Wednesday, 16 December 2015

https://drive.google.com/file/d/0Bw8vZxI3WZDNamRhUDM2VWZmcjQ/view?usp=sharing

Tuesday, 15 December 2015


ARTIKEL SATUA BALI
·         Satua I Buta dan I Lumpuh
            Satua I Buta dan I Lumpuh sangat mengharukan semua orang, karena kegigihan mereka berdua dalam menjalani hidup. Meskipun mereka berdua mengalami banyak kekurangan dalam menjalani hidup ini, tetapi mereka selalu mempunyai cara agar bisa makan untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun dengan cara meminta bantuan dari orang lain. Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Unsure intrinsiknya:
1.      TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani  kerasnya kehidupannya.
Kutipan :  “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
 (I Nengah Tinggen,2003:01)

Artinya : “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa  melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

2.      Amanat
 Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam  kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang kedalam hidup kita “.
 Kutipan :  “Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya : I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
3.      Penokohan
         Pelaku yang terlibat dalam karya sastra tersebut
-          I Buta
-          I Rumpuh
-          Saudagar
4.      Sudut Pandang
Dimana seoraang penulis memposisikandiri  atau kedudukannya dalam membawakan cerita
Unsure ekstrinsik :
- Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali, karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
- organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan : “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh. Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang lungsuhan panganggo.
I Nengah Tinggen (2003,1)
·         Satua I Siap Selem
Satua I Siap Selem menceritakan kehidupan dua binatang yang bermusuh, dan tinggal satu rumah yaitu siap selem dan kuuk. Kuuk selalu mencari cara agar bisa memakan Siap Selem. Suatu malam siap Selem mendengar rencana kuuk yang mau memakan dirinya, dan dia membuat rencana agar dia dan anak-anaknya bisa selamat dari niat jahat I Kuuk. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.
Unsure intrinsic :
1.      TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem

Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.

Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2. amanat
Manat yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang, karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan :” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang ada cerita ini sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-          Organisasi Sosial : berkelompok dalam satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan : “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
·         Satua Taluh Mas
Dalam cerita ini dicerikata seorang manusia yang mempunya sifat sombong dan angkuh, kemuadian ada juga yang baik. Dan dceritakan kalu kita dengan ikklas membantu seseorang, maka kita akan mendapat hasil yang lebih dari pertolongan kita tersebut. Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung  merpati yang terluka, ia langsung mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung itu pun dilepaskan. kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana.
Unsure intrinsic :
a.       Ni Daa Dana
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b.      Ni Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih mamaling dara.
1.      WATAK
1)      Ni Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2)      Ni Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat hindu.
-          Organisasi Sosial : saling membantu dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan : “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya sembu, dan di lepaskannya lagi.

·         Satua I Belog
Dalam cerita ini menceritakan tentang pemuda yang sangat bodoh, sampai dia tidak dapat membedakan mayat dengan orang yanag masih hidup. kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk,  dan badannya dingin”. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.
Unsure intrinsic :
1.      TEMA
Jangan pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan kita.
2.      TOKOH
a.       I Belog
“Sedek dina anu I Belog mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b.      Memenne
“I Belog lantas morahan teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne ngmong, “anak luh dia ento?”
3.      WATAK
1)      I Belog : sangat bodoh
2)      Memenne : penurut
4.      ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5.      LATAR
a.       Latar tempat : Di  tengah semane, Jumahan meten, Sembere, Peken
“Mara ia  teked di tengah semane nget nepuin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.

6.      AMANAT
Dalam hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang dapat merugikan diri kita sendiri.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini identik dengan situasi di Bali
-          Organisasi social : membantu sesama, meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan : “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten, nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh bangun malu madaar nasi “.
I Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya : “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten, nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun makan dulu”.


·         Satua Nang Cubling
Satua ini menceritakan sekumpulan monyet yang bisa dibohongi oleh sesorang yang benama Nang Cubling. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.
Unsure intrinsic :
Monyet yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
Amanat
Sebaiknya kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi daging monyet.
-          Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan : “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang Cubling”.
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya : “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk menggrebek Nang Cubling.






  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpretasikan secara beragam. Selain kebudayaan universal dikenal pula kebuayaan lokal yang menyimpan kearifan lokal. Sementara kearifan lokal yang kesemuanya merupakan sebuah kompleksitas kebudayaan. Salah satu budaya tradisi lisan seperti cerita rakyat juga mengandung kearifan lokal dalam isi ceritanya.  Cerita rakyat sebagai bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat.. 
Dalam era modern, satua-satua masih berfungsi dan dipercaya dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan cerita rakyat, misalnya : pada malam hari tidak boleh bersiul, tidak boleh keluar rumah pada sore hari (sandi kala), tidak boleh menduduki bantal, tidak boleh tidur menghadap selatan atau barat, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Dari berbagai macam satua di Bali, yang menarik untuk diteliti adalah satua-satua yang berjudul I Buta dan I Lumpuh,Siap Selem,I Belog,Nang Cubling dan Taluh Mas yang merupakan satua bali kumpulan  I Nengah Tinggen. Satua I Buta dan I Lumpuh bertemakan kehidupan kakak beradik yang menderita cacat fisik,namun karena kegigihan dan semangat mereka,kehidupan mereka berubah lebih baik dari sebelumnya. Satua Siap Selem bertemakan Cerita Siap Selem yang selalu diganggu oleh Men Kuwuk,namun dengan tipu daya akhirnya Men Kuwuk dapat dikalahkan. Kemudian satua I Belog bertemakan Kebodohan seseorang yang bernama I Belog yang tidak mengerti apa-apa,yang akhirnya mati karena kebodohannya sendiri. Satua Nang Cubling bertemakan Tipu daya Nang Cubling untuk menutupi kesalahan yang dilakukannya.Sedangkan satua Taluh Emas menceritakan Kehidupan dua pasang keluarga yang memilki tabiat yang berbeda.


1.2  TUJUAN
Dapat mengetahui cerita-cerita rakyat pada zaman sekarang ini, karena dalam zaman sekarang ini, banyak masyarakat yang tidak mengetahui cerita-cerita zaman dahulu, padahal cerita-cerita lama lebih cenderung member dampak positif bagi kehidupan di dunia ini. Dibandingkan dengan cerita zaman sekarang yang cenderung berdampak pada tingkah laku yang negative.
1.3  MANFAAT
Dapat mengetahui isi atau pendidikan karakter yang ada pada cerita-cerita zaman dahulu. Yang dapat memberikan kita wawasan untuk cenderung berbut kea rah yang baik. Dan mengetahui tokoh-tokoh atau jalur cerita yang ada pada cerita tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Cerita
A. SATUA I BUTA TEKAN I RUMPUH
            Di suatu desa  ada anak miskin yang bersaudarakan dua orang. Kakaknya buta,dan adiknya lumpuh. Karena mereka tidak bias bekerja, kadang-kadang satu hari mereka tidak makan.
            Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari.
            Kakanya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bias melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bias berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
            Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan.
            Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.

B. SATUA SIAP SELEM
            Ada sebuah cerita mengenai Siap Selem, Siap Selem mempunyai tujuh orang anak, anak yang paling kecil bernama Olagan. Siap Selem tinggal satu rumah bersama Meng Kuwuk, Meng Kueuk juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari Meng Kuwuk selalu membuat rencana untuk bias memakan Siap Selem. Setiap malam anak Meng Kuwuk meminta kaki,sayap,leher,kepala, perut, dan pantat Siap selem. Karena Siap Selem sudah mengetahui rencana dari Meng Kuwuk yang mau memakannya, akhirnya Siap Selem mencari ide agar bias pergi dari tempat mereka tersebut.
            Suatu hari sayap  keenem anak Siap Selem sudah tumpuh, hanya anak yang paling kecil belum tumbuh bulu sayapnya. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Setelah itu Meng Kuwuk melihat I olagan sendirian dan mau memakannya, namu I Olagan berkata “Jero jangan makan saya sekarang, soalnya daging saya masih licin, entar kalu saya sudah tumbuh bulu kamu bebas memakan saya. Dan Meng Kuwuk juga setuju dengan ide Olagan.
            Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.

C. SATUA TALUH MAS
            Ada sekumpuln orang tua yang tinggal di Banjar Ayu. Semuanya tinggal bersebelahan. Keluarga yang satu mempunyai sifat yang sangat buruk, tidak suka membantu orang yang sedang mengalami kesuitan, meskipun mereka mampu untuk menolong orangtersebut. Sedangkan keluarga yang lainnya mempunyai sifat yang sangat baik dan suka membantu sesame.
            Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung merpati yang terluka, ia langsung mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung itu pun dilepaskan.
            Empat hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
            Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin membunuh burung tersebut.  Ketika Ni Daa Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan  Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan jahat.

D. SATUA I BELOG
            Ad sebuah cerita yang berjudul I Belog, setiap hari kegiatannya hanya jalan-jalan dan makan.
Pada suatu hari I Belog jalan-jalan ke suatu Desa. Waktu pulang di melewati kuburan yang sangat luas. Baru sampai di tengah-tengah kuburan dia menemukan mayat seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian I Belog bertanya, “ Luh mau tidak menjadi istrinya saya ?” mayat tersebut diam saja tanpa menjawab. “oh… dia suka sama saya, lansung aja ngendong dibawa pulang” begitu kata I Belog. Kemudian mayat tersebut dibawa pulang, dan di taruh di Umah Meten. I Belog kemudian member itahu Ibunya karena dia membawa seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian Ibunya bertanya, “cewek dari mana itu ?” kemudian I Belog menjawab, “ saya temukan di kuburan tadi “. Ibunya kembali bertanya,” terus dimana dia sekarang ?” kiemudian I Belog kembali menjawab, “ disana di Umah Meten, jangan ditengok dulu karena dia masih malu-malu “. Kemudian I Belog ngambil nasi untuk istrinya. Kemudian nasi tersebut ditaruh disamping cewek tersebut, sambil di ngomong “ Luh, luh bangun makan nasinya dulu”. Makelo I Belog menunggu, cewek tersebut tidak mau bangun juga. Kemudian I Belog berpikir, apakah dia malu kalau di damping disini, lebih baik saya tinggal saja dulu. Kemudian dia keluar, dan pintu kambar ditutupnya. Karena lauknya enak-enak, kemudian datanglah kucing ke Umah Meten, makan lauk tersebut. Kucing tersebut saaling berebut di Umah Meten, ada yang makan dagingnya, ada sayurnya, dan ada yang mengacak-acak nasimya. Sesudah lauknya habis semua kucing kembali pergi. Kemudian datang I Belog untuk menengok istrinya, dilihatnya nasi berserakan dan dagingnya sudah habis. Dengan cepatnya I Belog keluar untuk member tahu Ibunya, “ Ibu, ibu istri saya sudah makan, tetapi dia tidak suka makan nasi, daging aja yang dia suka”. Kemudian I Belog mengambil daging untuk istrinya. Ketika ditengok daging tersebut sudah habis. I Belog sangat senang, karena dia mengira istrinya yang memakan daging tersebut. Setiap hari dia selalu menaruh daging di samping cewe tersebut, sesudah dia keluwar kamar datang para kucing untuk memakan daging tersebut. Sudah lama kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
sekarang I Belog hidup sendirian tidak ada yang nmembuat masakan. Karena terlalu lapar, kemudia di ke pasar membeli ubi, ketela, gatep, dan lain-lain yang murah-murah. Ketika perunya sudah kenyang, kemudian dia pulang. Sekarang I Beloghanya sendirian tinggal dirumah, tidak ada orang yang diajak ngomong. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.

E. SATUA NANG CUBLING
            Diceritakan di sebuah desa ada anak yang bernama nang Cubling. Pada suatu hari dia masangin monyet di sebuah sungai, kemudian ada monyet besar datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet tadi tidak lagi bertanya, kemudian langsung pergi. Kemudian ada seekor monyet yang kembali datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet itu pergi. Banyak monyet yang datang dan bertanya, tetapi Nang Cubling menjawab dengan jawaban yang sama.
            Diceritakan sekarang ada seekor monyet kecil bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “basang I Lut”. Monyet tersebut kembali bertanya, “ I Lut itu, I Luta pa ?” Nang Cubling kembali menjawab, basang I Lut. Monyet tersebut kembali mempertegas jawaban Nang Cubling. “ I Lut itu, babi ?” Nang Cubling menjawab, “ tidak, I Lut itu, I Lut, I Lut, I Lut…………tung”. Monyet tersebut menyuruh Nang Cubling untuk menjawab lebih keras lagi, Nang Cubling menjawab, “ I Lut, I Lut, I Lut, I Lutung”. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.

2.2 UNSUR INTRISIK SEBUAH  KARYA SASTRA
A. UNSUR INTRINSIK CERITA I BUTA TEKEN  I RUMPUH

1.      TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani  kerasnya kehidupannya.
Kutipan :  “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
 (I Nengah Tinggen,2003:01)

Artinya : “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa  melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

2.      Amanat
 Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam  kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang kedalam hidup kita “.
 Kutipan :  “Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya : I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

3.      Alur atau Plot
               Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur.

4.      Penokohan
         Pelaku yang terlibat dalam karya sastra tersebut
-          I Buta
-          I Rumpuh
-          Saudagar


5.      Latar Setting
         Sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah karya sastra
-          Latar Tempat : Di Desa anu
-          Latar Waktu : Pagi-sore hari
6.      Sudut Pandang
Dimana seoraang penulis memposisikandiri  atau kedudukannya dalam membawakan cerita
UNSUR INTRINSIK SATUA SIAP SELEM
1.      TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem

Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.

Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2. amanat
Manat yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang, karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan :” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.

3.  Alur atau Plot
Maju, karena dalam cerita ini penulis menceritakan kehidupan dari kecil hingga besar.
4. Penokohan
Pelaku yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
-          Protagonis (tokoh yang baik) : I Siap Selem
Kutipan :”Dadi mawanan ningeh I Siap Selem teken bakal kaamah, dadiannya ia ngalih upaya mangdene nyidang matilar uli ditu.”
Artinya :” karena mendengar bahwa dirinya akan dimakan, Siap Selem mencari rencana agar bias pergi dari tempat itu.
-          Antagonis (tokoh yang jahat) : I Kuwuk
Kutipan : “I Kuwuk ngae daya apang sida ia ngamah I Siap Selem.
Artinya : “ setiap malam I Kuwuk selalu membuat rencana agar bias memakan I Siap Selem.
- Figuran (tokoh pembantu) I Olagan
Kutipan : “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
Artinya : “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
5. Latar/ seting
Tempat dimana cerita tersebut terjadi.
-          Latar tempat : Umah satu natah (satu areal rumah)
Kutipan : “ada tutura satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, olagan ane paling cenikan. Ada kone kuwuk maumah dadi anatah, masih ngelah panak enu cenik-cenik.
Artinya : “ ada sebuah cerita Siap Selem mempunyai anak tujuh ekor, yang paling kecil bernama Olagan. Ada Kuwuk yang tinggal saatu tempat, dan juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
-          Latar Waktu : Tengah Lemeng (tengah malam)
Kutipan : “ Suba kone inganan tengah lemeng, I Siap Selem matuturan teken panakne, “Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sakaukud, matinggal uli dini.
Artinya : “ ketika tengah malam, I Siap Selem berbicara kepada anaknya, “ Nak kamu semua sekarang terbang satu per satu, keluar dari sini.
6. Sudut Pandang



UNSUR INTRINSIK SATUA TALUH MAS
1.      TEMA
Dalam hidup sebaiknya mau menolong sesama sesame mahluk hidup ciptaan Tuhan
2.      TOKOH
a.       Ni Daa Dana
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b.      Ni Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih mamaling dara.
3.      WATAK
1)      Ni Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2)      Ni Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Halaman 4
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih mamaling dara. Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh. Makelo Ni Daa Corah ngantiang, masih darane tuara mataluh, kanti gedeg nagih emposa baongne. Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,  ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
Halaman 4-5
4.      ALUR
Alur yang digunakan adalah alur maju. Karena menceritakan suatu peristiwa dari awal sampai akhir.
5.      LATAR
a.       Latar waktu : “petang dina”
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
b.      Latar tempat : Di Banjar Ayu, di pekarangan daane corah, di pekarangan daane dana, di umah Ni sugihe, di jumah meten daane corah.
“Adak one anak daa tua di Banjar Ayu, maumah mapunduh dadi apisaga”
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih mamaling dara”.
“Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh”.
c.       Latar suasana: sangat mengejutkan dan menegangkan
“Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,  ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
6.      AMANAT
“Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, kita tidak boleh iri kepada kesuksesan orang lain. Jika kita mampu membantu orang, bantulah orang tersebut”.
UNSUR INTRINSIK SATUA I BELOG
1.      TEMA
Jangan pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan kita.
2.      TOKOH
a.       I Belog
“Sedek dina anu I Belog mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b.      Memenne
“I Belog lantas morahan teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne ngmong, “anak luh dia ento?”
3.      WATAK
1)      I Belog : sangat bodoh
2)      Memenne : penurut
4.      ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5.      LATAR
a.       Latar tempat : Di  tengah semane, Jumahan meten, Sembere, Peken
“Mara ia  teked di tengah semane nget nepuin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.

6.      AMANAT
Dalam hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang dapat merugikan diri kita sendiri.

UNSUR INTRINSIK SATUA NANG CUBLING
TEMA
Monyet yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
Amanat
Sebaiknya kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Alur atau plot
Penokohan
A.    Nang Cubling
Kutipan : “ kacerita di desa anu ada anak mapungkusan nang cubling. Sedek dina ia masangin bojog di tukade.
Artinya : diceritakan ada anak yang bernama Nang Cubling, suatu hari dia membersihkan perut monyet di sungai.
b.      Para monyet
Kutipan : “ada bojog gede teka tur matakon, “Nang Cubling basang apa to ke umbah ?”
artinya : ada monyet besar datang dan bertanya, Nang Cubling kamu sedang mencuci perut apa ?
c.       Men Cubling
Kutipan : “Men Cubling ngenggalang nyemak yeh anget, anggone nyiam bojoge”
Artinya : “ Men Cubling dengan cepat mengambil air hangat, yang kemudian dipakai untuk menyirami tubuh Si Monyet.
LATAR/SETING
a.       Latar tempat : di tukade (di sungai)
Kutipan : “ sedek dina ia masangin bojog di tukade, lantas teka bojog gede tur matakon.
Artinya : pada suatu hari di dia membunuh monyet di sungai, kemudian datang monyet yang besar dan bertanya.
b.      Latar Waktu :  siang hari
c.       Latar Suasana : sedih

SUDUT PANDANG
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena pengarang berada di luar cerita.







2.3 UNSUR EKSTRINSIK KARYA SASTRA
1. SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
- Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali, karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
- organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan : “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh. Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang lungsuhan panganggo.
I Nengah Tinggen (2003,1)
SATUA SIAP SELEM
-          Unsur kebudayaan yang ada cerita ini sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-          Organisasi Sosial : berkelompok dalam satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan : “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
SATUA TALUH MAS
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat hindu.
-          Organisasi Sosial : saling membantu dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan : “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya sembu, dan di lepaskannya lagi.
SATUA I BELOG
-          Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini identik dengan situasi di Bali
-          Organisasi social : membantu sesama, meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan : “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten, nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh bangun malu madaar nasi “.
I Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya : “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten, nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun makan dulu”.
SATUA NANG CUBLING
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi daging monyet.
-          Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan : “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang Cubling”.
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya : “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk menggrebek Nang Cubling.


2.4 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA
1. SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
A. Kerja keras : mereka berdua berusaha untuk meminta makanan kepada tetangganya.
Kutipan : “I Rumpuh gandonga kaumah-umah anake ngidih-ngidih, kanti payu ia madaar “.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Rumpuh di gendong ke rumah orang-orang untuk meminta makanan, dan akhirnya mereka berdua bias makan.
b. kreatif : “mereka menemukan solusi agar bias mendapatkan makanan
kutipan : “kekene papineh I cange, beli tusing ningalin apa-apa, nanging kereng majalan. Batis icange rumpuh, nanging matan icange ceding. Yen beneh munyin icange, gandong icang, icang matujuin beli amah-amahan”.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : begini ide saya, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi bias berjalan. Kaki saya lumpuh, tetapi saya bias melihat. Kalau benar ide saya, sekarang kakak menggendong saya dan saya tunjukan jalan yang ada makanannya.
c. mandiri : mereka berdua masih dapat bertahan meskipun dengan kekurangan yang mereka miliki
kutipan : “sedek dina anu I Buta ajaka I Rumpuh buin luas ngidih-ngidih. Joh kone pejalanne ngeliwat desa”.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : “suatu hari I Buta Dan I Rumpuh kembali pergi untuk meminta-minta. Mereka pergi sampai ke luar desa.
d.      Menghargai prestasi : mereka berdua dapat membantu saudagar yang telah menjadikan mereka anak angkat.
Kutipan : “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
e.       Peduli social
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Membantu dalam mengupas kulit kacang.
Kutipan : “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
2. SATUA SIAP SELEM
A. Toleransi : anak kuuk masih member toleransi kepada Olagan sampai dia bias tumbuh bulu.
Kutipan : “pungkuran yen sampun tiang ageng, tumbuh kampid, ri kala irika rarisang sapakayunan ngamah tiang. Dadiannya kaidepang teken I kuuk, kaingon kamelah-melah “.
I Nengah Tinggen (2003’3)
Artinya : nanti kalau saya sudah besar, sayap saya sudah tumbuh bulu, disanalah kamu boleh memakan saya. Kemudian Kuuk berpikir dan menuruti pendapat Olagan.
b. kreatif : Siap Selem membuat rencana agar bias keluar dari tempat itu.
. Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe teken kuuk”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
c. tanggung jawab : siap selem berusaha agar anak-anaknya bias keluar dari tempat yang sudah membahayakan kesalamatan dirinya dan anak-anaknya.
Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe teken kuuk”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
3. SATUA TALUH MAS
A. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Kutipan : “anaka ditu pada ngon, nawang kesaktian daarane, tur pada takut orahange darane ituni Betara nyalantara. Buin Ni Daa Corah kaucap jele.
I Nengah Tinggen (2003,5)
Artinya : semua orang pada heran, mengetahui kesaktian yang dimiliki burung merpati tersebut, dan pada takut karena burung yang tadi dikatakan Batara nyalantara. Dan Ni Daa Corah dibilang bersifat jelek.
b. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.dan mau menolong burung yang sedang kesakitan
kutipan : “mara tawanga ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di pelihara dengan baik-baik.
c. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan menolong burung yang sedang terluka.
kutipan : “mara tawanga ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di pelihara dengan baik-baik.
4. SATUA I BELOG
A. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.tentang bagimana mayat tersebut.
Kutipan : “I Belog lantas ngomong, “meme yen anake mati, bengu bonne ?” memene lantas mesaut “ae, yen anake mati bonne bengu, tur nyem awakne “.
I Nengah Tinggen (2003,11)
Artinya : “I Belog kemudian berkata, “ibu kalau orang meninggal maunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab, “ia, kalau ada orang meninggal baunya busuk dan badannya dingin.
5. SATUA NANG CUBLING
a. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Kelompok monyet yang ingin menuntut keadilan.
Kutipan : “mara I Bojog ningeh munyin Nang cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib meorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teka, lakar ngerejek Nang Cubling”
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya :” ketika I Bojog mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian dia pergi mengadu kepada teman-temanya. Tidak lama kemudian banyak Monyet yang datang untuk mengroyok Nang Cubling.







BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Bta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.
Empat hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
            Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin membunuh burung tersebut.  Ketika Ni Daa Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan  Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan jahat.
Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.

3.2 SARAN
Bagi semua lapisan masyarakat khusunya yang berada di bali agar mampu mengetahui dan mau menganalisis satua-satua Bali zaman dulu. Karena meskipun dengan membaca atau menganalisis, secara tidak sengaja kita juga ikut mengeksiskan sebuah karya sastra tersebut. Dan satua-satua Bali juga tidak kalah menariknya dengan cerita-cerita pada zaman sekarang ini. Satua-satu bali banyak mengajarkan kita suatu pendidikan karakter yang menjadi pedoman dalam kehidupan kita sekarang ini.



DAFTAR PUSTAKA
Tinggen, I Negah.2003.Satua-Satua Bali XII.Indra Jaya:Singaraja Bali


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas “Sastra Lama”. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki..
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kamibutuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.

 satua bali i nengah tingen

ABSTRAK

Satua Bali merupakan salah satu kesusastraan bali tradisional yang disebut dengan sastra lisan. Semakin berumur tua satua Bali semakin punah dan kurang diminati lagi akibat dari perkembangan zaman yang semakin maju. Satua Bali yang mengandung berbagai nilai-nilai yang luhur sekarang sudah digeser keberadaannya oleh tayangan-tayangan televisi seperti yang isinya kurang mendidik.Selain satua mengandung nilai-nilai yang luhur agama masyarakat dulu pada umumnya banyak yang mengetahui cerita atau satua yang menjadi hiburan menjelang tidur. Hindu,bisa juga digunakan sebagai hiburan yang mengasyikan nilai yang mengandung unsur fantasi bagi anak-anak . Satua juga merupakan sarana pendidikan moral dan budi pekerti  pada anak yang harus ditanamkan sejak dini utuk membentuk karakter anak, satua secara tidak langsung menjadi alat komunikasi antara anak dan orangtua pada masa dulu.
Penelitian ini membahas  satua-satua yang berjudul I Buta Teken I Lumpuh,Siap Selem, I Belog, Taluh Mas,dan Nang Cubling yang merupakan  satua-satua Bali kumpulan I Nengah Tinggen. Dari kelima satua-satua tersebut yang menarik diteliti adalah karakteristik tokohnya yang ditinjau dari unsur Intrinsik dan Ekstrinsik serta Nilai Pendidikan Karakter yang terkandung dalam cerita, karena dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi pembacanya yang dipetik dari segi positifnya. Segi positif yang dimaksud adalah bagaimana pembaca mampu memilah karakter tokoh yang bisa dijadikan tauladan dan mana yang tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Dan dapat mengetahui bagaimana isi dalam cerita tersebut, karena pada masa ini jarang masyarakat yang mengajarkan satua atau cerita tradisional kepada anak-anaknya. Padahal cerita tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak pada masa ini. Karena informasi yang sekarang ini lebih membuat seseorang tersebut merasa berbuat ke segi negative.


ARTIKEL SATUA BALI
·         Satua I Buta dan I Lumpuh
            Satua I Buta dan I Lumpuh sangat mengharukan semua orang, karena kegigihan mereka berdua dalam menjalani hidup. Meskipun mereka berdua mengalami banyak kekurangan dalam menjalani hidup ini, tetapi mereka selalu mempunyai cara agar bisa makan untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun dengan cara meminta bantuan dari orang lain. Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Unsure intrinsiknya:
1.      TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani  kerasnya kehidupannya.
Kutipan :  “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
 (I Nengah Tinggen,2003:01)

Artinya : “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa  melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

2.      Amanat
 Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam  kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang kedalam hidup kita “.
 Kutipan :  “Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya : I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
3.      Penokohan
         Pelaku yang terlibat dalam karya sastra tersebut
-          I Buta
-          I Rumpuh
-          Saudagar
4.      Sudut Pandang
Dimana seoraang penulis memposisikandiri  atau kedudukannya dalam membawakan cerita
Unsure ekstrinsik :
- Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali, karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
- organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan : “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh. Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang lungsuhan panganggo.
I Nengah Tinggen (2003,1)
·         Satua I Siap Selem
Satua I Siap Selem menceritakan kehidupan dua binatang yang bermusuh, dan tinggal satu rumah yaitu siap selem dan kuuk. Kuuk selalu mencari cara agar bisa memakan Siap Selem. Suatu malam siap Selem mendengar rencana kuuk yang mau memakan dirinya, dan dia membuat rencana agar dia dan anak-anaknya bisa selamat dari niat jahat I Kuuk. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.
Unsure intrinsic :
1.      TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem

Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.

Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2. amanat
Manat yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang, karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan :” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang ada cerita ini sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-          Organisasi Sosial : berkelompok dalam satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan : “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
·         Satua Taluh Mas
Dalam cerita ini dicerikata seorang manusia yang mempunya sifat sombong dan angkuh, kemuadian ada juga yang baik. Dan dceritakan kalu kita dengan ikklas membantu seseorang, maka kita akan mendapat hasil yang lebih dari pertolongan kita tersebut. Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung  merpati yang terluka, ia langsung mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung itu pun dilepaskan. kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana.
Unsure intrinsic :
a.       Ni Daa Dana
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b.      Ni Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih mamaling dara.
1.      WATAK
1)      Ni Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2)      Ni Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat hindu.
-          Organisasi Sosial : saling membantu dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan : “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya sembu, dan di lepaskannya lagi.

·         Satua I Belog
Dalam cerita ini menceritakan tentang pemuda yang sangat bodoh, sampai dia tidak dapat membedakan mayat dengan orang yanag masih hidup. kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk,  dan badannya dingin”. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.
Unsure intrinsic :
1.      TEMA
Jangan pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan kita.
2.      TOKOH
a.       I Belog
“Sedek dina anu I Belog mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b.      Memenne
“I Belog lantas morahan teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne ngmong, “anak luh dia ento?”
3.      WATAK
1)      I Belog : sangat bodoh
2)      Memenne : penurut
4.      ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5.      LATAR
a.       Latar tempat : Di  tengah semane, Jumahan meten, Sembere, Peken
“Mara ia  teked di tengah semane nget nepuin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.

6.      AMANAT
Dalam hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang dapat merugikan diri kita sendiri.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini identik dengan situasi di Bali
-          Organisasi social : membantu sesama, meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan : “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten, nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh bangun malu madaar nasi “.
I Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya : “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten, nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun makan dulu”.


·         Satua Nang Cubling
Satua ini menceritakan sekumpulan monyet yang bisa dibohongi oleh sesorang yang benama Nang Cubling. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.
Unsure intrinsic :
Monyet yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
Amanat
Sebaiknya kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi daging monyet.
-          Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan : “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang Cubling”.
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya : “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk menggrebek Nang Cubling.






  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpretasikan secara beragam. Selain kebudayaan universal dikenal pula kebuayaan lokal yang menyimpan kearifan lokal. Sementara kearifan lokal yang kesemuanya merupakan sebuah kompleksitas kebudayaan. Salah satu budaya tradisi lisan seperti cerita rakyat juga mengandung kearifan lokal dalam isi ceritanya.  Cerita rakyat sebagai bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat.. 
Dalam era modern, satua-satua masih berfungsi dan dipercaya dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan cerita rakyat, misalnya : pada malam hari tidak boleh bersiul, tidak boleh keluar rumah pada sore hari (sandi kala), tidak boleh menduduki bantal, tidak boleh tidur menghadap selatan atau barat, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Dari berbagai macam satua di Bali, yang menarik untuk diteliti adalah satua-satua yang berjudul I Buta dan I Lumpuh,Siap Selem,I Belog,Nang Cubling dan Taluh Mas yang merupakan satua bali kumpulan  I Nengah Tinggen. Satua I Buta dan I Lumpuh bertemakan kehidupan kakak beradik yang menderita cacat fisik,namun karena kegigihan dan semangat mereka,kehidupan mereka berubah lebih baik dari sebelumnya. Satua Siap Selem bertemakan Cerita Siap Selem yang selalu diganggu oleh Men Kuwuk,namun dengan tipu daya akhirnya Men Kuwuk dapat dikalahkan. Kemudian satua I Belog bertemakan Kebodohan seseorang yang bernama I Belog yang tidak mengerti apa-apa,yang akhirnya mati karena kebodohannya sendiri. Satua Nang Cubling bertemakan Tipu daya Nang Cubling untuk menutupi kesalahan yang dilakukannya.Sedangkan satua Taluh Emas menceritakan Kehidupan dua pasang keluarga yang memilki tabiat yang berbeda.


1.2  TUJUAN
Dapat mengetahui cerita-cerita rakyat pada zaman sekarang ini, karena dalam zaman sekarang ini, banyak masyarakat yang tidak mengetahui cerita-cerita zaman dahulu, padahal cerita-cerita lama lebih cenderung member dampak positif bagi kehidupan di dunia ini. Dibandingkan dengan cerita zaman sekarang yang cenderung berdampak pada tingkah laku yang negative.
1.3  MANFAAT
Dapat mengetahui isi atau pendidikan karakter yang ada pada cerita-cerita zaman dahulu. Yang dapat memberikan kita wawasan untuk cenderung berbut kea rah yang baik. Dan mengetahui tokoh-tokoh atau jalur cerita yang ada pada cerita tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Cerita
A. SATUA I BUTA TEKAN I RUMPUH
            Di suatu desa  ada anak miskin yang bersaudarakan dua orang. Kakaknya buta,dan adiknya lumpuh. Karena mereka tidak bias bekerja, kadang-kadang satu hari mereka tidak makan.
            Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari.
            Kakanya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bias melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bias berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
            Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan.
            Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.

B. SATUA SIAP SELEM
            Ada sebuah cerita mengenai Siap Selem, Siap Selem mempunyai tujuh orang anak, anak yang paling kecil bernama Olagan. Siap Selem tinggal satu rumah bersama Meng Kuwuk, Meng Kueuk juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari Meng Kuwuk selalu membuat rencana untuk bias memakan Siap Selem. Setiap malam anak Meng Kuwuk meminta kaki,sayap,leher,kepala, perut, dan pantat Siap selem. Karena Siap Selem sudah mengetahui rencana dari Meng Kuwuk yang mau memakannya, akhirnya Siap Selem mencari ide agar bias pergi dari tempat mereka tersebut.
            Suatu hari sayap  keenem anak Siap Selem sudah tumpuh, hanya anak yang paling kecil belum tumbuh bulu sayapnya. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Setelah itu Meng Kuwuk melihat I olagan sendirian dan mau memakannya, namu I Olagan berkata “Jero jangan makan saya sekarang, soalnya daging saya masih licin, entar kalu saya sudah tumbuh bulu kamu bebas memakan saya. Dan Meng Kuwuk juga setuju dengan ide Olagan.
            Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.

C. SATUA TALUH MAS
            Ada sekumpuln orang tua yang tinggal di Banjar Ayu. Semuanya tinggal bersebelahan. Keluarga yang satu mempunyai sifat yang sangat buruk, tidak suka membantu orang yang sedang mengalami kesuitan, meskipun mereka mampu untuk menolong orangtersebut. Sedangkan keluarga yang lainnya mempunyai sifat yang sangat baik dan suka membantu sesame.
            Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung merpati yang terluka, ia langsung mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung itu pun dilepaskan.
            Empat hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
            Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin membunuh burung tersebut.  Ketika Ni Daa Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan  Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan jahat.

D. SATUA I BELOG
            Ad sebuah cerita yang berjudul I Belog, setiap hari kegiatannya hanya jalan-jalan dan makan.
Pada suatu hari I Belog jalan-jalan ke suatu Desa. Waktu pulang di melewati kuburan yang sangat luas. Baru sampai di tengah-tengah kuburan dia menemukan mayat seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian I Belog bertanya, “ Luh mau tidak menjadi istrinya saya ?” mayat tersebut diam saja tanpa menjawab. “oh… dia suka sama saya, lansung aja ngendong dibawa pulang” begitu kata I Belog. Kemudian mayat tersebut dibawa pulang, dan di taruh di Umah Meten. I Belog kemudian member itahu Ibunya karena dia membawa seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian Ibunya bertanya, “cewek dari mana itu ?” kemudian I Belog menjawab, “ saya temukan di kuburan tadi “. Ibunya kembali bertanya,” terus dimana dia sekarang ?” kiemudian I Belog kembali menjawab, “ disana di Umah Meten, jangan ditengok dulu karena dia masih malu-malu “. Kemudian I Belog ngambil nasi untuk istrinya. Kemudian nasi tersebut ditaruh disamping cewek tersebut, sambil di ngomong “ Luh, luh bangun makan nasinya dulu”. Makelo I Belog menunggu, cewek tersebut tidak mau bangun juga. Kemudian I Belog berpikir, apakah dia malu kalau di damping disini, lebih baik saya tinggal saja dulu. Kemudian dia keluar, dan pintu kambar ditutupnya. Karena lauknya enak-enak, kemudian datanglah kucing ke Umah Meten, makan lauk tersebut. Kucing tersebut saaling berebut di Umah Meten, ada yang makan dagingnya, ada sayurnya, dan ada yang mengacak-acak nasimya. Sesudah lauknya habis semua kucing kembali pergi. Kemudian datang I Belog untuk menengok istrinya, dilihatnya nasi berserakan dan dagingnya sudah habis. Dengan cepatnya I Belog keluar untuk member tahu Ibunya, “ Ibu, ibu istri saya sudah makan, tetapi dia tidak suka makan nasi, daging aja yang dia suka”. Kemudian I Belog mengambil daging untuk istrinya. Ketika ditengok daging tersebut sudah habis. I Belog sangat senang, karena dia mengira istrinya yang memakan daging tersebut. Setiap hari dia selalu menaruh daging di samping cewe tersebut, sesudah dia keluwar kamar datang para kucing untuk memakan daging tersebut. Sudah lama kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
sekarang I Belog hidup sendirian tidak ada yang nmembuat masakan. Karena terlalu lapar, kemudia di ke pasar membeli ubi, ketela, gatep, dan lain-lain yang murah-murah. Ketika perunya sudah kenyang, kemudian dia pulang. Sekarang I Beloghanya sendirian tinggal dirumah, tidak ada orang yang diajak ngomong. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.

E. SATUA NANG CUBLING
            Diceritakan di sebuah desa ada anak yang bernama nang Cubling. Pada suatu hari dia masangin monyet di sebuah sungai, kemudian ada monyet besar datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet tadi tidak lagi bertanya, kemudian langsung pergi. Kemudian ada seekor monyet yang kembali datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet itu pergi. Banyak monyet yang datang dan bertanya, tetapi Nang Cubling menjawab dengan jawaban yang sama.
            Diceritakan sekarang ada seekor monyet kecil bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “basang I Lut”. Monyet tersebut kembali bertanya, “ I Lut itu, I Luta pa ?” Nang Cubling kembali menjawab, basang I Lut. Monyet tersebut kembali mempertegas jawaban Nang Cubling. “ I Lut itu, babi ?” Nang Cubling menjawab, “ tidak, I Lut itu, I Lut, I Lut, I Lut…………tung”. Monyet tersebut menyuruh Nang Cubling untuk menjawab lebih keras lagi, Nang Cubling menjawab, “ I Lut, I Lut, I Lut, I Lutung”. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.

2.2 UNSUR INTRISIK SEBUAH  KARYA SASTRA
A. UNSUR INTRINSIK CERITA I BUTA TEKEN  I RUMPUH

1.      TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani  kerasnya kehidupannya.
Kutipan :  “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
 (I Nengah Tinggen,2003:01)

Artinya : “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa  melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

2.      Amanat
 Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam  kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang kedalam hidup kita “.
 Kutipan :  “Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya : I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

3.      Alur atau Plot
               Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur.

4.      Penokohan
         Pelaku yang terlibat dalam karya sastra tersebut
-          I Buta
-          I Rumpuh
-          Saudagar


5.      Latar Setting
         Sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah karya sastra
-          Latar Tempat : Di Desa anu
-          Latar Waktu : Pagi-sore hari
6.      Sudut Pandang
Dimana seoraang penulis memposisikandiri  atau kedudukannya dalam membawakan cerita
UNSUR INTRINSIK SATUA SIAP SELEM
1.      TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem

Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.

Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2. amanat
Manat yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang, karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan :” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.

3.  Alur atau Plot
Maju, karena dalam cerita ini penulis menceritakan kehidupan dari kecil hingga besar.
4. Penokohan
Pelaku yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
-          Protagonis (tokoh yang baik) : I Siap Selem
Kutipan :”Dadi mawanan ningeh I Siap Selem teken bakal kaamah, dadiannya ia ngalih upaya mangdene nyidang matilar uli ditu.”
Artinya :” karena mendengar bahwa dirinya akan dimakan, Siap Selem mencari rencana agar bias pergi dari tempat itu.
-          Antagonis (tokoh yang jahat) : I Kuwuk
Kutipan : “I Kuwuk ngae daya apang sida ia ngamah I Siap Selem.
Artinya : “ setiap malam I Kuwuk selalu membuat rencana agar bias memakan I Siap Selem.
- Figuran (tokoh pembantu) I Olagan
Kutipan : “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
Artinya : “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
5. Latar/ seting
Tempat dimana cerita tersebut terjadi.
-          Latar tempat : Umah satu natah (satu areal rumah)
Kutipan : “ada tutura satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, olagan ane paling cenikan. Ada kone kuwuk maumah dadi anatah, masih ngelah panak enu cenik-cenik.
Artinya : “ ada sebuah cerita Siap Selem mempunyai anak tujuh ekor, yang paling kecil bernama Olagan. Ada Kuwuk yang tinggal saatu tempat, dan juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
-          Latar Waktu : Tengah Lemeng (tengah malam)
Kutipan : “ Suba kone inganan tengah lemeng, I Siap Selem matuturan teken panakne, “Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sakaukud, matinggal uli dini.
Artinya : “ ketika tengah malam, I Siap Selem berbicara kepada anaknya, “ Nak kamu semua sekarang terbang satu per satu, keluar dari sini.
6. Sudut Pandang



UNSUR INTRINSIK SATUA TALUH MAS
1.      TEMA
Dalam hidup sebaiknya mau menolong sesama sesame mahluk hidup ciptaan Tuhan
2.      TOKOH
a.       Ni Daa Dana
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b.      Ni Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih mamaling dara.
3.      WATAK
1)      Ni Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2)      Ni Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Halaman 4
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih mamaling dara. Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh. Makelo Ni Daa Corah ngantiang, masih darane tuara mataluh, kanti gedeg nagih emposa baongne. Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,  ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
Halaman 4-5
4.      ALUR
Alur yang digunakan adalah alur maju. Karena menceritakan suatu peristiwa dari awal sampai akhir.
5.      LATAR
a.       Latar waktu : “petang dina”
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
b.      Latar tempat : Di Banjar Ayu, di pekarangan daane corah, di pekarangan daane dana, di umah Ni sugihe, di jumah meten daane corah.
“Adak one anak daa tua di Banjar Ayu, maumah mapunduh dadi apisaga”
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih mamaling dara”.
“Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh”.
c.       Latar suasana: sangat mengejutkan dan menegangkan
“Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,  ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
6.      AMANAT
“Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, kita tidak boleh iri kepada kesuksesan orang lain. Jika kita mampu membantu orang, bantulah orang tersebut”.
UNSUR INTRINSIK SATUA I BELOG
1.      TEMA
Jangan pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan kita.
2.      TOKOH
a.       I Belog
“Sedek dina anu I Belog mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b.      Memenne
“I Belog lantas morahan teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne ngmong, “anak luh dia ento?”
3.      WATAK
1)      I Belog : sangat bodoh
2)      Memenne : penurut
4.      ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5.      LATAR
a.       Latar tempat : Di  tengah semane, Jumahan meten, Sembere, Peken
“Mara ia  teked di tengah semane nget nepuin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.

6.      AMANAT
Dalam hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang dapat merugikan diri kita sendiri.

UNSUR INTRINSIK SATUA NANG CUBLING
TEMA
Monyet yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
Amanat
Sebaiknya kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Alur atau plot
Penokohan
A.    Nang Cubling
Kutipan : “ kacerita di desa anu ada anak mapungkusan nang cubling. Sedek dina ia masangin bojog di tukade.
Artinya : diceritakan ada anak yang bernama Nang Cubling, suatu hari dia membersihkan perut monyet di sungai.
b.      Para monyet
Kutipan : “ada bojog gede teka tur matakon, “Nang Cubling basang apa to ke umbah ?”
artinya : ada monyet besar datang dan bertanya, Nang Cubling kamu sedang mencuci perut apa ?
c.       Men Cubling
Kutipan : “Men Cubling ngenggalang nyemak yeh anget, anggone nyiam bojoge”
Artinya : “ Men Cubling dengan cepat mengambil air hangat, yang kemudian dipakai untuk menyirami tubuh Si Monyet.
LATAR/SETING
a.       Latar tempat : di tukade (di sungai)
Kutipan : “ sedek dina ia masangin bojog di tukade, lantas teka bojog gede tur matakon.
Artinya : pada suatu hari di dia membunuh monyet di sungai, kemudian datang monyet yang besar dan bertanya.
b.      Latar Waktu :  siang hari
c.       Latar Suasana : sedih

SUDUT PANDANG
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena pengarang berada di luar cerita.







2.3 UNSUR EKSTRINSIK KARYA SASTRA
1. SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
- Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali, karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
- organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan : “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh. Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang lungsuhan panganggo.
I Nengah Tinggen (2003,1)
SATUA SIAP SELEM
-          Unsur kebudayaan yang ada cerita ini sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-          Organisasi Sosial : berkelompok dalam satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan : “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
SATUA TALUH MAS
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat hindu.
-          Organisasi Sosial : saling membantu dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan : “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya sembu, dan di lepaskannya lagi.
SATUA I BELOG
-          Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini identik dengan situasi di Bali
-          Organisasi social : membantu sesama, meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan : “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten, nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh bangun malu madaar nasi “.
I Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya : “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten, nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun makan dulu”.
SATUA NANG CUBLING
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi daging monyet.
-          Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan : “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang Cubling”.
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya : “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk menggrebek Nang Cubling.


2.4 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA
1. SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
A. Kerja keras : mereka berdua berusaha untuk meminta makanan kepada tetangganya.
Kutipan : “I Rumpuh gandonga kaumah-umah anake ngidih-ngidih, kanti payu ia madaar “.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Rumpuh di gendong ke rumah orang-orang untuk meminta makanan, dan akhirnya mereka berdua bias makan.
b. kreatif : “mereka menemukan solusi agar bias mendapatkan makanan
kutipan : “kekene papineh I cange, beli tusing ningalin apa-apa, nanging kereng majalan. Batis icange rumpuh, nanging matan icange ceding. Yen beneh munyin icange, gandong icang, icang matujuin beli amah-amahan”.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : begini ide saya, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi bias berjalan. Kaki saya lumpuh, tetapi saya bias melihat. Kalau benar ide saya, sekarang kakak menggendong saya dan saya tunjukan jalan yang ada makanannya.
c. mandiri : mereka berdua masih dapat bertahan meskipun dengan kekurangan yang mereka miliki
kutipan : “sedek dina anu I Buta ajaka I Rumpuh buin luas ngidih-ngidih. Joh kone pejalanne ngeliwat desa”.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : “suatu hari I Buta Dan I Rumpuh kembali pergi untuk meminta-minta. Mereka pergi sampai ke luar desa.
d.      Menghargai prestasi : mereka berdua dapat membantu saudagar yang telah menjadikan mereka anak angkat.
Kutipan : “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
e.       Peduli social
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Membantu dalam mengupas kulit kacang.
Kutipan : “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
2. SATUA SIAP SELEM
A. Toleransi : anak kuuk masih member toleransi kepada Olagan sampai dia bias tumbuh bulu.
Kutipan : “pungkuran yen sampun tiang ageng, tumbuh kampid, ri kala irika rarisang sapakayunan ngamah tiang. Dadiannya kaidepang teken I kuuk, kaingon kamelah-melah “.
I Nengah Tinggen (2003’3)
Artinya : nanti kalau saya sudah besar, sayap saya sudah tumbuh bulu, disanalah kamu boleh memakan saya. Kemudian Kuuk berpikir dan menuruti pendapat Olagan.
b. kreatif : Siap Selem membuat rencana agar bias keluar dari tempat itu.
. Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe teken kuuk”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
c. tanggung jawab : siap selem berusaha agar anak-anaknya bias keluar dari tempat yang sudah membahayakan kesalamatan dirinya dan anak-anaknya.
Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe teken kuuk”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
3. SATUA TALUH MAS
A. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Kutipan : “anaka ditu pada ngon, nawang kesaktian daarane, tur pada takut orahange darane ituni Betara nyalantara. Buin Ni Daa Corah kaucap jele.
I Nengah Tinggen (2003,5)
Artinya : semua orang pada heran, mengetahui kesaktian yang dimiliki burung merpati tersebut, dan pada takut karena burung yang tadi dikatakan Batara nyalantara. Dan Ni Daa Corah dibilang bersifat jelek.
b. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.dan mau menolong burung yang sedang kesakitan
kutipan : “mara tawanga ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di pelihara dengan baik-baik.
c. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan menolong burung yang sedang terluka.
kutipan : “mara tawanga ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di pelihara dengan baik-baik.
4. SATUA I BELOG
A. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.tentang bagimana mayat tersebut.
Kutipan : “I Belog lantas ngomong, “meme yen anake mati, bengu bonne ?” memene lantas mesaut “ae, yen anake mati bonne bengu, tur nyem awakne “.
I Nengah Tinggen (2003,11)
Artinya : “I Belog kemudian berkata, “ibu kalau orang meninggal maunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab, “ia, kalau ada orang meninggal baunya busuk dan badannya dingin.
5. SATUA NANG CUBLING
a. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Kelompok monyet yang ingin menuntut keadilan.
Kutipan : “mara I Bojog ningeh munyin Nang cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib meorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teka, lakar ngerejek Nang Cubling”
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya :” ketika I Bojog mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian dia pergi mengadu kepada teman-temanya. Tidak lama kemudian banyak Monyet yang datang untuk mengroyok Nang Cubling.







BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Bta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.
Empat hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
            Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin membunuh burung tersebut.  Ketika Ni Daa Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan  Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan jahat.
Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.

3.2 SARAN
Bagi semua lapisan masyarakat khusunya yang berada di bali agar mampu mengetahui dan mau menganalisis satua-satua Bali zaman dulu. Karena meskipun dengan membaca atau menganalisis, secara tidak sengaja kita juga ikut mengeksiskan sebuah karya sastra tersebut. Dan satua-satua Bali juga tidak kalah menariknya dengan cerita-cerita pada zaman sekarang ini. Satua-satu bali banyak mengajarkan kita suatu pendidikan karakter yang menjadi pedoman dalam kehidupan kita sekarang ini.



DAFTAR PUSTAKA
Tinggen, I Negah.2003.Satua-Satua Bali XII.Indra Jaya:Singaraja Bali


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas “Sastra Lama”. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki..
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kamibutuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.






                                                                                                                           
Singaraja, 13 mei 2013
                                                                                  




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
  1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
  1.2  tujuan  ............................................................................................................ 2
  1.3 manfaat............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
    2.1 Ringkasan Cerita............................................................................................ 1
    2.2 unsur Intrinsik Sebuah Karya Sastra............................................................ 10
2.3 unsur ekstrinsik sebuah karya Sastra.............satua bali i nengah tingen

ABSTRAK

Satua Bali merupakan salah satu kesusastraan bali tradisional yang disebut dengan sastra lisan. Semakin berumur tua satua Bali semakin punah dan kurang diminati lagi akibat dari perkembangan zaman yang semakin maju. Satua Bali yang mengandung berbagai nilai-nilai yang luhur sekarang sudah digeser keberadaannya oleh tayangan-tayangan televisi seperti yang isinya kurang mendidik.Selain satua mengandung nilai-nilai yang luhur agama masyarakat dulu pada umumnya banyak yang mengetahui cerita atau satua yang menjadi hiburan menjelang tidur. Hindu,bisa juga digunakan sebagai hiburan yang mengasyikan nilai yang mengandung unsur fantasi bagi anak-anak . Satua juga merupakan sarana pendidikan moral dan budi pekerti  pada anak yang harus ditanamkan sejak dini utuk membentuk karakter anak, satua secara tidak langsung menjadi alat komunikasi antara anak dan orangtua pada masa dulu.
Penelitian ini membahas  satua-satua yang berjudul I Buta Teken I Lumpuh,Siap Selem, I Belog, Taluh Mas,dan Nang Cubling yang merupakan  satua-satua Bali kumpulan I Nengah Tinggen. Dari kelima satua-satua tersebut yang menarik diteliti adalah karakteristik tokohnya yang ditinjau dari unsur Intrinsik dan Ekstrinsik serta Nilai Pendidikan Karakter yang terkandung dalam cerita, karena dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi pembacanya yang dipetik dari segi positifnya. Segi positif yang dimaksud adalah bagaimana pembaca mampu memilah karakter tokoh yang bisa dijadikan tauladan dan mana yang tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Dan dapat mengetahui bagaimana isi dalam cerita tersebut, karena pada masa ini jarang masyarakat yang mengajarkan satua atau cerita tradisional kepada anak-anaknya. Padahal cerita tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak pada masa ini. Karena informasi yang sekarang ini lebih membuat seseorang tersebut merasa berbuat ke segi negative.


ARTIKEL SATUA BALI
·         Satua I Buta dan I Lumpuh
            Satua I Buta dan I Lumpuh sangat mengharukan semua orang, karena kegigihan mereka berdua dalam menjalani hidup. Meskipun mereka berdua mengalami banyak kekurangan dalam menjalani hidup ini, tetapi mereka selalu mempunyai cara agar bisa makan untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun dengan cara meminta bantuan dari orang lain. Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Unsure intrinsiknya:
1.      TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani  kerasnya kehidupannya.
Kutipan :  “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
 (I Nengah Tinggen,2003:01)

Artinya : “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa  melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

2.      Amanat
 Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam  kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang kedalam hidup kita “.
 Kutipan :  “Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya : I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
3.      Penokohan
         Pelaku yang terlibat dalam karya sastra tersebut
-          I Buta
-          I Rumpuh
-          Saudagar
4.      Sudut Pandang
Dimana seoraang penulis memposisikandiri  atau kedudukannya dalam membawakan cerita
Unsure ekstrinsik :
- Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali, karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
- organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan : “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh. Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang lungsuhan panganggo.
I Nengah Tinggen (2003,1)
·         Satua I Siap Selem
Satua I Siap Selem menceritakan kehidupan dua binatang yang bermusuh, dan tinggal satu rumah yaitu siap selem dan kuuk. Kuuk selalu mencari cara agar bisa memakan Siap Selem. Suatu malam siap Selem mendengar rencana kuuk yang mau memakan dirinya, dan dia membuat rencana agar dia dan anak-anaknya bisa selamat dari niat jahat I Kuuk. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.
Unsure intrinsic :
1.      TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem

Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.

Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2. amanat
Manat yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang, karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan :” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang ada cerita ini sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-          Organisasi Sosial : berkelompok dalam satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan : “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
·         Satua Taluh Mas
Dalam cerita ini dicerikata seorang manusia yang mempunya sifat sombong dan angkuh, kemuadian ada juga yang baik. Dan dceritakan kalu kita dengan ikklas membantu seseorang, maka kita akan mendapat hasil yang lebih dari pertolongan kita tersebut. Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung  merpati yang terluka, ia langsung mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung itu pun dilepaskan. kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana.
Unsure intrinsic :
a.       Ni Daa Dana
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b.      Ni Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih mamaling dara.
1.      WATAK
1)      Ni Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2)      Ni Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat hindu.
-          Organisasi Sosial : saling membantu dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan : “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya sembu, dan di lepaskannya lagi.

·         Satua I Belog
Dalam cerita ini menceritakan tentang pemuda yang sangat bodoh, sampai dia tidak dapat membedakan mayat dengan orang yanag masih hidup. kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk,  dan badannya dingin”. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.
Unsure intrinsic :
1.      TEMA
Jangan pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan kita.
2.      TOKOH
a.       I Belog
“Sedek dina anu I Belog mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b.      Memenne
“I Belog lantas morahan teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne ngmong, “anak luh dia ento?”
3.      WATAK
1)      I Belog : sangat bodoh
2)      Memenne : penurut
4.      ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5.      LATAR
a.       Latar tempat : Di  tengah semane, Jumahan meten, Sembere, Peken
“Mara ia  teked di tengah semane nget nepuin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.

6.      AMANAT
Dalam hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang dapat merugikan diri kita sendiri.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini identik dengan situasi di Bali
-          Organisasi social : membantu sesama, meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan : “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten, nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh bangun malu madaar nasi “.
I Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya : “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten, nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun makan dulu”.


·         Satua Nang Cubling
Satua ini menceritakan sekumpulan monyet yang bisa dibohongi oleh sesorang yang benama Nang Cubling. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.
Unsure intrinsic :
Monyet yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
Amanat
Sebaiknya kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Unsure ekstrinsik :
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi daging monyet.
-          Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan : “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang Cubling”.
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya : “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk menggrebek Nang Cubling.






  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpretasikan secara beragam. Selain kebudayaan universal dikenal pula kebuayaan lokal yang menyimpan kearifan lokal. Sementara kearifan lokal yang kesemuanya merupakan sebuah kompleksitas kebudayaan. Salah satu budaya tradisi lisan seperti cerita rakyat juga mengandung kearifan lokal dalam isi ceritanya.  Cerita rakyat sebagai bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat.. 
Dalam era modern, satua-satua masih berfungsi dan dipercaya dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan cerita rakyat, misalnya : pada malam hari tidak boleh bersiul, tidak boleh keluar rumah pada sore hari (sandi kala), tidak boleh menduduki bantal, tidak boleh tidur menghadap selatan atau barat, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Dari berbagai macam satua di Bali, yang menarik untuk diteliti adalah satua-satua yang berjudul I Buta dan I Lumpuh,Siap Selem,I Belog,Nang Cubling dan Taluh Mas yang merupakan satua bali kumpulan  I Nengah Tinggen. Satua I Buta dan I Lumpuh bertemakan kehidupan kakak beradik yang menderita cacat fisik,namun karena kegigihan dan semangat mereka,kehidupan mereka berubah lebih baik dari sebelumnya. Satua Siap Selem bertemakan Cerita Siap Selem yang selalu diganggu oleh Men Kuwuk,namun dengan tipu daya akhirnya Men Kuwuk dapat dikalahkan. Kemudian satua I Belog bertemakan Kebodohan seseorang yang bernama I Belog yang tidak mengerti apa-apa,yang akhirnya mati karena kebodohannya sendiri. Satua Nang Cubling bertemakan Tipu daya Nang Cubling untuk menutupi kesalahan yang dilakukannya.Sedangkan satua Taluh Emas menceritakan Kehidupan dua pasang keluarga yang memilki tabiat yang berbeda.


1.2  TUJUAN
Dapat mengetahui cerita-cerita rakyat pada zaman sekarang ini, karena dalam zaman sekarang ini, banyak masyarakat yang tidak mengetahui cerita-cerita zaman dahulu, padahal cerita-cerita lama lebih cenderung member dampak positif bagi kehidupan di dunia ini. Dibandingkan dengan cerita zaman sekarang yang cenderung berdampak pada tingkah laku yang negative.
1.3  MANFAAT
Dapat mengetahui isi atau pendidikan karakter yang ada pada cerita-cerita zaman dahulu. Yang dapat memberikan kita wawasan untuk cenderung berbut kea rah yang baik. Dan mengetahui tokoh-tokoh atau jalur cerita yang ada pada cerita tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Cerita
A. SATUA I BUTA TEKAN I RUMPUH
            Di suatu desa  ada anak miskin yang bersaudarakan dua orang. Kakaknya buta,dan adiknya lumpuh. Karena mereka tidak bias bekerja, kadang-kadang satu hari mereka tidak makan.
            Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari.
            Kakanya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bias melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bias berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.
            Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan.
            Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Buta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.

B. SATUA SIAP SELEM
            Ada sebuah cerita mengenai Siap Selem, Siap Selem mempunyai tujuh orang anak, anak yang paling kecil bernama Olagan. Siap Selem tinggal satu rumah bersama Meng Kuwuk, Meng Kueuk juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari Meng Kuwuk selalu membuat rencana untuk bias memakan Siap Selem. Setiap malam anak Meng Kuwuk meminta kaki,sayap,leher,kepala, perut, dan pantat Siap selem. Karena Siap Selem sudah mengetahui rencana dari Meng Kuwuk yang mau memakannya, akhirnya Siap Selem mencari ide agar bias pergi dari tempat mereka tersebut.
            Suatu hari sayap  keenem anak Siap Selem sudah tumpuh, hanya anak yang paling kecil belum tumbuh bulu sayapnya. Suatu malam Siap Selem berkata kepada anak-anaknya, agar terbang untuk meninggalkan tempat yang mereka tempati. Anak yang paling besar yang terbang pertama, dan bersuara sangat keras. Lalu Meng Kuwuk bertanya, “Siap Selem sesuatu apa yang jatuh itu ? lau Siap selem menjawab daun tingkih Ipan. Dan anak yang berikutnya terbang. Lalu Meng Kuwuk bertanya lagi, “Sipa Selem benda apa yang jatuh itu ? lalu Siap Selem kembali menjawab daun Timbul Ipan. Dan anak yang berikutnya ikutan terbang. Meng Kuwuk bertanya kembali, “Siap Selem benda apa yang jatuh itu ? dan Siap Selem kembali menjawab, Daun bamboo Ipan. Semu anaknya Siap Selem sudah terbang, hanya anak yang paling kecil yang tidak bias terbang. Lalu Siap Selem berpesan kepada Olagan anaknya paling kecil. “kalau kamu mau dimakan oleh Meng Kuwuk, katakana bahwa daging kamu sekarang masih licin, dan nanti kalau sudah tumbuh bulu kamu boleh memakan saya”. Sesudah selesai member pesan kepada anaknya lalu Siap Selem terbang meninggalkan I Olagan sendirian. Setelah itu Meng Kuwuk melihat I olagan sendirian dan mau memakannya, namu I Olagan berkata “Jero jangan makan saya sekarang, soalnya daging saya masih licin, entar kalu saya sudah tumbuh bulu kamu bebas memakan saya. Dan Meng Kuwuk juga setuju dengan ide Olagan.
            Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.

C. SATUA TALUH MAS
            Ada sekumpuln orang tua yang tinggal di Banjar Ayu. Semuanya tinggal bersebelahan. Keluarga yang satu mempunyai sifat yang sangat buruk, tidak suka membantu orang yang sedang mengalami kesuitan, meskipun mereka mampu untuk menolong orangtersebut. Sedangkan keluarga yang lainnya mempunyai sifat yang sangat baik dan suka membantu sesame.
            Suatu hari ada seekor burung merpati jatuh di area rumah keluarga yang jahat tersebut, karena burung merpati tersebut dalam keadaaan terluk jadi dia tidak mampu terbang. Karena orang jahat ini engetahui ada seekor burung merpati jatuh di are rumahnya, dia merasa sangat marah. Karena dia mengira bahwa burung merpati tersebut akan merusak tanaman yang dia miliki. Lalu burung merpati tersebut diusir, akhirnya burung merpati itu berusaha terbng sekuat tenaga, dan burung itu pun kembali jatuh. Untungnya burung tersebut jatuh di area rumah keluwarga yanag baik. Melihat ada burung merpati yang terluka, ia langsung mengambil dan merawat burung merpai tersebut sampai lukanya sembuh, setelah sembuh burung itu pun dilepaskan.
            Empat hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
            Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin membunuh burung tersebut.  Ketika Ni Daa Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan  Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan jahat.

D. SATUA I BELOG
            Ad sebuah cerita yang berjudul I Belog, setiap hari kegiatannya hanya jalan-jalan dan makan.
Pada suatu hari I Belog jalan-jalan ke suatu Desa. Waktu pulang di melewati kuburan yang sangat luas. Baru sampai di tengah-tengah kuburan dia menemukan mayat seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian I Belog bertanya, “ Luh mau tidak menjadi istrinya saya ?” mayat tersebut diam saja tanpa menjawab. “oh… dia suka sama saya, lansung aja ngendong dibawa pulang” begitu kata I Belog. Kemudian mayat tersebut dibawa pulang, dan di taruh di Umah Meten. I Belog kemudian member itahu Ibunya karena dia membawa seorang cewek yang sangat cantik. Kemudian Ibunya bertanya, “cewek dari mana itu ?” kemudian I Belog menjawab, “ saya temukan di kuburan tadi “. Ibunya kembali bertanya,” terus dimana dia sekarang ?” kiemudian I Belog kembali menjawab, “ disana di Umah Meten, jangan ditengok dulu karena dia masih malu-malu “. Kemudian I Belog ngambil nasi untuk istrinya. Kemudian nasi tersebut ditaruh disamping cewek tersebut, sambil di ngomong “ Luh, luh bangun makan nasinya dulu”. Makelo I Belog menunggu, cewek tersebut tidak mau bangun juga. Kemudian I Belog berpikir, apakah dia malu kalau di damping disini, lebih baik saya tinggal saja dulu. Kemudian dia keluar, dan pintu kambar ditutupnya. Karena lauknya enak-enak, kemudian datanglah kucing ke Umah Meten, makan lauk tersebut. Kucing tersebut saaling berebut di Umah Meten, ada yang makan dagingnya, ada sayurnya, dan ada yang mengacak-acak nasimya. Sesudah lauknya habis semua kucing kembali pergi. Kemudian datang I Belog untuk menengok istrinya, dilihatnya nasi berserakan dan dagingnya sudah habis. Dengan cepatnya I Belog keluar untuk member tahu Ibunya, “ Ibu, ibu istri saya sudah makan, tetapi dia tidak suka makan nasi, daging aja yang dia suka”. Kemudian I Belog mengambil daging untuk istrinya. Ketika ditengok daging tersebut sudah habis. I Belog sangat senang, karena dia mengira istrinya yang memakan daging tersebut. Setiap hari dia selalu menaruh daging di samping cewe tersebut, sesudah dia keluwar kamar datang para kucing untuk memakan daging tersebut. Sudah lama kemudian langsung Ibunya I Belog berpikir “ kenapa memantunya tidak pernah keluar kamar, kemudian ditengoknya ke kamar”. Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
sekarang I Belog hidup sendirian tidak ada yang nmembuat masakan. Karena terlalu lapar, kemudia di ke pasar membeli ubi, ketela, gatep, dan lain-lain yang murah-murah. Ketika perunya sudah kenyang, kemudian dia pulang. Sekarang I Beloghanya sendirian tinggal dirumah, tidak ada orang yang diajak ngomong. Saat itu I Belog kentut, dan baunya sangat busuk. I Belog kemudian berpikir. “ternyata saya sudah meninggal”. Kemudian dia lari dan membuang dirinya ke daalam sumur. Kemudian I Belog meninggal.

E. SATUA NANG CUBLING
            Diceritakan di sebuah desa ada anak yang bernama nang Cubling. Pada suatu hari dia masangin monyet di sebuah sungai, kemudian ada monyet besar datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet tadi tidak lagi bertanya, kemudian langsung pergi. Kemudian ada seekor monyet yang kembali datang dan bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “ basang I Lut”, kemudian monyet itu pergi. Banyak monyet yang datang dan bertanya, tetapi Nang Cubling menjawab dengan jawaban yang sama.
            Diceritakan sekarang ada seekor monyet kecil bertanya, “Nang Cubling, perut apa itu yang dicuci ?” Nang Cubling menjawab, “basang I Lut”. Monyet tersebut kembali bertanya, “ I Lut itu, I Luta pa ?” Nang Cubling kembali menjawab, basang I Lut. Monyet tersebut kembali mempertegas jawaban Nang Cubling. “ I Lut itu, babi ?” Nang Cubling menjawab, “ tidak, I Lut itu, I Lut, I Lut, I Lut…………tung”. Monyet tersebut menyuruh Nang Cubling untuk menjawab lebih keras lagi, Nang Cubling menjawab, “ I Lut, I Lut, I Lut, I Lutung”. Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.

2.2 UNSUR INTRISIK SEBUAH  KARYA SASTRA
A. UNSUR INTRINSIK CERITA I BUTA TEKEN  I RUMPUH

1.      TEMA
Tema cerita merupakan dasar pemikiran dari sebuah karangan. Nurgiyantoro (2000:68) menungkapkan bahwa “tema merupakan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.
Tema dari cerita I Buta dan I Lumpuh : Semangat dan Kegigihan Kakak Beradik dalam menjalani  kerasnya kehidupannya.
Kutipan :  “Sedek dina anu ngomong I Lumpuh, “ Beli jalan ja luas kumah-umah anake ngidih-ngidih,tusing duga baan icing naanang basang seduk “.
Mesaut Beline,Kenkenang Beli ngalih ambah-ambahan Beli tuara ngenot apa-apaan.Jet cai masih tuara ngidayang mejalan awak lumpuh “. Mesaut I Rumpuh, Kene pepineh icange,Beli tusing ninggalin apa-apaan,nanging kereng mejalan. Batis icange rumpuh,nanging matan icange cedang.Yen beneh munyin icange,gandong icang,icang metujuin ambah-ambahan”.
 (I Nengah Tinggen,2003:01)

Artinya : “Suatu hari I Rumpuh berbicara kepada  kakaknya, “kakak mari kita berjalan kerumah orang-orang sekitar untuk minta bantuan. Sudah tidak bersedia saya menahan lapar setiap hari. Kakaknya menjawab, “bagaimana cara kita mencari makanan sedeangkan kakak tidak bisa  melihat apa-apa, dan kamu juga tidak bisa berjalan karena kamu dalam keadaan lumpuh”.
            I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bisa berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

2.      Amanat
 Amanat cerita I Buta teken I Lumpuh : “Kita harus tabah dan ikhlas dalam menjalani segala cobaan dalam  kehidupan ini.Jangan pernah menyerah,meski dalam keadaan yang sulit. Yakinlah suatu saat nanti kebahagiaan akan datang kedalam hidup kita “.
 Kutipan :  “Mara ia ninggalin kaanan I Buta ajaka I Rumpuh buka ento,lantas meto kenehne ”. ( I Nengah Tinggen,2003:01)
Artinya : I Rumpuh menjawab, “saya punya ide, kakak tidak bisa  melihat apa-apa, tetapi masih kuat untuk berjalan. Sedangkan saya mempunyai kaki yang lumpuh, tidak bias berjalan, tetapi saya mempunyai mata untuk melihat. Begini rencana saya,kakak menggendong saya dan saya akan menunjukan jalan untuk mencari makanan”.

3.      Alur atau Plot
               Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur.

4.      Penokohan
         Pelaku yang terlibat dalam karya sastra tersebut
-          I Buta
-          I Rumpuh
-          Saudagar


5.      Latar Setting
         Sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah karya sastra
-          Latar Tempat : Di Desa anu
-          Latar Waktu : Pagi-sore hari
6.      Sudut Pandang
Dimana seoraang penulis memposisikandiri  atau kedudukannya dalam membawakan cerita
UNSUR INTRINSIK SATUA SIAP SELEM
1.      TEMA
Kebodohan seekor meng kuwuk (kucing hutan), yang mau dibohongi oleh Siap Selem

Kutipan : “yen enu pada nongos dini sinah amahe teken I Kuwuk. “Ditu lantas ane paling gedenan makeber, berber, burbur, suak. Lantas metakon I Kuwuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung ?” “inggih , daun tingkih ipan.
-“Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.

Artinya : “ kalau masih kita tinggal disini maka kitaa akn dimakan oleh I Kuwuk. “dan anak yang paling besar langsung terbang, berber, burbur, suak. Kemudian I Kuwuk bertanya, “Ih Siap Badeng benda apa yang jatuh ?” “ daun tingkih Ipan.
-“Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
2. amanat
Manat yang didapat dari cerita Siap Selem Yaitu : “ jangan pernah percaya begitu saja dengan perkataan yang diucapkan orang lain, karena apa yang mereka katakana belum tentu benar. Dan kita juga jangan pernah berbuat jahat kepada sesorang, karena kejahatan akan selalu kalah melawan kebaikan.
Kutipan :” Inggih jero Wayan, mangkin je nyandang sampun tiyang baksa, nanging wenten pisangken tiyang teken jero, keburang tiyang dumun ping solas. Ri sampune puput ping solas tiyang makebur, rarisang sampun baksa titian.
Artinya :” Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.

3.  Alur atau Plot
Maju, karena dalam cerita ini penulis menceritakan kehidupan dari kecil hingga besar.
4. Penokohan
Pelaku yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
-          Protagonis (tokoh yang baik) : I Siap Selem
Kutipan :”Dadi mawanan ningeh I Siap Selem teken bakal kaamah, dadiannya ia ngalih upaya mangdene nyidang matilar uli ditu.”
Artinya :” karena mendengar bahwa dirinya akan dimakan, Siap Selem mencari rencana agar bias pergi dari tempat itu.
-          Antagonis (tokoh yang jahat) : I Kuwuk
Kutipan : “I Kuwuk ngae daya apang sida ia ngamah I Siap Selem.
Artinya : “ setiap malam I Kuwuk selalu membuat rencana agar bias memakan I Siap Selem.
- Figuran (tokoh pembantu) I Olagan
Kutipan : “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada  keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
Artinya : “Inggih Jero Wayan, sekarang boleh sudah saya dimangsa, tetapi ada keinginan saya yang terakhir, terbangkan saya sebanyak sebelas kali. Kalau sudah sampai sebelas kali saya di terbangkan. Kemudian jero bebas memakan saya.
5. Latar/ seting
Tempat dimana cerita tersebut terjadi.
-          Latar tempat : Umah satu natah (satu areal rumah)
Kutipan : “ada tutura satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, olagan ane paling cenikan. Ada kone kuwuk maumah dadi anatah, masih ngelah panak enu cenik-cenik.
Artinya : “ ada sebuah cerita Siap Selem mempunyai anak tujuh ekor, yang paling kecil bernama Olagan. Ada Kuwuk yang tinggal saatu tempat, dan juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
-          Latar Waktu : Tengah Lemeng (tengah malam)
Kutipan : “ Suba kone inganan tengah lemeng, I Siap Selem matuturan teken panakne, “Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sakaukud, matinggal uli dini.
Artinya : “ ketika tengah malam, I Siap Selem berbicara kepada anaknya, “ Nak kamu semua sekarang terbang satu per satu, keluar dari sini.
6. Sudut Pandang



UNSUR INTRINSIK SATUA TALUH MAS
1.      TEMA
Dalam hidup sebaiknya mau menolong sesama sesame mahluk hidup ciptaan Tuhan
2.      TOKOH
a.       Ni Daa Dana
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
Halaman 4
b.      Ni Daa Corah
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib kaumah ni sugihe nagih mamaling dara.
3.      WATAK
1)      Ni Daa Dana sangat baik hati
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
2)      Ni Daa Corah sangat jahat, iri hari dan tidak suka membantu orang lain.
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
Halaman 4
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih mamaling dara. Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh. Makelo Ni Daa Corah ngantiang, masih darane tuara mataluh, kanti gedeg nagih emposa baongne. Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,  ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
Halaman 4-5
4.      ALUR
Alur yang digunakan adalah alur maju. Karena menceritakan suatu peristiwa dari awal sampai akhir.
5.      LATAR
a.       Latar waktu : “petang dina”
“Sawatara petang dina, darane ento buin malipetan ka umah daane dana, nglantas macelep ka guungane i pidan, laut mataluh mas. Keto sadina-dina darane ento malipeten kema, masih ia mataluh. Dadine daane dana ento kendel pesan, maan pemales emas uli darane ento. Tusing makelo ia dadi sugih nglebihin kasugihan desane ditu”.
b.      Latar tempat : Di Banjar Ayu, di pekarangan daane corah, di pekarangan daane dana, di umah Ni sugihe, di jumah meten daane corah.
“Adak one anak daa tua di Banjar Ayu, maumah mapunduh dadi apisaga”
“Sedek dina anu ada dara ulung dipakarangan daane ane corah, krana tangkahne matatu tusing bisa lantas mekeber. Mara daane ento nawang ada dara ulung dipakaranganne, lantas ia gedeg pesan sambilanga ngulah darane ento, kadena lakar ngusakang pamula-mulaane”.
“laut makeber darane totonan sekereng-kerengne, nanging sing eda bisa nglantas, ulung dipekarangan trunine dana. Mara tawanga ada dara ulung dipekaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhina melah-melah. Sasubane was tatune, lantas elebina”.
“Mara Ni Daa Corah nawang sagkannya pisagane sugih, lantas ia kema nyibsib ka umah ni sugihe nagih mamaling dara”.
“Mara darane neked kema lantas ejuka abana mulih, celepanga ka guungan gelahne, pejanga jumah meten, apanga ia mataluh emas ditu. Nanging darane tuara nyak mataluh”.
c.       Latar suasana: sangat mengejutkan dan menegangkan
“Mara Ni Daa Corah ngungkabang jlanan guunganne, nget darane ento masiluman dadi lelipi gede tur mandi, matendas duang dasa. Be, apa kaden tengkejutne daane corah, lantas jerit-jerit ngidih tulungan. Ditu pisagane laut pada teka kema,  ada ngaba tumbak, ada ngaba kayu, bakal anggona ngamatiang lelipine ento. Mara pisagane totonan neked ditu, lantas lelipine ento buin masiluman dadi dara laut makeber malipetan ka alase. Anake ditu pada ngon, nawang kasaktian darane, tur pada takut orahanga darane ituni Betara nyalantara. Buina Ni Daa Corah kaucap jele”.
6.      AMANAT
“Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, kita tidak boleh iri kepada kesuksesan orang lain. Jika kita mampu membantu orang, bantulah orang tersebut”.
UNSUR INTRINSIK SATUA I BELOG
1.      TEMA
Jangan pernah mau menjadi orang yang bodoh, karena hal yang bodoh dapat menyesatkan kita.
2.      TOKOH
a.       I Belog
“Sedek dina anu I Belog mlali-lali ka desa len. Di mulihne ia ngentasin sema linggah pesan. Mara ia teked di tengah semane nget nepukin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
b.      Memenne
“I Belog lantas morahan teken memenne, “meme, meme, icing ngrorodang anak luh jegeg pesan”. Mmemenne ngmong, “anak luh dia ento?”
3.      WATAK
1)      I Belog : sangat bodoh
2)      Memenne : penurut
4.      ALUR
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju karena penulis menceritakan peristiwa dari awal sampai akhirnya belog dan memenne meninggal.
5.      LATAR
a.       Latar tempat : Di  tengah semane, Jumahan meten, Sembere, Peken
“Mara ia  teked di tengah semane nget nepuin ia bangke anak luh kaliwat jegeg pesan”.
“Sambilanga ngrengkeng keto, lantas bangkene ento abana kumahne, tur clepangan jumahan meten”.
“Jani meme lakar kutang. Sambilanga ngomong keto, lantas memenne kejuk, tur kapaid kaba ka sembere. Jet ja memenne jerit-jerit, masih tuara linguanga, lantas kacemplungang ka sembere”.
“Kacrita I Belog nu padidiana, tusing ada anak nyakanang ia. Baan layah basangne, lantas ia ka peken meli ubi, kasela, gatep muah ane len-lenan, ane sarwa mudah-mudah”.

6.      AMANAT
Dalam hidup sebaiknya kita mau belajar agar kita tidak menjadi orang yang bodoh yang dapat merugikan diri kita sendiri.

UNSUR INTRINSIK SATUA NANG CUBLING
TEMA
Monyet yang mau percaya dengan semua perkataan Nang Cubling.
Amanat
Sebaiknya kita dapat bertanya kepada seseorang untuk mencari jawaban yang pasti, agar tidak setengah-setengah dalam mendapatkan informasi.
Alur atau plot
Penokohan
A.    Nang Cubling
Kutipan : “ kacerita di desa anu ada anak mapungkusan nang cubling. Sedek dina ia masangin bojog di tukade.
Artinya : diceritakan ada anak yang bernama Nang Cubling, suatu hari dia membersihkan perut monyet di sungai.
b.      Para monyet
Kutipan : “ada bojog gede teka tur matakon, “Nang Cubling basang apa to ke umbah ?”
artinya : ada monyet besar datang dan bertanya, Nang Cubling kamu sedang mencuci perut apa ?
c.       Men Cubling
Kutipan : “Men Cubling ngenggalang nyemak yeh anget, anggone nyiam bojoge”
Artinya : “ Men Cubling dengan cepat mengambil air hangat, yang kemudian dipakai untuk menyirami tubuh Si Monyet.
LATAR/SETING
a.       Latar tempat : di tukade (di sungai)
Kutipan : “ sedek dina ia masangin bojog di tukade, lantas teka bojog gede tur matakon.
Artinya : pada suatu hari di dia membunuh monyet di sungai, kemudian datang monyet yang besar dan bertanya.
b.      Latar Waktu :  siang hari
c.       Latar Suasana : sedih

SUDUT PANDANG
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena pengarang berada di luar cerita.







2.3 UNSUR EKSTRINSIK KARYA SASTRA
1. SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
- Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini sangat kental dengan budaya bali, karena pengarangnya menceritakan kehidupan di Bali.
- organisasi social : dapat saling membantu diantara sesame mahluk ciptaan Tuhan yang sedang mengalami kesulitan.
Kutipan : “makejang anake kapiolasan, kangen ningalin undukne I Buta teken I Rumpuh. Ada maang pipis, ada maang nasi, ada maang who-wohan, ada masih anake maang lungsuhan panganggo.
I Nengah Tinggen (2003,1)
SATUA SIAP SELEM
-          Unsur kebudayaan yang ada cerita ini sangat kental dengan kehidupan binatang yang ada di Bali.
-          Organisasi Sosial : berkelompok dalam satu tempat dengan kehidupan yang berbeda
Kutipan : “ada tuturan satua siap selem ngelah pianak pitung ukud, Olagan ane paling cenika. Ade kone kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah pianak enu cenik-cenik”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : ada cerita mengenai Siap Selem, ia mempunyai anak tujuh ekor, Olagan merupakan anak paling kecil. Dan ada Kuuk (kucing hutan) yang tinggal satu rumah dengannya, kuuk itu juga mempunyai anak yang masih kecil-kecil.
SATUA TALUH MAS
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan yang saling menolong dengan sesaama dalam umat hindu.
-          Organisasi Sosial : saling membantu dalam kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang diberikan.
Kutipan : “mara tawange ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kema nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah. Sasubane tatune uwas lantas elebine
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “baru diketahui ada seekor burung merpati jatuh di areal rumahnya, kemudian dia menolong burung tersebut, kemudian dipelihara dengan baik sampai lukanya sembu, dan di lepaskannya lagi.
SATUA I BELOG
-          Unsur kebudayaan yang ada pada cerita ini identik dengan situasi di Bali
-          Organisasi social : membantu sesama, meskipun orang yang sudah meninggal dunia.
Kutipan : “lantas ia nyinduk nasi lakar baange kurenanne. Mara ia neked jumahan meten, nasine ento pejange di samping anake eluh ento, sambilange ngomong “luh, luh bangun malu madaar nasi “.
I Nengah Tinggen (2003,10)
Artinya : “ kemudian ia mengambil nasi untuk istrinya. Sesaampainya ia di rumah meten, nasinya ditaruh disamping perempuan tersebut, sambil berkata “ luh, luh bangun makan dulu”.
SATUA NANG CUBLING
-          Unsur kebudayaan yang terdapat dalam cerita ini mengenai kehidupan masyarakat zaman dulu, yang mau mengonsumsi daging monyet.
-          Orgaanisasi social : “ sekumpulan monyet berusaha mencari sesorang yang telah membunuh salah satu temannya “
Kutipan : “mara I bojog ningeh munyin Nang Cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib maorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teke, lakar ngrejek Nang Cubling”.
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya : “ ketika si monyet mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian ia lari untuk member tahu teman-temannya. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk menggrebek Nang Cubling.


2.4 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA
1. SATUA I BUTA TEKEN I LUMPUH
A. Kerja keras : mereka berdua berusaha untuk meminta makanan kepada tetangganya.
Kutipan : “I Rumpuh gandonga kaumah-umah anake ngidih-ngidih, kanti payu ia madaar “.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Rumpuh di gendong ke rumah orang-orang untuk meminta makanan, dan akhirnya mereka berdua bias makan.
b. kreatif : “mereka menemukan solusi agar bias mendapatkan makanan
kutipan : “kekene papineh I cange, beli tusing ningalin apa-apa, nanging kereng majalan. Batis icange rumpuh, nanging matan icange ceding. Yen beneh munyin icange, gandong icang, icang matujuin beli amah-amahan”.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : begini ide saya, kakak tidak bias melihat apa-apa, tetapi bias berjalan. Kaki saya lumpuh, tetapi saya bias melihat. Kalau benar ide saya, sekarang kakak menggendong saya dan saya tunjukan jalan yang ada makanannya.
c. mandiri : mereka berdua masih dapat bertahan meskipun dengan kekurangan yang mereka miliki
kutipan : “sedek dina anu I Buta ajaka I Rumpuh buin luas ngidih-ngidih. Joh kone pejalanne ngeliwat desa”.
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : “suatu hari I Buta Dan I Rumpuh kembali pergi untuk meminta-minta. Mereka pergi sampai ke luar desa.
d.      Menghargai prestasi : mereka berdua dapat membantu saudagar yang telah menjadikan mereka anak angkat.
Kutipan : “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
e.       Peduli social
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Membantu dalam mengupas kulit kacang.
Kutipan : “I Buta teken I Rumpuh kendel pesan ajaka ditu, tur ia anteng pesan nulungin melut-melut kacang tanah ane lakar adepe teken saudagare ento”
I Nengah Tinggen (2003,1)
Artinya : I Buta dan I Rumpuh sangat senang disana, dan mereka sangat rajin sekali membantu mengupas kulit kacang tanah yang akan di jual oleh saudagar tersebut.
2. SATUA SIAP SELEM
A. Toleransi : anak kuuk masih member toleransi kepada Olagan sampai dia bias tumbuh bulu.
Kutipan : “pungkuran yen sampun tiang ageng, tumbuh kampid, ri kala irika rarisang sapakayunan ngamah tiang. Dadiannya kaidepang teken I kuuk, kaingon kamelah-melah “.
I Nengah Tinggen (2003’3)
Artinya : nanti kalau saya sudah besar, sayap saya sudah tumbuh bulu, disanalah kamu boleh memakan saya. Kemudian Kuuk berpikir dan menuruti pendapat Olagan.
b. kreatif : Siap Selem membuat rencana agar bias keluar dari tempat itu.
. Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe teken kuuk”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
c. tanggung jawab : siap selem berusaha agar anak-anaknya bias keluar dari tempat yang sudah membahayakan kesalamatan dirinya dan anak-anaknya.
Kutipan : “I Siap Selem matuturan teken panakne, Nak cai-cai jani ajak makejang makeber abete sekeaukud, matinggal uling dini yen nu matongos di sinah lakar amahe teken kuuk”.
I Nengah Tinggen (2003,2)
Artinya : “I Siap Selem member tahu kepada anak-anaknya, agar mereka semua terbaang untuk meninggalkan tempat ini agar tidak dimakan kuuk
3. SATUA TALUH MAS
A. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Kutipan : “anaka ditu pada ngon, nawang kesaktian daarane, tur pada takut orahange darane ituni Betara nyalantara. Buin Ni Daa Corah kaucap jele.
I Nengah Tinggen (2003,5)
Artinya : semua orang pada heran, mengetahui kesaktian yang dimiliki burung merpati tersebut, dan pada takut karena burung yang tadi dikatakan Batara nyalantara. Dan Ni Daa Corah dibilang bersifat jelek.
b. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.dan mau menolong burung yang sedang kesakitan
kutipan : “mara tawanga ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di pelihara dengan baik-baik.
c. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dengan menolong burung yang sedang terluka.
kutipan : “mara tawanga ada dara ulung di pakaranganne, lantas ia kemu nuduk darane ento, laut ubuhine melah-melah”.
I Nengah Tinggen (2003,4)
Artinya : “ketika diketahui ada seekor burung jatuh di area rumahnya, kemudian burung tersebut diambil dan di pelihara dengan baik-baik.
4. SATUA I BELOG
A. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.tentang bagimana mayat tersebut.
Kutipan : “I Belog lantas ngomong, “meme yen anake mati, bengu bonne ?” memene lantas mesaut “ae, yen anake mati bonne bengu, tur nyem awakne “.
I Nengah Tinggen (2003,11)
Artinya : “I Belog kemudian berkata, “ibu kalau orang meninggal maunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab, “ia, kalau ada orang meninggal baunya busuk dan badannya dingin.
5. SATUA NANG CUBLING
a. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Kelompok monyet yang ingin menuntut keadilan.
Kutipan : “mara I Bojog ningeh munyin Nang cubling ngorahang I Lutung, lantas ia melaib meorahan teken timpalne. Tusing makelo liu bojoge teka, lakar ngerejek Nang Cubling”
I Nengah Tinggen (2003,8)
Artinya :” ketika I Bojog mendengar Nang Cubling mengatakan I Lutung, kemudian dia pergi mengadu kepada teman-temanya. Tidak lama kemudian banyak Monyet yang datang untuk mengroyok Nang Cubling.







BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Rencana adiknya disetujui oleh kakaknya yaitu I Buta, dan mereka pun berangkat untuk meminta  makanan kerumah-rumah warga , dan akhirnya mereka mempunyai makanan untuk dikonsumsi. Semua orang sedih melihat kegitan mereka berdua. Ada warga yang memberi  uang, nasi, dan buah-buahan. Suatu hari I Buta dan I Rumpuh pergi ke luar desa untuk meminta makanan. Diceritakan di desa yang dituju tersebut, ada saudagar kacang kulit yang sangat kaya, tetapi saudagar tersebut tidak mempunyai anak. Meliha kondisi I Bta dan I Rumpuh akhirnya saudagar tersebut mengadopsi I Buta dan I rumpuh sebagai anaknya. I buta dan I Rumpuh sangat senag sekali, dan mereka sangat rajin membantu saudagar tersebut untuk membuka kuliat kacang yang akan di jual saudagar tersebut. Dan akhirnya mereka berdua merasakan bahagia, karena sudah dibantu dalam kehidupan oleh saudagar tersebut.
Ketika Olgan sudah tumbuh bulu, semua anak Meng Kuwuk ingin memakan Olagan. Lalu Olagan kembali berkata “sekarang jero sudah boleh memakan saya, tetapi sebelum saya dimakan saya mempunyai satu keinginan agar kamu mau melempar-lemparkan saya keatas sebanyak 11 kali. Mendengar permintaan Olagan akhirnya Meng Kuwuk bersedia menuruti permintaan Olagan. Dan saat penerbangan yang terakhir, Meng Kuwuk menerbangkan sangat tinggi, dan akhirnya Olagan mampu terbang untuk mencari ibunya Siap Selem di dalam hutan. Akhirnya Meng Kuwuk hanya menyesal dengan kebodohan yang dia miliki.
Empat hari kemudian burung merpati tersebut kembali lagi kerumahnya dan langsung msuk ke sangkarnya yang dulu. Keudian burung merpati tersebut bertelur emas. Setiap hari burung tersebut ke sangkarnya untuk bertelur, dan telurnya pun emas. Melihat hal tersebut I Dana sangat senang karena sang burung member imbalan berupa telur emas kepada dirinya. Tidak lama kemudian dia pun menjadi orang kaya, dan kekayaannya melebihi kekayaan yang dimiliki tetangganya.
            Ketika Ni Daa Corah mengetahui bahwa tetangganya menjadi kaya, kemudian dia ke rumah I Sugih untuk mencuri burung dara tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa pulang dan dimasukan ke dalam sangkar, kemudian di taruh di rumah meten,supaya burung tersebut bertelur disana. Sudah cukup lama Ni Daa Corah menunggu burung tersebut bertelur, tapi burung tersebut tidak pernah mengeluarkan terlurnya, sampai dia kesal dan ingin membunuh burung tersebut.  Ketika Ni Daa Corah membuka sangkar burung tersebut, burung tersebut sudah berubah menjadi ulah yang sangat besar dan berkepala dua puluh. Melihat hal tersebut Ni Daa Corah sangat terkejut, dan berteriak minta pertolongan. Kemudian tetangganya semua sudah datang, ada yang membawa tumbak, membawa kayu, yang akan dipakai untuk membunuh ular tersebut. Sesudahnya para tetangganya nyampai sana, ular itupun kembali berubah menjadi burung merpati dan langsung terbang ke dalam hutan. Semua warga sangat kagum melihat kesaktian burung merpati tersebut, dan mereka pun takut karena burung tersebut dikatakan  Batara Nyalantara. Dan Ni Daa Corah dikatakan jahat.
Kemudian Ibunya masuk kamar dan dilihatnya sudah ada mayat yang membusuk. Dan kemudian dia keluar mencari I Belog, “ We Belog kenapa kamu menaruh orang yang sudah mati di Umah Meten ?” kemudian I Belog mesaut “ kenapa ibu bilang istri saya orang mati ?” I Belog kemudian diajak ke Umah Meten sama Ibunya. “ ih Belog, itu lihat sudah busuk, dan baunya sangat busuk”. I Belog kemudian bertanta, “ ibu kalau orang mati baunya busuk ya ?” ibunya kemudian menjawab “ kalau orang mati baunya busuk, dan dan badannya dingin”. Terus ini mayat diapain sekarang ? kemudian Ibunya berkata “ dibuang aja ke sumur, sambil berbicara mayat tersebut lngsung dibawa untuk dibuwang ke dalam sumur. Sudah selesai membuang mayat tersebut, Ibunya kembali pulang. Karena belum mandi tubuh Ibunya mengeluarkan bau busuk, karena baunya busuk kemudian I Belog bertanya, “ Ibu kenapa baunya busuk ? ibu sudah mati ya ?” Ibunya menjawab “tidak, Ibu masih hidup”. I Belog kembali berkata, “Ibu sudah berbau busuk, sekarang Ibu akan di buang ke sumur”. Kemudian Ibunya di tangkap dan dibuwang ke sumur.
Ketika monyet kecil tersebut mendengar apa yang dikatakan Nang Cubling, kemudian munyet itu pergi untuk member tahu teman-teman yang lain. Tidak lama kemudian banyak monyet yang datang untuk mengkroyok Nang Cubling. Kemudian Nang Cubling lari dan member tahu istrinya. Kemudian Nang Cubling disuruh tidur dengan diselimutu kain Kasa. Kemudian monyet tersebut datang ke rumah Nang Cubling, dilihatnya Istri Nang Cubling sedang menangis. Bojog tersebut langsung bertanya, “  Men Cubling kenapa anda nangis ?” Men Cubling menjawab, “ suaminya saya sudah meninggal”. Kemudian monyet tersebut kembali berkata, “ itu Nang Cubling ada di kamar”. Kemudian semua monyet kesana kemudian membuka kain Kasa yang membungkus Nang Cubling, dilihatnya Nang Cubling tidak bergerak-gerak. Semua monyet mengira bahwa Nang Cubling sudah meninggal. Men Cubling kemudian meminta tolong kepada semua monyet agar bersedia membuatkan lubang yang besar untuk mengubur mayat suaminya. Kemudian semua monyet membantu untuk membuat lubang yang besar dan dalam. Ketika para monyet membuat lubang, kemudian Nang Cubling bangun mengambil Bedek untuk menutup lubang yang di dalamnya berisi banyak monyet yang sedang menggali. Men Cubling kemudian mengambil air hangat untuk menyiram monyet yang terkurung. Dan akhirnya semua monyet tersebut mati, dan lubang pun kembali diurug.

3.2 SARAN
Bagi semua lapisan masyarakat khusunya yang berada di bali agar mampu mengetahui dan mau menganalisis satua-satua Bali zaman dulu. Karena meskipun dengan membaca atau menganalisis, secara tidak sengaja kita juga ikut mengeksiskan sebuah karya sastra tersebut. Dan satua-satua Bali juga tidak kalah menariknya dengan cerita-cerita pada zaman sekarang ini. Satua-satu bali banyak mengajarkan kita suatu pendidikan karakter yang menjadi pedoman dalam kehidupan kita sekarang ini.







Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

SEMOGA BERMANFAAT BUAT PEMBACA

Text Widget