik, membran mukosa lembab, urine jernih
Manajemen cairan
o Hitung kebutuhan cairan harian klien
o Pertahankan intake output tercatat secara adekuat
o Monitor status hidrasi
o Monitor nilai laboratorium yang sesuai
o Monitor TTV
o Berikan cairan secara tetap
o Tingkatkan masukan peroral
o Libatkan keluargadalam membantu peningkatan masukan cairan
Monitoring cairan
1. Pantau keadaan urine
2. Monitor nilai lab urine
3. Monitor membran mukosa, turgor, dan tanda haus
4. Monitor cairan per IV line.
Pertahankan pemberian terapi cairan peri infus.


Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan kelemahan.


NOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah diberi motivasi perawatan selama 2x24  jam, ps mampu melakukan mandi dan berpakaian sendiri dg:
Indikator:
Ø  Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit
Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman
NIC: Membantu perawatan diri pasien
Aktifitas:
1.   Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps
2.   Libatkan keluarga dan ps
3.   Berikan bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri

NIC: ADL berpakaian
Aktifitas:
1.   Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama perawatan
2.   Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkau
3.   Bantu berpakaian yg sesuai
4.   Jaga privcy ps
Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS      : 28 April 2013                                                Jam      : 18.47
Tanggal pengkajian     : 29 April 2013                                                Jam      : 11.30

1.      Identitas
a.      Identitas Klien
1)      Nama                                       : An.A
2)      No.RM                                    :5000xx
3)      Jenis kelamin                           : perempuan
4)      Tempat/tanggal lahir               : purwosari, 25 Februari 2012
5)      Alamat                                                : Purwosari
6)      Suku bangsa                            : Jawa/ Indonesia
7)      Agama                                     : Islam
8)      Pendidikan                              : -
9)      Anak                                       :I (pertama)
10)  Diagnosa                                 : bronkopneumonia

b.      Identitas Penanggung Jawab Klien
1)      Nama ayah                              : Tn. S
2)      Nama ibu                                 : Ny. W
3)      Pekerjaan ayah                        :Karyawan
4)      Pekerjaan ibu                           : IRT
5)      Pendidikan ayah                     :SMA
6)      Pendidikan ibu                        :SMP
7)      Alamat                                                : Purwosari

2.      Riwayat Kesehatan               :  
a.       Keluhan utama      : ibu mengatakan anak demam sejak minggu sore, anak batuk dan muntah 1 x.
b.       Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anak panas sejak minggu sore, anak batuk, pilek dan sesak.
c.       Riwayat kesehatan yang lampau   :.ibu mengatakan anak pernah batuk dan pilek tetapi jika sesak anak baru pertama kali dan dirawat di Rumah Sakit pertama kali.

d.      Faktor pencetus kekambuhan       : ibu mengatakan jika kondisi kesehatan anak menurun maka anak cepat demam, batuk dan pilek.
e.       Riwayat kehamilan dan kelahiran :
1)      Prenatal        : ibu mengatakan tidak tahu mengenai perkembangan pada saat kehamilan karena anaknya adalah anak adopsi.
2)      Natal            : ibu mengatakan tidak tahu mengenai perkembangan pada saat kehamilan karena anaknya adalah anak adopsi. Dan pada saat diadopsi anak sudah berusia 2 bulan.
3)      Post Natal    : BB lahir : 2900gr         PB: 47 cm ibu mengatakan tidak ada kelainan pada anak.

f.       Neonatal (Imunisasi)         :                                              
Ø Hepatitis B 1 : tiga kali pada umur 1,2,6 bulan
Ø Hepatitis B 2 : umur 6 bulan
Ø BCG : umur 0 bulan
Ø DPT 1 : umur 1 bulan
Ø DPT  2 : umur 2 bulan
Ø DPT 3 : umur 4 bulan
Ø DPT 4 : umur 6 bulan
Ø Polio 1 : umur 1 bulan
Ø Polio 2 : umur 2 bulan
Ø Polio 3 : umur 4 bulan
Ø Polio 4: umur 6 bulan
Ø Campak 1 : umur 9 bulan

g.      Pertumbuhan dan Perkembangan
1)      Motorik                                              
a)      Mengguling, umur                                     : 7 bulan
b)      Duduk, umur                                             : 8 bulan
c)      Merangkak, umur                                      : 8 bulan
d)     Berdiri, umur                                             : 12 bulan
e)      Berjalan, umur                                           : anak belum bias berjalan
2)      Sosial Kognitif                       
1)      Tersenyum, umur                                     : 2 bulan
2)      Mengucapkan kata pertama, umur          : 10 bulan
3)      Bermain, umur                                         : 5 bulan
4)      Sekolah, umur                                          : anak belum sekolah
h.      Riwayat kecelakaan/cedera                       : anak tidak pernah mempunyai riwayat kecelakaan maupun cedera.
i.        Riwayat alergi                                           : anak tidak memiliki alergi baik terhadap makanan maupun obat-obatan
j.        Riwayat Kesehatan Keluarga                   : dari keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang serius.


3.      Genogram
 









Keterangan:  
 


                    : laki-laki
                    : perempuan
                    : pasien
                     : meninggal
                      : garis perkawinan
                            
                  :garis keturunan
--------            :tinggal serumah dengan pasien






4.      Riwayat Sosial
a.       Pengasuh                                                :  ibu, ayah, kakek, nenek, tante.
b.      Hubungan dengan anggota keluarga     :  baik, anak paling dekat dengan ibu, ibu mengatakan tidak ada masalah dengan hubungan anak dengan anggota keluarga yg lain
c.       Teman sebaya                                         :  baik, selama ini anak tidak ada maslah dengan teman dirumah maupun dirumah sakit.
d.      Pembawaan secara umum                      :  ibu mengatakan anak aktif, penampilan bersih dan anak akan langsung menangis jika tidak suka dengan sesuatu..

5.      Nutrisi

Sebelum sakit
 Keadaan saat ini
Jenis makanan


Makanan 24 jam terakhir


Makanan yang disukai


Makanan yang tidak disukai


Alat makan yang dipakai

Jam makan

Alergi makanan
Nasi lunak, bubur santan


Bubur santan


Nasi lunak, ati, sayur bayam, susu

pisang


Piring, sendok

Pagi, siang, sore

Tidak ada alergi
Nasi lunak, sayur, susu, lauk

Nasi lunak, sayur, susu, lauk

Nasi lunak, sayur, ayam

Anak menyukai semua jenis makanan yang disediakan di RS

Piring, sendok

Pagi, siang, sore

Tidak ada alergi

6.      Cairan

Sebelum sakit
Keadaan saat ini
Intake
Air putih hangat(1200 cc)+susu(200 cc) = 1400 cc/24 jam

Air putih (300 cc) + infus 500 cc +susu formula 250 cc  =1050 cc/24 jam

Output
BAB 1x
 BAK 4-5 x/hari=500 cc

Belum BAB selama masuk RS
BAK 3x sejak masuk = 300 cc


IWL
9 x 40 =360 cc/24jam
9x 40 =360
10/100x 1 +360 =360,1 cc/24 jam

Kebutuhan cairan
BB =9 kg
9x100 =900 cc/kgBB/hari
1x50=50 cc/kgBB/hari
900+ 50 =950 cc/kgBB/hari




BB =9 kg
9x100 =900 cc/kgBB/hari
1x50=50 cc/kgBB/hari
900+ 50 =950 cc/kgBB/hari
Ditambah kenaikan suhu 1oC adl
10/100 x 950 =95 cc
Jdi kebutuhan cairannya adl
 950 + 95 =1045 cc/24 jam



7.      Pola Eliminasi

Sebelum sakit
Keadaan saat ini
Pola BAB
Sehari 1x dengan konsistensi lembek, kuning, bau khas feses


Selama masuk RS anak belum BAB



Pola BAK
Sehari 4-5 x sehari dengan warna kuning, bau khas urine

BAK baru 3x dengan kuning pekat, bau khas urine

Perubahan pola eliminasi
Anak semakin sering BAK

Anak jarang BAK
Keringat
50 cc
100 cc





8.      Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit
Keadaan saat ini
Kegiatan sehari-hari

Anak suka bermain dengan aktif


Anak rewel, ingin digendong dan sering tidur
Tingkat perawatan diri

Anak belum biasa melakukan perawatan diri


Semua kebutuhan anak dipenuhi oleh ibu dan neneknya
Penggunaan waktu luang

Anak sering bermain dan terkadang diajak jalan-jalan oleh neneknya.
Anak hanya sering tidur dan kadang-kadang jalan-jalan keluar kamar.

ADL
Sebelum sakit
Keadaan saat ini
Mandiri
Dibantu sebagian
Dibantu penuh
Mandiri
Dibantu sebagian
Dibantu penuh
Makan/Minum


ü   


ü   
Berpakaian/Berdandan


ü   


ü   
Toileting


ü   


ü   
Mandi


ü   


ü   
Mobilitas




 Anak baru berumur 14 bulan segala kebutuhan sehari-hari masih dibantu oleh keluarga
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : di bantu orang lain
3 : di bantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

9.                  Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit
Keadaan saat ini
Jam tidur
Jam 19.00-05.00 WIB

Jam 19.30-23.00/02.00 WIB
Pengantar tidur
Minum susu

Dikeloni dan minum susu
Teman tidur
Sering dikeloni ibunya

Selalu dikeloni ibunya
Gangguan tidur
Tidak ada

Anak sering terbangun karena batuk.

10.  Pola Persepsi dan Kognitif
a.       Fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, nyeri : seluruh fungsi baik, pada saat anak dipasang infuse anak menangis karena sakit.
b.      Respon terhadap suara berisik, sentuhan, perbincangan dan music : anak sering terbangun jika mendengar suara berisik dan jika akan melakukan tindakan keperawatan.
c.       Pengalaman pendidikan: anak belum memiliki pengalaman sekolah karena anak baru berusia 14 bulan.
d.      Pola berbicara : anak baru bias menyebutkan kata “apa dan maem”
e.       Kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi : baik, namun jika ada orang baru anak malu-malu
f.       Kebiasaan yang terlihat oleh orang tua: anak sangat aktif dirumah, namun sejak dirumah sakit anak lebih banyak diem.

11.  Pola Persepsi dan Konsep diri
a.       Penampilan      : penampilan bersih dan rapi dengan menggunakan baju rok dan memakai pampers
b.      Kebiasaan        : bermain dan aktif
c.       Interest            : anak senang music dan suka menari dan jogged-joged jika mendengarkan musik
d.   Yang menyebabkan ketakutan dan marah, bagaimana mengatasinya : anak takut jika melihat perawat dan ibu akan menggendong dan member susu agar anak tidak menangis.

e.       Humor             : anak tertawa jika bermain dengan sepupunya.


12.  Pola Peran dan Hubungan
a.       Yang biasa mengasuh                : kakek, nenek, ibu, ayah

b.      Sibling                                        :  anak adalah anak pertama dan belum memiliki saudara
c.       Interaksi dengan teman sebaya :  baik, anak tidak ada kendala jika bermain dengan teman sebaya, jika teman baru anak malu-malu.
d.      Respon terhadap perpisahan      : cukup, terkadang anak menangis jika ditinggal ibunya.
e.       Kemandirian                              : anak belum mandiri.
f.       Sekolah                                      : anak belum sekolah


13.  Pola Reproduksi Sosial
a.       Pengetahuan tentang jenis kelaminnya  : anak belum bisa membedakan laki-laki dan perempuan
b.      Teman dekat                                          : belum memiliki teman dekat
c.       Menarche (perempuan)                          :  -
  Sirkumsisi (laki-laki)                              :-

B.     PEMERIKSAAN FISIK
1.      Umum
a.    Keadaan umum :   sedang
b.    Kesadaran  : CM                                        GCS: …15. (E :          4, M:6  , V:5    )
c.    Tanda-tanda vital :Nadi  :112                 RR  :   32              S :    38,4             
d.   Antropometri :        Tinggi badan : -                       Berat badan : 9 kg
e.    Status gizi :

IMT = BB/(TB)2 =9/(73)2 =9/5329 =1,68
-2 SD s/d +2 SD = normal

f.     Nyeri           : anak terlihat menangis saat diinjeksi obat oleh perawat

2.      Head to toe
a.       Kepala
Inspeksi :bentuk mesoccephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, rambut hitem,
Palpasi :  tidak ada nyeri tekan

b.      Mata
Inspeksi : Ukuran pupil normal isokor kiri dan kanan,reaksi terhadap cahaya baik, konjungtiva tidak anemis, sklera non ikterik, fungsi penglihatan baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan



c.       Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, perdarahan tidak ditemukan, tidak ada polip pada lubang hidung, sekret (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

d.      Telinga
Inspeksi :bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

e.       Mulut
Inspeksi : tidak ada stomatitis, membrane mukosa lembab
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

f.       Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

g.      Dada : Bentuk :
1)      Paru- paru
Inspeksi           : pergerakan dinding dada simetris, ada retraksi dada, bentuk dada normochest.
Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : pekak
Auskultasi       : terdengar suara tambahan “grok-grok”

2)      Jantung
                                    Inspeksi           : ictus cordis tidak tampak
Palpasi             : ictus cordis teraba pada interkosta 4 dan 5
Perkusi            : pekak
Auskultasi       : s1dan s2 reguler


h.         Abdomen
Inspeksi    :  bentuk simetris, tidak acites, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltik usus 26x/mnt
Perkusi     : suara tympani
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan
i.           Genetalia  :tidak ada kelainan, tidak ada kemerahan, tidak ada iritasi
j.           Ekstremitas
Atas                      : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh, tangan kiri terpasang infus
Bawah                  : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, kekuatan otot penuh

Keterangan
0 : Paralisis
1 : Tidak ada gerakan terasa
2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan sokongan
3 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan
4: Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan  dengan sedikit tahanan
5 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan  dengan tahanan penuh

k.         Integumen
Inspeksi    : warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis

Palpasi      :tidak ada nyeri tekan

l.           Refleks                 : respon terhadap rangsangan


C.    THERAPY
Jenis
Dosis
Melalui
Indikasi
Infuse RL



Inj ampicilin

Paracetamol

Cefotaxime

Metyl prednisolon

Farbiven
8 tpm



3 x 250 mg



3x350 mg

3x9 mg


1 cc/ 8 jam
IV



IV

Oral

IV

IV


Nasal

Memenuhi kebutuhan cairan

Antibiotik

Antipiretik

Antibiotik








D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

No
Jenis pemeriksaan 
Hasil
Satuan
Normal
Interpretasi

Hb
AL (angka leukosit)
AE(angka eritrosit)
AT(angka trombisit)
HMT (hematokrit)
Hitung jenis leukosit
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Lymposit
Monosit



10,4
8,1
3,90
313
31,0

0
0
0
61
29
10


Gr%
Ribu/uL
Juta/uL
Ribu/uL
%

%
%
%
%
%
%

12
4-10
4,5-5,5
150-450
42-52

2-4
0-1
2-5
32-47
20-25
4-8
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Rendah

Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi






















E.     RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnose keperawatan
Tujuan ( NOC)
Intervensi (NIC)
1
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama 3 X 24 jam jalan nafas efektif,  dengan kriteria :
-          Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah)
-          Menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik, frekuensi pernafasan dalam rentang normal)
-          Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor penyebab.

-          Anjurkan keluarga untuk meningkatkan istirahat
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-          Berikan bronkodilator
-          Atur intake untuk cairan
-          Jelaskan pada keluarga tentang kegunaan inhalasi.
2
Hipertermia b/d peningkatan metabolisme

Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama 2 X 24 jam suhu badan pasien dalam batas normal,  dengan kriteria :
-          Suhu tubuh dalam batas normal (36,5˚C-  37,5˚C)
-          Tidak ada sakit  pusing
-          Tidak ada perubahan warna kulit
-          Nadi, respirasi dalam     rentang normal
-          Pasien menyatakan   nyama
1.      Monitor suhu tubuh sesering mungkin
2.      Monitor  nadi dan respirasi
3.      Monitor suhu dan warna kulit
4.      Anjurkan keluarga untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi
5.      Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
6.      Berikan obat antipiretik

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/JAM
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
EVALUASI
PARAF
29/4-2013
12.00









13.00


09.00







13.00
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
1.      Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan istirahat anak
2.      Memberikan posisi semi fowler dengan menggunakan bantal untuk memaksimalkan ventilasi
3.      Memberikan terapi inhalasi nebulizer farbiven 1 cc
4.      Memberikan terapi injeksi antibiotic :
-          Inj. Ampicilin 250 mg
-          Inj. Cefotaxime 350 mg
-          Inj. Mp 9 mg
5.      Menjelaskan pada keluarga tentang kegunaan inhalasi
Jam 13.00
S :
-          Ibu mengatakan anak masih batuk ngikil
-          Ibu mengatakan mengerti tentang kegunaan diberikan nebu
O :
-          Suara tambahan sudah mulai berkurang
-          Nebu farbiven 1cc masuk
-          Anak terlihat menangis saat diberikan terapi inhalasi dan injeksi.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-          Berikan terapi inhalasi
-          Observasi ku

29/4-2013
12.30




12.35








12.45
Hipertermia b/d peningkatan metabolisme

1.      Mengukur suhu tubuh klien
2.      Memonitor warna dan suhu kulit
3.      Mengukur nadi dan RR
4.      Memberikan terapi antipiretik paracetamol
5.      Menganjurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat pada lipat paha dan aksila
6.      Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi
Jam 13.00
S :
-          Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya sudah mulai turun
-          Ibu mengatakan sudah mengompres anaknya
-          Ibu mengatakan sudah memberikan minum air putih dan susu yang banyak
O :
-          Anak terlihat tidur setelah mnum obat
-          Suhu : 36,8
-          Paracetamol syrup masuk
A ;
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-          Observasi suhu tubuh
-          Observasi warna kulit
-          Intake dan output adekuat

30/4-2013
14.00









15.00



14.30
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
1.      Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan istirahat anak
2.      Memberikan posisi semi fowler dengan menggunakan bantal untuk memaksimalkan ventilasi
3.      Memberikan terapi inhalasi nebulizer farbiven 1 cc
4.      Memberikan terapi injeksi antibiotic :
-          Inj. Ampicilin 250 mg
-          Inj. Cefotaxime 350 mg
-          Inj. Mp 9 mg
-        Menjelaskan pada keluarga tentang kegunaan inhalasi
Jam 18.30
S :
-          Ibu mengatakan anak masih batuk
O :
-          Nebu farbiven 1cc masuk
-          Anak terlihat menangis saat diberikan terapi inhalasi dan injeksi.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-          Berikan terapi inhalasi dan antibiotik
-          Observasi ku


Hipertermia b/d peningkatan metabolisme

1.      Mengukur suhu tubuh klien
2.      Memonitor warna dan suhu kulit
3.      Mengukur nadi dan RR
4.      Memberikan terapi antipiretik paracetamol
-        Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi
Jam 18.30
S :
-          Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya sudah tidak panas lagi
-          Ibu mengatakan sudah memberikan minum air putih dan susu yang banyak
O :
-          Suhu : 36,6
-          Paracetamol syrup masuk
A ;
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-          Observasi suhu tubuh
-          Observasi warna kulit
-          Intake dan output adekuat

1/5-2013
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas
1.      Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan istirahat anak
2.      Memberikan posisi semi fowler dengan menggunakan bantal untuk memaksimalkan ventilasi
3.      Memberikan terapi inhalasi nebulizer farbiven 1 cc
4.      Memberikan terapi injeksi antibiotic :
-          Inj. Ampicilin 250 mg
-          Inj. Cefotaxime 350 mg
-          Inj. Mp 9 mg
Jam 13.00
S :
-          Ibu mengatakan anak masih batuk
O :
-          Nebu farbiven 1cc masuk
-          Anak terlihat menangis saat diberikan terapi inhalasi dan injeksi.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-          Berikan terapi inhalasi dan antibiotik
-          Observasi ku



BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara bab 2 dan bab 3, dengan prinsip pendekatan proses perawatan antara lain:
PENGKAJIAN
Pada bab tinjauan teori penkajian ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, bersihan jalan nafas dan deficit perawatan diri. Sedangkan pada tinjauan kasus pengkajian yang didapat adalah adanya perubahan hipertermia dan bersihan jalan nafas tidak efektif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori di dapatkan empat diagnosa keperawatan yakni :bersihan jalan tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi, kekurangan volume cairan dan deficit perawatan diri. Sedangkan pada kasus nyata penyusun hanya mendapatkandua diagnosa dari klien yakni
RENCANA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori  rencana keperawatan ditekankan pada bersihan jalan nafas , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik. Pada tinjauan kasus rencana keperawatan juga ditekankan pada hal tersebut di atas.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Seperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan teori, tindakan keperawatan yang dilakukan baik dalan tinjauan teori dan tinjauan kasus adalah bersihan jalan nafas , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi pada tinjauan kasus ditekankan pada tiap – tiap diagnosa sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan yangtercantum pada tujuan rencana keperawatan. Memang pencapaian tujuan pada anak dengan bronkopneumonia ini harus benar- benar prosedural .



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Dalam melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia ditekankan pada ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, dan bersihan jalan nafas
  2. Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan tempat praktek yakni di ruang anak sehingga  kurang maksimal.
  3. Dalam melakukan pengkajian  dan implementasi keperawatan, perawat harus benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.
  4. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu, dan jalan nafas

B.     SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran sebagai berikut:
  1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status klien.
  2. Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
  3. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus Bronchopneumonia alergia diruang anggrek hendaknya perawat meningkatkan pengetahuan tentang masalah bronkopneumonia
4.   Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan anak dengan bronkopneumonia perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti, cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai.


0 komentar:

Post a Comment

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget